Jurnalis Ditangkap Terkait Konflik dan Kondisi Politik Yang Bergejolak

431
What’s just raised the alarm?

Journalists conditions, worldwide.
Hah kenapa?
Karena keamanan bagi jurnalis makin nggak terjamin ni guys. Jadi berdasarkan survei globalnya the Committee to Protect Journalists (CPJ) yang dirilis di awal minggu ini, diketahui bahwa angka penangkapan dan penindasan jurnalis yang dilakukan oleh otoritas keamanan di tahun ini meningkat.
 
We’re talking about how many?
Well at least per 1 Desember 2020 ini, setidaknya tercatat ada 274 jurnalis yang dipenjara. Jumlah ini melebihi total di tahun 2016, yaitu 272 kasus. Ini juga merupakan tahun kelima di mana kekerasan dan tindakan penindasan terhadap jurnalis terjadi hingga melebihi 250 kasus di seluruh dunia.
Tell me more. 
Ok.  Surveinya juga menunjukkan ranking negara mana aja yang paling banyak memenjarakan jurnalis.  Nah, negara pertama yang paling banyak menangkap jurnalis adalah China, followed by Turkey, then Egypt, and Saudi Arabia. Mayoritas penangkapan ini sehubungan dengan konflik dan kondisi politik dalam negeri yang bergejolak.
Give me examples. 
Yha contohnya di China, sekitar 47 orang jurnalis dipenjara di daerah Xinjiang tanpa tuduhan yang jelas. Selain itu ada juga di Mesir, di mana 34 orang jurnalis ditangkap karena menyampaikan “false news”. Hasil surveinya menunjukkan bahwa dua per tiga dari jurnalis yang dipenjara, divonis dengan kejahatan anti-pemerintah seperti terorisme atau menjadi anggota kelompok-kelompok terlarang. Hal ini terjadi juga terhadap 53 jurnalis dari Eritrea atau Saudi Arabia. Di Eropa, penangkapan terhadap belasan jurnalis juga terjadi di Belarus, ga lama setelah presidennya dinyatakan memenangkan pemilu namun oleh warga dinilai curang, hingga menyebabkan munculnya arus protes.
Advertisement
Oh no…
Yep, jadi hampir semua jurnalis yang dipenjara adalah penduduk lokal yang membahas tentang kondisi dalam negerinya. Ada juga sih jurnalis asing atau dengan dua (kewarganegaraan) yang dipenjara, yaitu di China, Eritrea, Yordania, dan Saudi Arabia.  Moreover, 36 jurnalis atau 14% adalah jurnalis perempuan. Beberapa menulis tentang hak-hak perempuan di Iran atau Saudi Arabia.
 
Kalo di Amerika Serikat ada kasus kekerasan juga ga?
Ada dong. Tercatat ada 110 jurnalis di AS yang ditangkap dan dituntut hukum sepanjang tahun ini. Terus, sekitar 300an orang jurnalis juga pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. FYI, rata-rata penangkapan ini sehubungan dengan kondisi politik yang makin terpolarisasi, hingga upaya pembungkaman pers yang menyebabkan munculnya kekerasan pada jurnalis.
Ada yang sehubungan dengan Covid-19?
Ada juga. Masih menurut CPJ, seenggaknya ada satu orang jurnalis yang meninggal karena terpapar covid-19 di penjara. Jurnalis ini berasal dari Honduras dan dipenjara karena kerap menayangkan berita mengenai aktor penegak hukum di negaranya.
 
Oh no…
Yep, terkait penemuan ini, CPJ merekomendasikan supaya pemerintahan baru AS di bawah Joe Biden untuk mengembalikan kebebasan pers nggak hanya di negaranya, namun juga secara global. Adapun hal ini bisa dilakukan dengan mendukung media independen dan meminta diplomat AS di luar negeri untuk memberikan perhatian lebih pada kekerasan jurnalis yang terjadi di negara tempat mereka ngepos.
Advertisement