Renggangnya Partai NasDem & Presiden Jokowi

143

Surya Paloh. And the beef between him and Pak Jokowi.

Yang lagi ada di titik terendah dalam hubungan mereka.
Ya gitu deh. Kalau hubungan kamu sama pasanganmu lagi gonjang ganjing banyak drama ini-ono kucrut *Puk puk jauh kalian semua*, Partai NasDem juga ngerasain hal yang sama kok, gengs. Cuma bedanya, kalau kamu dramanya sama pacarmu yang nggak bisa ngertiin itu, Partai NasDem dramanya justru sama Presiden Joko Widodo menjelang Pemilu 2024. Ga tanggung-tanggung, dalam wawancara eksklusif bareng CNN Indonesia yang di-upload kemarin, Pak SP sampe confess bahwa hubungan dirinya sama Pak Jokowi lagi ada di titik terendah.

Hah? What happened? 
Well, where do we start ya? Ya udah gini deh, kita mulai dari kejadian paling baru yang pernah kita bahas beberapa hari lalu di mana Presiden Joko Widodo sempat ngumpul sama enam ketua umum partai politik pendukung pemerintah yaitu PDI-Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa aka PKB, Partai Amanat Nasional aka PAN, Partai Persatuan Pembangunan atau PPP, dan Partai Golkar (Read the full story hereNotice something there? Yep, ada satu anggota partai koalisi yang ngga diajak meeting, yakni Partai NasDem.

Di-kick dari grup WA apa gmana?
Nah dikonfirmasi langsung oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, pihaknya emang nggak diundang sama sekali dalam pertemuan kemarin, guys. Hal ini of course jadi pertanyaan dong. Why?? Apakah NasDem udah nggak dibutuhkan lagi sama Pak Jokowi sampai ngumpul aja nggak diajak? Bahkan banyak spekulasi yang bilang NasDem tuh udah ‘diusir’ dari koalisi pendukung pemerintah. Nah menyikapi hal ini, Pak Surya bilangnya yha tergantung orang ngeliatnya gimana. Kalau orang-orang ngeliat sisi positifnya, bisa. Atau kalau mau diliatnya negatif, *Looking at you orang-orang nethink 24/7*, yha juga bisa banget.

Wkwkwkwk I wanna know from both sides. 
You got it. Jadi dalam keterangannya, the fact that Partai NasDem nggak diundang dalam pertemuan kemarin tuh bisa diliat sebagai harapan Presiden untuk memperkuat peran dan posisi pemerintahan DI LUAR pemerintahan. In that sense, kalau ada segala pemikiran yang belum disinergikan dengan baik di bawah kepemimpinan Jokowi-Maruf Amin bareng koalisinya, ya itu bisa banget dijelaskan sama NasDem, gengs. Itu kalau positifnya. Nah kalau kita negative thinking nih, yha itu tadi. Ngira-ngira aja ini mah, mungkin dalam hati Pak Jokowi ngomongnya gini, “Apakah NasDem masih kita perlukan atau nggak sih sebenarnya?” Gitu.

Drama banget jujur….
We know, rite. In his words, Pak Surya Paloh bahkan bilangnya gini, “Saya pikir kalau kita berpikir secara normatif, ndak dibutuhkan.” *Bombastic side eyes :))*. Tapi ya balik lagi, hubungan Presiden Joko Widodo dan Partai NasDem tuh nggak sebatas hubungan normatif aja, gengs. Pak Surya bahkan bilang dari awal mengusung Pak Jokowi since the very beginning di Pilpres 2014 lalu, pendekatan keduanya bukan normatif, tapi emang bener-bener pure dan penuh daya upaya. Eh tapi sekarang hubungan NasDem dan Jokowi justru lagi ada di titik terendah di mana sejak Oktober tahun lalu tuh dinilai emang udah renggang, guys.

Pasti ada trigger-nya nggak sih? 
Yep. Now everybody meet: Anies Baswedan. Iya, kayak orang ketiga gitu tapi bukan selingkuhan *huft* Jadi udah rahasia umum kalo Pak Jokowi tuh emang rada ngga suka sama Pak Anies. Meanwhile, Partai Nasdem dan Koalisi Perubahan, which is Partai Demokrat dan PKS justru malah mengusung beliau jadi presiden. So, koalisi pemerintah be like, “Brooooo ciyus lu?” Dan hal inilah yang dinilai jadi trigger renggangnya hubungan Partai NasDem sama Presiden Joko Widodo. Yha gimana, namanya pilihan politik orang kan beda-beda yah, guys. Pak Surya Paloh juga bilangnya pengen banget ngobrol dan nanya langsung ke Pak Jokowi buat ngomongin masalah ini, termasuk terkait hubungan mereka yang sekarang udah renggang. Cuma belum ada momentumnya aja, kalau kata Pak Surya.

Dipikir-pikir ini sih lebih rumit dari hubungan w.
True. Namanya pilihan, beda pandangan, dan gontok-gontokan *Ehem dalam politik tuh sebenarnya biasa banget, guys. Yep, we’re talking about pihak yang disebut menjegal Anies Baswedan dalam perjalanannya menuju tahta RI 1. Emang ada kata Pak Surya, tapi nggak tahu siapa. “Kayak desiran angin yang menyentuh tangan dan bahu kita, tapi kita nggak bisa tangkap angin itu. Dari kekuatan supranatural mungkin,” kata Pak Surya. Not to mention endorsement 
Advertisement
Presiden yang dinilai obvious banget mendukung dua bakal capres lainnya, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Tapi definitely not Pak Anies ya kannn…


HEMMMM….
Nah selanjutanya, Pak Surya Paloh sih ngeliatnya Pak Jokowi tuh emang pengen punya legacy dan tekadnya yang pengen memberikan yang terbaik. Terus, PSP juga bilang bahwa Pak Jokowi harusnya nggak boleh lupa sama tiga perannya: Sebagai Presiden, sebagai Kepala Pemerintahan, dan Kepala Negara. That being said, spirit kenegarawanan dalam konteks Kepala Negara itu yang nggak boleh ilang, guys. Tapi sih sepemahaman PSP sekarang, beliau masih ngeliat Pak Jokowi kayak yang dia kenal aja, yang mengabdikan dirinya buat bangsa ini, sebagai bapak bangsa, ceunah.

I see….
Nah balik lagi ke Pak Anies Baswedan dan segala rintangan yang Partai NasDem sekarang hadapi, PSP sendiri menegaskan bahwa pihaknya udah siap dengan segala konsekuensi politik yang muncul. Tapi tetap Anies Baswedan sebagai Capres, bukan cawapres kalau ntar worst case-nya Pak Anies gagal jadi Capres. Secara, pihaknya tuh udah yakin banget Anies Baswedan adalah sosok yang tepat buat mengisi kursi RI 1 itu, dan PSP yakin Anies Baswedan adalah sosok negarawan yang negara ini butuhkan. In his words, Pak Surya menyebut, “Negara ini inflasi politisi, kekurangan negarawan” yang bisa menguji pluralisme, nasional kebangsaan, dan nggak ada polarisasi pakai embel-embel politik identitas. Iya, Partai NasDem bilang sebisa mungkin bakal menghilangkan politik identitas dari Pak Anies nantinya.

Tapi btw emang cawapresnya sokap?
That’s our question too. Dalam keterangannya kemarin, Pak Surya bilangnya pilihan cawapres siapapun itu bakal diserahkan dan diputuskan sepenuhnya ke Pak Anies, guys. Iya, kayak yang kita tahu selama ini kan nama-nama bakal Cawapres tuh udah berseliweran di mana-mana, yah. Bahkan Pak Surya Paloh disebut udah ngobrol sama berbagai tokoh kayak Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto buat mempertimbangkan nama-nama bakal Cawapres pendamping Pak Anies. Adapun beberapa calon yang muncul adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menko Polhukam Mahfud MD, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar.

Namanya itu-itu aja ya…
Yoi. Nah yang perlu kamu tahu, kalo kata Pak Surya sih, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur tuh jadi domain yang kuat untuk memenangkan Pilpres. Makanya menurut pertimbangannya sih, Pak Mahfud MD dan Bu Khofifah Indar Parawansa merupakan calon kuat untuk jadi sosok cawapres pendampingnya Pak Anies. Cuma yha balik lagi, keputusan sepenuhnya ada di Pak Anies, gengs. Surya Paloh nggak mau intervensi, bahkan dia bilangnya siapapun cawapresnya yang keluar dari mulut Pak Anies bakal diterima. Asal bisa berduet dengan baik aja. Toh sosok cawapres juga cuma complementary, bukan penentu utama. Utamanya yha sosok capresnya itu sendiri, Pak Anies Rasyid Baswedan himself. Let’s see akan jadi apa Pilpres 2024 besok yah, guys.

Got it, now wrap it up…
Fyi Partai NasDem tuh emang seambi itu untuk jadiin Anies Baswedan sebagai capres, guys. Meskipun belakangan ini elektabilitasnya lagi turun menurut beberapa survei, tapi Pak Surya bilangnya kayak, “Ya udah.” Toh kalau elektabilitasnya turun meaning tekanan publik juga turun, dan nggak masalah samsek.
Advertisement