Banyak Kota di Asia Paling Berpolusi

19

When you gotta love your lungs, but you live in Asia…

That’s… kinda tricky.
Mungkin reputasi negara-negara Asia yang dikenal dengan budaya ketimuran yang hangat dan ramah ke depannya bakal mulai tergantikan deh, guys. Bukan, bukan karena orang-orang Asia yang udah nggak ramah lagi, melainkan kota-kota di Asia yang begitu mendominasi daftar kota paling berpolusi di seluruh dunia. Yep, kamu nggak salah baca kok. Soalnya, 99 dari 100 kota dengan polusi udara terburuk di dunia tahun 2023 ada di Asia, guys.
 
My reputation has never been worse so…
Yoi kan? Jadi kemarin banget nih, perusahaan teknologi kualitas udara dari Swiss bernama IQAir baru aja merilis laporan terkait kota-kota dengan polusi udara terburuk di dunia pada 2023 kemarin. Dari peringkat 1-100 kota paling berpolusi di dunia, 99 kotanya ada di Asia, guys. Bayangin, cuma 1% kota di luar Asia yang ada di list kota dengan polusi udara terburuk di dunia.
 
Kok bisa gitu sih…
Bisa aja dong, guys. Soalnya dari 100 kota dengan polusi udara terburuk di dunia, 83 kota di antaranya tuh ada di India. Like semua kota di India yang masuk di list ini tuh udah melebihi sepuluh kali lipat standar kualitas udara yang baik dari WHO. FYI, standar WHO soal kualitas udara tuh rata-rata tingkat PM2,5 tahunan nggak boleh lebih dari 5 mikrogram per meter kubik. Meanwhile India sendiri punya rata-rata tingkat PM2,5 sebanyak 54,4 mikrogram per meter kubik pada 2023 lalu.
 
Ada gila-gilanya nih India.
Yep, secara kota-kota di India tuh mendominasi banget di daftar list kota paling berpolusi di dunia. Kota Begusarai, India juga jadi kota dengan kualitas udara paling buruk di dunia dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 tahunan sebesar 118,9 mikrogram per meter kubik. Bayangin setercemar apa deh udara di kota tersebut. Cuma, even kota-kota di India secara masif banget mendominasi daftar kota paling berpolusi di seluruh dunia, tapi justru bukan negara ini lho yang jadi negara paling polutan di dunia. Soalnya India ada di posisi ketiga, di bawah Bangladesh dan Pakistan yang masing-masing mencatat rata-rata konsentrasi PM2,5 tahunan sebesar 79,9 dan 73,3 mikrogram per meter kubik pada 2023 lalu.
 
Kalo Indonesia gimana?
Hhmmm peringkat kita lumayan tinggi lho guys di daftar negara dengan rata-rata polutan yang melampaui pedoman WHO sampai sepuluh kali lipat. Jadi ternyata, Indonesia sendiri ada di peringkat 14 Asia dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 tahunan sebesar 37,1 mikrogram per meter kubik. Nggak cuma itu aja, Tangerang Selatan (Calling all Bintaro-BSD palsss) juga masuk di 50 besar kota paling berpolusi selama 2023 dengan menempati urutan ke 43 dunia dengan mencatat rata-rata konsentrasi PM2,5 tahunan sebesar 71,7 mikrogram per meter kubik.
 
Hiiih, any statements from our government?
Nah pemerintah Indonesia sendiri sebenernya udah sadar banget kalo kualitas udara di beberapa kota di Indonesia pada tahun 2023 emang mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini disampaikan langsung sama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Asep Kuswantoro yang belum lama ini bilang kalo menurunnya kualitas udara di Jakarta pada tahun 2023 dipengaruhi sama banyak faktor, salah satunya ya munculnya gejala El Nino. Kata Pak Asep sih, kemarau yang berkepanjangan dan minimnya curah hujan di tahun 2023 cenderung bikin polutan udara khususnya di Jakarta dan sekitarnya relatif tinggi dibanding tahun sebelumnya.
 
Terus solusinya apa?
Well, masih dari Pak Asep nih, solusi untuk bisa meningkatkan kualitas udara di Indonesia ya perlu didukung sama regulasi dari pemerintah gitu-gitu. Salah satunya lewat adanya zona rendah emisi dan penambahan stasiun pemantauan kualitas udara aka SPKU di beberapa titik. FYI, sekarang ini 12 SPKU bertaraf reference grade yang ada di Jakarta. Pak Asep sih pengennya jumlah ini bisa ditambah jadi 25 SPKU bertaraf reference grade biar jumlahnya bisa ideal gitu.
 
Punten Pak Asep, ada yang lebih kongkrit lagi ga 🙏
Well, mari kita dengarkan kata aktivis Walhi Jakarta, Muhammad Aminullah yang belum lama ini memberi pandangan terkait beberapa solusi konkret untuk makin memburuknya kualitas udara di Indonesia. Starting from jumlah kendaraan pribadi yang harus mulai dibatasi, biaya uji emisi dan perawatan kendaraan bermotor milik pekerja jasa angkutan dibebankan pada perusahaan angkutan, sampe transportasi publik yang juga perlu untuk terus didorong dalam segi kapasitas supaya saling terintegrasi. Kalo solusi ini bisa dicapai, bukan nggak mungkin kualitas udara kita bakal mulai membaik lagi ke depan.
 
Got it. Now wrap it up please.
So, dalam pengendalian kualitas udara, agaknya Indonesia perlu buat mencontoh beberapa negara ini yang menurut laporan IQAir udah memenuhi pedoman minimal jumlah polutan tahunan WHO. Cuma ada tujuh negara yang dilaporkan berhasil sesuai dengan pedoman tahunan WHO yakni Australia, Estonia, Finlandia, Grenada, Islandia, Mauritius, dan Selandia Baru.
 
Pindah aja apa kita?