Jakarta Jadi Kota Dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia

280

When air pollution becomes more extreme…

So we have to protect ourselves.
Siapa yang kalau keluar rumah masih pakai masker, cunggg! Same guys. Yah walaupun pandemi sekarang udah kelar, tapi masker udah terlanjur jadi barang wajib yang dibawa ke luar rumah yah. Ini bukan soal lifestyle atau lagi nggak pengen ditegur orang doang. Tapi dengan tingkat kualitas udara Jakarta yang seburuk ini, masker udah jadi barang wajib kalau nggak mau tiba-tiba harus izin sakit ke bos.

Iyasih.. Tapi emang seburuk itu?
Banget, guys. Udah dari kapan tau kualitas udara di Jakarta emang buruk banget. Kayak yang terjadi Rabu kemarin banget ini. Pagi itu, cuaca di seluruh wilayah Jakarta emang lagi cerah. Suhu udara juga lagi normal di kisaran 24 sampai 33 derajat celcius dengan kelembaban 55 sampai 90 persen. Tapi meskipun cuaca dan suhu udaranya udah normal, ternyata kualitas udaranya buruk banget. Lewat data situs pemantau kualitas udara dari Swiss bernama IQAir, Jakarta jadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Haduhhh…
Well lewat situs ini, kualitas udara Jakarta dilaporkan dalam kondisi yang nggak sehat nih, guys. Indeks kualitas udara yang tercatat di Jakarta mencapai angka 160 dengan konsentrasi polutan utama PM 2.5 sebesar 72 mikrogram per meter kubik. Buat yang nggak tahu, menurut World Health Organization aka WHO, level aman polutan jenis ini cuma lima mikrogram per meter kubik aja. Jadi bisa dibilang kualitas udara yang ada di Jakarta kemarin tuh lebih besar 14 kali lipat dibanding level aman WHO.

Ngeri. Does anyone say something?
Ada nih, langsung Pak Presiden malah yang bilang. Senin kemarin, Pak Jokowi bilang kalau polusi udara di Jakarta itu udah terjadi bertahun-tahun. Makanya menurut beliau, pindah ke Ibu Kota Nusantara aka IKN itu jadi solusi. Soalnya dengan pindahnya ibu kota ke IKN, maka beban polusi udara di Jakarta jadi berkurang, gitu. Selain itu, pengoptimalan transportasi umum macem MRT dan LRT di Jakarta juga harus cepat selesai. Harapannya sih biar masyarakat jadi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Tapi beneran bisa ngga?
Well, let’s hear it from Penjabat Gubernur Jakarta, Pak Heru Budi Hartono. Jadi pada Selasa kemarin, Pak Heru bilang bahwa perlu adanya sinergi se-Jabodetabek untuk permasalahan polusi udara ini. Salah satu sinergi yang bisa dilakukan ya membantu mengurangi jumlah kendaraan konvensional. Soalnya, dalam kurun satu setengah tahun terakhir aja, jumlah kendaraan roda empat meningkat dari empat juta menjadi enam juta. Jumlah kendaraan roda dua juga gitu, dari sebelumnya cuma 14 juta menjadi 16 juta.
Advertisement

Terus yang udah Pak Heru dkk lakuin apa?
Nah soal ini, Pak Heru bilang kalau Pemkot Jakarta udah berupaya melakukan peralihan kendaraan listrik nih, guys. Segala moda transportasi umum berdaya listrik tuh emang lagi jadi fokus utama Pemkot Jakarta. Hal ini dilakukan biar masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan emisi. Selain itu, Pak Budi juga mengajak masyarakat buat perbanyak menanam pohon. Katanya sih Pak Budi dan wali kota daerah lain udah secara rutin nih tiap hari Jumat selalu menanam pohon.

Tapi emang polusi udaranya seberbahaya apa sih?
Kalau kata Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia bernama Pak Agus Dwi Susanto, akan ada banyak masalah kesehatan pada masyarakat jika kita menghirup jumlah polutan yang melebihi ambang batas. Gejala seperti peradangan, sesak nafas, sampai penyakit kanker dan stroke tuh bisa muncul gara-gara polusi udara. Makanya Pak Agus begitu menekankan perlu adanya early detection buat mereka yang terekspos polusi tiap hari lewat pemeriksaan kesehatan berkala yang rutin dilakukan.


Kasih tau cara jaga kesehatan pernafasan juga dong!
You got it. Kebetulan ada beberapa cara nih biar kesehatan paru kamu terjaga selama kualitas udara yang buruk ini berlangsung. Salah satunya ya pakai masker buat menyaring partikel udara kotor dari luar. Terus atur juga tuh waktu ke luar rumah. Biasanya tingkat tertinggi polusi tuh ada di siang sampai sore hari. Jangan lupa buat satu sampai dua bulan sekali rutin bersihin AC dan perbanyak konsumsi buah dan sayur juga. Terakhir, Dokter Sepriani juga bilang untuk pelihara tanaman di dalam ruang buat menyerap karbon dioksida yang berbahaya buat paru-paru.

Got it. Anything else I should know?
Yep meskipun udah dari beberapa bulan lalu pemerintah nggak ngewajibin penggunaan masker di luar ruangan, tapi masyarakat juga nggak punya pilihan buat terus pakai masker selama kualitas udara di Jakarta masih buruk banget. Hal ini juga udah diimbau oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk memakai masker jika berada di lokasi dengan tingkat pencemaran udara tinggi. Lebih lanjut, kepala bidang pelayanan, pencegahan, dan pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Jakarta bernama Dwi Oktavia juga menyarankan kelompok rentan dan penderita asma buat mengurangi aktivitas fisik terlalu lama di luar ruangan.
Advertisement