Pelonggaran Pembatasan di China Berpotensi Sebabkan 1 Juta Kematian

208

When China is facing another serious situation…

It’s still about COVID-19. 
Gara-garanya, menurut studi terbaru, pelonggaran aturan pembatasan COVID-19 di China berpotensi menyebabkan hampir satu juta kematian.
 
WHAT? Is it another wave of COVID-19? 
It’s because of pelonggaran aturan tiba-tiba dan kurangnya persiapan untuk menghadapi COVID-19. Jadi gini gengs, kamu pasti udah tahu lah ya bahwa dalam tiga tahun belakangan, China emang nerapin aturan COVID-19 paling ketat sedunia. Mulai dari lockdown ketat, karantina yang terpusat, pengujian massal dan pelacakan kontak yang erat. Bahkan, China nerapin aturan ketat itu paling lama, di saat dunia udah berangsur normal. Hal ini kemudian menyebabkan ketidakpuasan warganya yang bikin warga China banyak yang turun ke jalan untuk memprotes aturan lockdown tadi. Nah, gara-gara banyak warga yang protes, pemerintah akhirnya mencabut aturan dan melonggarkan kebijakan COVID-19 di banyak wilayah di China.
 
But.. 
Tapi ternyata, para ahli kasih peringatan kalo negara itu kurang siap buat keluar dari aturan pembatasan yang ketat. Soalnya tingkat vaksinasi lansia juga masih kurang, hingga berakibat terjadi lonjakan kasus dan tingkat perawatan di rumah sakit juga masih tinggi. Makanya, tiga professor di Universitas Hong Kong memperkirakan bahwa dengan kebijakannya sekarang, bakal ada 684 kematian untuk setiap satu juta orang. Since populasi China ada sekitar 1,4 miliar, artinya total bisa mencapai 964.400 kematian. Selain kematian, diperkirakan juga banyak sistem kesehatan lokal yang bakal kewalahan. Soalnya menurut perkiraan, tingkat rawat inapnya bisa mencapai 1,5 sampe 2,5 kali lipat dari kapasitas rumah sakit. 
Advertisement
 
Well, is there anything that can be done?
Sebenernya, kalo menurut para ahli, situasi terburuk itu bisa aja dihindari kalo China dengan cepat meluncurkan vaksin booster dan obat antivirus. Menurut penelitian yang sama, dengan cakupan vaksinasi dosis keempat sebesar 85% dan cakupan antivirus sebesar 60%, tingkat kematiannya bisa berkurang sebesar 26% sampe 35%.
 
And on the latest update…
Fyi, pada Senin (19/12) kemarin, otoritas Kesehatan China melaporkan dua kematian akibat COVID-19. Ini tuh kasus kematian pertama yang dilaporkan secara resmi sejak pelonggaran aturan pembatasan pada 7 Desember lalu. Terus, kota-kota besar lainnya juga mengalami lonjakan penularan. Misalnya di Shanghai yang kembali menerapkan sekolah online. Same with Guangzhou yang juga mulai Kembali ke sistem belajar online. Tapi satu hal yang janggal adalah ketika China berhenti melaporkan angka kasus tanpa gejala sejak pekan lalu. Katanya, udah nggak mungkin buat melacak jumlah kasus infeksi yang sebenarnya.
 
Anything else? 
Sebenernya, kalo menurut Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di CDC China, masa-masa terburuk dari COVID-19 tuh belom dateng. Yang sekarang dialami nih baru yang pertama dari tiga gelombang infeksi, yang diperkirakan bakal terjadi di musim dingin.
Advertisement