Kondisi Laut & Biotanya Terancam Punah

12

When time is really ticking…

To save the sea and all the living things in it.
Hiks sedih banget deh, guys. Kondisi laut dan berbagai biotanya bener-bener terancam punah dan mungkin bakal susah untuk kita temukan lagi. Semuanya gara-gara kompleksnya dampak climate crisis yang terjadi di seluruh dunia hingga memicu berbagai fenomena luar biasa macem kematian berjamaah biota laut, extremely cold upwelling, dan pemutihan massal terumbu karang yang bahaya banget buat kehidupan bawah laut.
 
Hold on I need some background.
Sure. Jadi to give you some context, kamu perlu tau dulu nih kalo climate crisis yang terjadi di bumi kita sekarang ini udah bener-bener nggak wajar dan penuh dengan anomali banget. You can name it lah, mulai dari bencana alam yang terjadi di berbagai tempat, kekeringan yang berkepanjangan, sampe suhu ekstrem di mana-mana. Nah, nggak cuma wilayah daratan yang dihuni manusia aja yang kena dampak adanya climate crisis. Wilayah laut yang jadi tempat tinggal ikan, penyu, sampe juga ikut terancam, guys.
 
Lho kok bisa?
Yha bisa dong. Soalnya emang suhu panas ekstrem di laut bener-bener secara masif terjadi, guys. Bayangin aja deh, since tahun 1982 sampe 2011 lalu tuh suhu rata-rata permukaan laut di dunia cuma ada di kisaran 20 derajat Celsius. Nah suhu ini melonjak naik hingga selalu di atas 20,5 derajat celsius pada 2023 kemarin. Terus parahnya, di tahun 2024 ini suhu rata-rata permukaan air laut di dunia justru makin naik dengan selalu ada di atas 21 derajat Celsius.
 
Wagilaseh.
Ya kaannn. Nah kamu perlu tau juga nih kalo suhu panas ekstrem yang terjadi di laut ini berdampak ke banyak hal, guys. First off all, kita mau bahas soal banyaknya penyakit dan kematian yang dialami para hewan-hewan laut kayak penyakit yang diderita lumba-lumba dan singa laut di California, AS dan milyaran kepiting yang menghilang di Alaska, AS pada 2023 lalu. Nah dari kejadian ini, scientist dari James Cook University, Australia bernama Nicolas Lubitz baru-baru ini melaporkan kalo munculnya penyakit dan musnahnya beberapa biota laut ini ternyata disebabin sama peningkatan suhu air laut dari adanya climate crisis.
 
Tell me more about it.
You got it. Jadi dari risetnya yang dipublikasi dalam jurnal Nature Climate Change beberapa waktu lalu, Lubitz dan beberapa rekannya ada bilang kalo munculnya penyakit dan musnahnya beberapa hewan laut ini tuh ada kaitannya sama fenomena extremely cold upwelling, guys. Buat yang nggak tau, upwelling ini tuh semacam fenomena di mana ada pembalikan massa air laut gitu. Jadi air laut dengan suhu lebih dingin yang biasanya ada di dasar laut tiba-tiba aja bergerak ke permukaan akibat adanya angin kencang dan arus laut. Nah, hewan-hewan laut yang biasa hidup di air hangat ofc jadi shock dong kena air yang jauh lebih dingin dan akhirnya bikin mereka penyakitan dan mati.
 
Terus hubungannya sama climate crisis apa?
Well kalo kata Lubitz sih, climate crisis yang sekarang terjadi udah nggak cuma bikin air laut jadi lebih panas. Krisis iklim juga udah bener-bener mengacaukan fungsi laut dan salah satunya berimbas ke fenomena upwelling itu tadi. Nah disebutin juga kalo fenomena upwelling ini ada beberapa kali terjadi. Salah satunya ada di Afrika Selatan pada 2021 lalu di mana 260 hewan laut dari 81 spesies yang berbeda langsung mati dalam satu fenomena ekstrem upwelling ini.
 
OMG banyak banget :((
Iya lho, guys. Selain itu, upwelling ini bukan satu-satunya ancaman dari dampak climate crisis buat biota-biota laut kita. Ada juga kondisi pemutihan terumbu karang yang belakangan terjadi secara massal di seluruh dunia. Jadi guys, pemutihan pada terumbu karang tuh nandain kalo biota laut tersebut lagi stres akibat gelombang panas air laut. Di situ, terumbu karang bakal kehilangan algae yang sedianya menyalurkan sebagian besar energi buat terumbu karang. Kalo algae ini habis, terumbu karangnya bisa memutih dan mati 🙁
 
Kalo nggak ada karang, nggak ada ikan dong?
Yep, bener banget. Secara banyak banget biota laut kita yang bergantung dari terumbu karang sebagai bahan makanan atau tempat tinggal. So, kalo terumbu karang habis yha rantai makanan laut bisa kacau dan berimbas ke biota laut yang lain. Apalagi based on data dari National Oceanic and Atmospheric Administration dan The International Coral Reef Initiative, ada 54 persen kawasan terumbu karang di seluruh dunia yang mengalami pemutihan terumbu karang dalam satu tahun terakhir. Nah jumlah ini jadi periode pemutihan terburuk yang pernah ada dengan ada 53 negara yang terdampak.
 
Huft, terus kita bisa apa dong?
Nah kalo soal itu, CEO Australian Institute of Marine Science bernama Selina Stead ada bilang nih kalo pengurangan emisi karbon yang berdampak langsung ke climate crisis bisa bener-bener berdampak positif terhadap keberlangsungan biota laut. In her words, Stead ada bilang, “That is why it is critical the world works to reduce carbon emissions. It’s also important to ensure coral reefs are well managed at local and regional levels.”
 
Got it. Anything else I should know?
Salah satu tempat paling famous yang ikut terkena fenomena pemutihan terumbu karang tuh ada terjadi di Great Barrier Reef yang ada di Aussie, guys. Padahal di sana ada sekitar 345 kilometer persegi terumbu karang yang jadi rumah 1.500 spesies ikan. Kata pengelola Great Barrier Reef sih, fenomena pemutihan terumbu karang di sini emang disebabin sama adanya climate crisis dan diperkuat sama El Nino.