Nilai Tukar Dolar AS Naik

9

What’s rising but not your paycheck?

USD.
Yep. Nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah sekarang lagi tinggi-tingginya nih, guys. Per kemarin, 1 USD masih dihargai senilai Rp16.218. Hal ini ofc bikin trigger semua orang dong. Kayak, apa yang bakal terjadi nih kalau dolar semakin tinggi kayak gini. Apakah kita bakal wisata masa lalu kayak jaman Orde Ba…. *Sebagian teks hilang.
 
Hold on. I need some background. 
Well, yang harus kamu tahu adalah, for some reasons, nilai rupiahnya Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat tuh sekarang lagi lemah banget, guys. Dari yang biasanya kita tahu 1 USD tuh sekitaran Rp14 ribu, sekarang, 1 USD tuh meningkat jadi Rp16 ribu.
 
Why??
Well, kalau menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka sih, Ibrahim Assuaibi, hal ini dinilai cukup wajar. Adapun pelemahan Rupiah ini disebut Pak Ibrahim berkaitan erat sama berbagai peristiwa yang sekarang kejadian. Kayak inflasi di AS, situasi di Ukraina-Rusia, sampai perkembangan di Timur Tengah. That being said, masyarakat tuh banyak yang beralih ke dolar, invest pake dolar, dan meninggalkan mata uangnya. Termasuk Rupiah.
 
Terus terus?
Masih dari keterangan Pak Ibrahim, di case-nya Rupiah, sekarang tuh kan lagi libur Lebaran ya. Cuti panjang. Jadi pasar juga seolah mati kan. In that sense, nggak ada perlawanan nih dari rupiah kita. Dollar pun jadi semakin kuat deh. Makanya nilai tukarnya pun jadi lebih tinggi.
 
Terus gimana dong tuh?
Ya kemungkinan terbesarnya, kita bakal inflasi. Iya, menanggapi kondisi semakin tingginya dolar AS bagi Rupiah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sih bilangnya ada plus minusnya. Minusnya, Bu Ani bilang sektor impor kita bakal kena nih, di mana end up bikin ekonomi jadi inflasi. Tapi, on the other side, sektor ekspor kita diuntungkan dari kejadian ini. Karena penerimaan juga jadi lebih tinggi.
 
Okay….
Tapi ya tetep. Fenomena kenaikan harga dollar ini harus terus diantisipasi, guys. Dalam keterangannya kemaren, Bu Ani bilang pemerintah bakal tetap menjaga stabilitas ekonomi baik dari sisi mikro ataupun makro. Terus dari sisi moneter dan fiskal juga bakal terus diperhatikan. Nggak sampe di situ, Bu Ani bilang pihaknya juga terus koordinasi sama Bank Indonesia buat beradaptasi sama tekanan yang ada. In her words, Bu Ani bilang, ”Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus.”
 
I see….
Now; let’s take a look atBUMN. Merespons menguatnya dollar AS, Menteri BUMN Erick Thohir bilang BUMN kudu ambil langkah nih, especially buat perusahaan yang tergantung sama bahan baku dari luar negeri dan punya utang luar negeri kayak Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, dll. Mas Erick memberi arahan supaya BUMN-BUMN ini memborong dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
Doi juga ngeliatnya better langsung beli aja itu dollar dengan tepat guna dan sesuai prioritas, guys. Biar semua kebutuhan juga tetap terpenuhi.
 
Gpp tu?
Ya well, kalau menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, nggak bijak kalau di masa-masa sekarang justru borong dolar AS. Secara, kita tuh kudu meredam kebutuhan terhadap dolar. Terus Mas ET mengklarifikasi statement-nya tadi: “Oh iya emang nggak ngeborong kok” gitu. In that sense, Mas ET  juga meminta BUMN untuk melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Beliau juga mengklarifikasi bahwa yang dimaksud adalah lebih ke mengoptimalkan pembelian dolar AS secara tepat dan bijak.
 
Got it. Anything else?
Intinya gitu sih, guys. Dolar AS sekarang lagi gila-gilanya. So, what we can do adalah tahan dulu buat impor di masa sekarang. Apalagi impor-impor konsumtif yang nggak mendesak. Karena kalau kita terus-terusan impor nih, ya balik lagi kata Bu Ani tadi, potensi inflasi bakal terbuka lebar, dan semakin lebar.