Situasi Konflik di Papua Memprihatinkan

246

When Papua is getting the spotlight…..

Di Pelantikan Panglima TNI.
Yoi. Panglima TNI kan baru aja berganti dari Jenderal Andika Perkasa ke Laksamana Yudo Margono yah. Di pelantikan kemarin, Laksamana Yudo meng-highlight situasi konflik di Papua yang sampai sekarang masih concerning, belum kelar, dan masih ditangani sama TNI/Polri, guys.

Hold on. What’s happening in 
Papua?
It all comes back to tahun 1965, di mana ada satu kelompok namanya Organisasi Papua Merdeka aka OPM yang berniat mengakhiri pemerintahan RI di Provinsi Papua dan Papua Barat (yang sebelumnya disebut Irian Jaya), dan berniat melepaskan diri dan merdeka dari NKRI. Segala cara dilakuin sama mereka guys, termasuk melakukan berbagai aksi kriminal biar tujuan mereka terpenuhi. Makanya istilah OPM ini pun later on berubah jadi KKB which stands for Kelompok Kriminal Bersenjata.

What
?? Kriminal??
Iya. Even sampai sekarang, mereka masih bergerilya melakukan gerakan separatis dan menebar teror ke warga sipil, guys. Terornya pun nggak main-main, Berbagai ke-chaos-an terjadi di Papua. Mulai dari penyanderaan, penembakan, pembakaran rumah dan sekolah, sampai pembunuhan. So, dari sini, ada dua poin yang bisa di-highlight ygy.. Pertama maksud dan tujuan gerakan separatis ini yang mengganggu kedaulatan bangsa, dan gerakan kriminalitas tadi. Jadi yang berperan pasang badan pun ada dua instansi, TNI sama Polri.

Terus gimana dong tuh?
TNI sama Polri lalu melakukan berbagai langkah penanganan, termasuk menangkap orang-orang yang terlibat dalam kelompok ini. Cuman yha gitu, seiring dengan anggota KKB yang ditangkap dan diamankan, kelompok ini juga menargetkan serangan ke anggota TNI/Polri yang berjaga, guys. Yang terbaru, pada 13 Desember kemarin, kelompok KKB melancarkan serangannya ke arah rombongan polisi di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Dalam serangan itu, empat kendaraan Polres pun dibakar, gengs.

Ya ampun serem amat….
Makanya ini yang jadi salah satu concern dari Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Dalam keterangannya kemarin, sebagai Panglima TNI, Laksamana Yudo mention rencananya soal penanganan konflik di Papua ini, yaitu dengan pendekatan yang lebih humanis. Adapun salah satu milestone-nya adalah dengan menonjolkan operasi teritorial rather than operasi militer dan nge-consider pengurangan prajurit di Papua.

Terus terus?
Rencana ini juga udah beliau sampaikan langsung ke Presiden Joko Widodo, guys. Menurut Pakde, rencananya Laksamana Yudo tuh udah bagus. Pendekatan yang humanis, good. Pengurangan prajurit, good. Tapi dengan catatan. TNI dan Polri tuh kudu bersinergi buat menjaga stabilitas keamanan RI. Lebih jauh, Presiden Jokowi juga menekankan supaya tetap bersikap tegas sama KKB di Papua, sesuai dengan hukum yang ada. Secara kalau kitanya lemah, yha nggak bakal kelar-kelar deh tuh masalah di sana.

I see….
Meanwhile, dalam keterangannya, Laksamana Yudo bilangnya daerah Papua tuh sejauh ini masih jadi daerah kriminal, sehingga masih jadi wewenangnya Polri. Tapi kalau kondisinya udah getting worse, baru deh TNI ambil posisi. Terus, sampai sekarang, masyarakat di Papua tuh diketahui emang masih butuh banget
Advertisement
dukungan dari prajurit TNI di sana. Kayak sekolah-sekolah, banyak guru yang nggak ada di tempat, TNI stand by. Terus kalau angkutan umum kurang, TNI juga stand by, Pokoknya gimana caranya kegiatan sosial masyarakat di Papua tuh tetap berjalan. Ini juga yang jadi tujuan Laksamana Yudo di mana keadaan sosial di sana kudu balik jadi keadaan normal.

Wait
, ambil posisi tadi gimana maksudnya?
Yha ambil posisi dalam penanganan konflik kalau situasi udah makin nggak kondusif, guys. In that sense, TNI bakalan melakukan berbagai persiapan salah satunya adalah dengan menyiapkan alutsista buat mengantisipasi konflik. Nggak kepengen ada konflik sih, amit-amit. Cuman antisipasi aja, persiapan buat segala kemungkinan yang bakal terjadi kata Laksamana Yudo. Kekuatan dari AD, AL, sama AU udah disiapkan, alutsista juga stand by. Prajurit juga latihan rutin, biar kapan pun dibutuhkan, pasukan kita udah siap siaga gitu.


Are we talking about Papua only or….
Nope. We’re also talking about 12 perbatasan negara yang dinilai rawan konflik, di mana 10 di antaranya merupakan perbatasan laut. Nah buat menghindari konflik di 12 daerah ini, TNI udah menempuh langkah diplomasi buat perbatasan yang ada di darat, tapi agak struggle when it comes to diplomasi di perbatasan laut, especially Laut Natuna. Masih dari pernyataan Laksamana Yudo, diplomasi di Laut Natuna tuh udah dilakukan sebanyak 14 kali dari tahun 1973 nggaak kelar-kelar. That being said, hal ini emang nggak mudah, guys. Makanya Laksamana Yudo pun berencana buat visit langsung ke tiga daerah rawan, yaitu Papua, Laut Natuna, sama satu lagi Aceh. Harapannya dengan visit langsung ini, Panglima TNI pun jadi bisa memutuskan kebijakan apa yang bisa dilakukan buat menangani daerah rawan ini.

Okay anything else I should know?
Talking about Panglima TNI yang mau visit ke Laut Natuna, yang harus diketahui adalah semingguan ini gelombang Laut Natuna tuh lagi tinggi-tingginya, guys. Mencapai empat sampai enam meteran rata-ratanya, dan masuk kategori sangat tinggi. Gelombang tinggi ini juga disertai dengan angin kencang dengan kecepatan lebih dari 30 knots di Laut Natuna Utara, plus hujan disertai petir di seluruh wilayah Natuna. Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak BMKG Supadio pun menyampaikan warning-nya terutama buat yang mau beraktivitas di laut, termasuk buat nelayan dan masyarakat yang tinggal di pesisir laut.
 
Stay safe!
Advertisement