Program Indonesia Three-Zero HIV/AIDS 2030

360

Now, let’s talk about the elephant in the room: HIV/AIDS….

Yang masih jadi problem even until today.
Did you know kalau 1 Desember kemarin itu adalah Hari AIDS Sedunia? Well, di momentum ini, kita masyarakat Indonesia seolah diajak reflect lagi sama masalah yang satu ini, guys. Yep, HIV/AIDS,yang belum kelar-kelar sampe sekarang. Bahkan, angka kasusnya terus meningkat, guys. Here’s the ironic part, sebanyak 51% kasus baru diidap oleh remaja.

I need some background here. 
All right. Pemerintah di berbagai negara melalui lembaga terkait tuh kan dari dulu nggak pernah bosen campaign sana-sini penyuluhan ini itu soal bahaya HIV/AIDS. Tapi yha gitu, penyakit yang menyerang imun manusia ini tetap nggak terelakkan, guys. Sampai hari ini, penyakit ini udah menginfeksi lebih dari 43 juta orang di seluruh penjuru dunia. Bahkan, dalam catatan Worldometers, penyakit ini udah bikin 1,5 juta di antaranya meninggal dunia, guys. Nggak terkecuali di Indonesia. Nah, Kementerian Kesehatan juga punya datanya.

Tell me what they got. 
Well, inhale, then exale. Disampaikan oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu, saat ini lebih dari setengah kasus HIV/AIDS yang ada di Indonesia tuh didominasi oleh remaja, guys. Nggak cuman itu, sebanyak 12.533 kasusnya diidap oleh anak di bawah 12 tahun :((. Adapun pengidap HIV/AIDS ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, kayak di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Banyak di sana?
Ya iya. Per Oktober kemarin, ada sebanyak 6.145 kasus baru yang ditemukan di Jawa Timur, di mana Kota Surabaya disebut sebagai penyumbang terbesar, guys. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Astha Triyono menjelaskan beberapa dari pengidap ini udah menjalani Terapi ARV sebagai langkah pengobatannya. But the thing is, Pak Erwin juga bilang ada semacam gap dari jumlah kasus sama yang menjalani terapi ini, guys. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor si, mulai dari pasiennya yang udah meninggal sampai mereka putus berobat. Merespons fenomena putus berobat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun commit buat memperluas jangkauannya, biar makin banyak pasien yang mau berobat nggak terkendala akses layanan itu.

Emang cuman itu aja obatnya?
At least kalau di Indonesia sih terapi Antiretroviral aka ARV ini masih jadi yang the one and only, guys. Meanwhile, pengobatan buat HIV/AIDS ini emang masih terus dikembangkan, di mana kalau case-nya AS, Food and Drugs Administration sana tuh udah mengeluarkan izin edar buat salah satu obat namanya Cabenuva, yang  udah bisa dipake buat pengidap di atas usia 12 tahun. A little context about this Cabenuva thing
Advertisement
, dia tuh cara kerjanya disuntik ke bagian bokong pasien sebulan atau dua bulan sekali sesuai petunjuk dokter. Dosisnya juga disesuaikan sama petunjuk dokter. Yang jadi concern di sini adalah efek samping dari si Cabenuva ini guys, mulai dari alergi, masalah hati, sampai anxiety dan depresi.

Ok. Now back at home..
Let’s go to Sumedang, Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat mencatat dari tahun 2020, 2021, dan 2022 tuh angka kasus HIV/AIDS terus meningkat, guys. Iya, meningkat belasan kasus tiap tahunnya. Beberapa dari mereka bahkan udah go beyond ke AIDS :(. Adapun penyebabnya, it’s none other than stigma masyarakat related to HIV/AIDS ini, guys. Mereka nggak mau diperiksa atau nggak mau konsumsi obat karena malu. Ujung-ujungnya ini penyakit ya makin menyebar deh kemana-mana.

The stigma hits so hard…
We know, rite? Dengan adanya stigma malah semakin memperparah penyebaran HIV/AIDS dan makin bikin Orang Dengan HIV/AIDS makin terpuruk karena merasa diasingkan dan dikucilkan dari society, plus nggak punya support system. Nah yang harus kamu tahu adalah, dengan kamu menolak kontak sama ODHA, itu termasuk tindakan diskriminatif lo, guys. HIV/AIDS nggak semudah itu bisa menular kok, nggak dengan kontak fisik kayak sekadar handshake atau ngobrol. Nggak juga dengan keringat. Always remember “Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya”.

Noted. Anything else?
The work is not done yet. Berbagai tantangan dalam penanganan HIV/AIDS juga masih terus dihadapi. Makanya sekarang pihak terkait mulai dari pemerintah, NGO, sampai kita-kita nih, masyarakat, masih kudu extra efforts buat memberantas penyakit ini, gengs. Pemerintah sendiri sih punya Program Indonesia Three-Zero HIV/AIDS 2030: Zero infeksi, zero kematian, dan zero stigma-diskriminasi yang hopefully bakalan tercapai di tahun 2030. Pembebasan di tahun 2030 ini juga udah dimulai di negara lain lo, kayak AS yang punya programnya sendiri as well.
Advertisement