Kejanggalan Tewasnya Pengawal Pribadi Kapolda Kaltara

101

Now, here’s your 360 updates on the curious case of…

Tewasnya pengawal pribadi Kapolda Kaltara.
Less than a week after terbunuhnya pengawal pribadi Kapolda Kalimantan Utara (Kaltara) bernama Setyo Herlambang, kini pihak kepolisian masih terus menyelidiki kasus ini. Beberapa fakta baru juga udah mulai terungkap dan mulai dibagikan ke publik. Mulai dari hasil autopsi, rekaman cctv, sampai keterangan para saksi. Berbagai pihak juga menyebut adanya kejanggalan dalam kasus ini dan meminta pihak kepolisian transparan dalam mengusutnya. So, without further ado, let’s check this out, guys.

I’m ready soooo for this.
Us too. But to refresh our memory, kita mulai dari kronologinya dulu ya. Jadi almarhum Brigpol Setyo ditemukan tewas di kamarnya, Jumat kemarin. Dari hasil olah TKP yang dilakukan Polda Kaltara, korban diduga tewas pada saat membersihkan senjata api miliknya. Keesokan harinya, jenazah korban langsung diterbangkan  ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang untuk dilakukan autopsi. Dari hasil autopsi ini, korban diketahui terkena tembakan peluru pada dada kiri yang langsung menembus jantung dan paru-paru. Usai autopsi selesai, jenazah langsung dimakamkan di Kendal, Jawa Tengah.

Ok go on.
Kasus ini langsung jadi perhatian publik dong. Secara kita masih inget banget kan sama drama di kasus kematian Brigadir Yosua, Irjen Ferdi Sambo, dll yang literally baru kejadian tahun lalu banget. Oleh karena itu, Minggu kemarin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit langsung memerintahkan pengusutan tuntas atas kasus ini. Nggak tanggung-tanggung, Divisi Profesi dan Pengamanan aka Propam Mabes Polri langsung diturunkan. Pak Sigit juga menegaskan kalau hasil penyelidikan harus bisa dipertanggungjawabkan ke publik dan selalu transparan.

Terus ada update apa?
Sejauh ini, Polda Kaltara udah memeriksa 14 orang saksi nih, guys. Selasa kemarin, Kabid Humas Polda Kaltara, Kombes Budi Rachmad bilangnya, dari total saksi yang diperiksa, ada 13 anggota Polri dan satu pegawai harian lepas. Lebih lanjut, Kombes Budi juga bilang kalau penyelidik udah ngelakuin gelar perkara Senin kemarin. Dari gelar perkara ini, penyidik mengamankan dua rekaman CCTV yang ada di rumah dinas Kapolda Kaltara dan mencocokannya dengan keterangan saksi di TKP.

CCTV lagi nggak tuh.
Iyesss, soalnya dari rekaman CCTV dan keterangan saksi di TKP, didapatkan bahwa Brigadir Setyo sempat terekam CCTV yang ada di bagian depan ketika sedang masuk ke dalam kamar pengawal pribadi. Selain itu, disebutkan juga kalau korban masih merespon dari dalam kamar ketika seorang saksi meminjam sendalnya. Sementara CCTV kedua yang ada di bagian samping merekam tuh pecahnya kaca yang diduga bertepatan dengan meletusnya senjata korban. Meskipun begitu, keberadaan proyektil peluru
Advertisement
 masih belum ditemukan.

Hmmm…
Nah nggak berselang lama, seorang rekannya berinisial K nyamperin kamar korban nih. Awalnya saksi K ingin mengajak Brigpol Setyo buat lunch bareng. Kebetulan saksi K juga udah selesai memasak dan sempat mau mengirim foto masakannya ke korban. Tapi hal itu urung dilakukan dan memilih mendatangi langsung kamar Brigpol Setyo. Naas, saksi K udah menemukan rekanya bersimbah darah. Mengetahui hal ini, saksi K langsung menghubungi petugas piket beberapa pihak lain.

Anyone said anything about this case?
Banyak, guys. Salah satunya dateng dari mantan Kabareskrim Polri, Susno Duadji yang Senin kemarin bilang Polda Kaltara terlalu cepat mengambil kesimpulan penyebab kematian korban akibat kelalaian. Pak Susno juga bilang kalau pengawal pribadi pimpinan tertinggi tuh nggak sembarangan dipilih. Apalagi korban ini termasuk masuk di anggota Banit 3 Subden 1 Den Gegana Satbrimob. Lebih lanjut, Pak Susno juga menyorot kejadian tersebut terjadi di saat masih jam dinas. Sebagai pengawal pribadi, harusnya korban nempel tuh sama Kapolda atau at least ada di kantor, bukan di rumah dinas.


Hhmmm sus sih.
Yakaaaan? Nggak cuma Pak Susno nih yang ngerasain kejanggalan dalam kasus ini. Pakar hukum dan kepolisian dari Universitas Islam Indonesia, Eko Riyadi menilai penyebab kematian korban karena kelalaian tuh samsek nggak masuk akal. Soalnya kalau bersihin senpi, arahnya pasti ke depan dong, bukan malah mengarah langsung ke jantung. Jadi, Pak Eko juga meminta kepolisian buat nggak langsung membuat kesimpulan. Better dibuka seluas mungkin dulu investigasi kasus tersebut sebelum menyampaikan penyebab kematian korban.

Got it. Anything else?
Well, pada saat senpi meletus, nggak ada satu pun saksi yang mendengar suara letusan itu. Kombes Budi menduga nggak terdengarnya suara letusan senpi diakibatkan senpi tersebut dalam kondisi terbungkus kainFYI, Brigpol Setyo disebut menggunakan senpi jenis HS-9 bernomor HS178837. Senpi jenis ini tuh merupakan senjata genggam semi otomatis buatan HS Product, Kroasia dengan kapasitas maksimal 16 peluru dengan kaliber 9 mm.
Advertisement