Pemerintah Indonesia Bertemu PBB Terkait Pengungsi Rohingya

49

When our government keeps doing the best….

For Rohingya’s refugees.
Guys, pernah nggak sih kamu lagi banyak masalah nih, eh terus udah ada masalah lain. Terus, kalau udah begitu, jalan keluarnya apa coba? Ya call a friend alias minta bantuan dong. Yep, ini yang sekarang lagi dilakukan sama pemerintah Indonesia yang lagi menghadapi isu pengungsi Rohingya. Karena baru aja Senin kemarin nih, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketemuan sama komisionernya Dewan Tinggi PBB yang spesifik ngurusin pengungsi, which is United Nations High Commisioner for Refugees aka UNHCR, buat cari jalan keluar terhadap krisis ini.

I need some background. 
You got it. Jadi as we all know pengungsi Rohingya yang terus berdatangan ke Indonesia tuh kan udah jadi masalah ya, guys di sini. Secara, kapal-kapal mereka terus mendarat di Aceh, warganya ada yang turun, terus susah disuruh cabs lagi. Padahal, masyarakat Aceh-nya sendiri udah ogah banget menerima mereka. Iya, pengungsi Rohingya ini dinilai sering bikin ulah di Aceh sana, guys. You name it, se-simple kayak mematuhi norma dan adat Aceh aja mereka dinilai nggak bisa. Belum lagi tindak kriminal lain mulai dari pemerkosaan, pencurian, sampai yang paling parah… Perdagangan orang.

WHATTT?? Seriusan??
Yoi. Hal ini juga yang jadi concern-nya Presiden Joko Widodo, guys. Dalam keterangannya beberapa waktu lalu, Pak Presiden menyebut bahwa ada dugaan tindak pidana perdagangan orang aka TPPO kuat terjadi di Aceh, dan melibatkan pengungsi Rohingya. Apa nggak ketar-ketir tuh warga?? That being said, Pak Jokowi langsung kasih instruksi bahwa pelaku TPPO ini harus segera ditindak tegas. In the meantime, Pak Jokowi juga kasih instruksi buat buruan deh tu tektokan sama UNHCR, Dewan PBB yang khusus nanganin pengungsi, supaya buruan kelar masalah pengungsi Rohingya di negeri Wakanda, eh, no more Wakanda ini guys.

HMMM rempong.
Ya iya, tapi perlu kamu tahu juga nih bahwa peran negara emang harus ada dalam penyelesaian krisis ini guys. Yep, sesuai yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri, Indonesia tuh kudu turut andil menangani pengungsi. Mulai dari pengamanan, penampungan, pengawasan, sampai kerja sama. Nah pengamanan, penampungan, pengawasan, kan udah checked nih kita. kerja sama ini yang kemudian coba dijalankan Indonesia dengan UNHCR. Biar berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Jadi kita nggak repot sendirian gitu ehehehehe.

I see. Terus gimana prosesnya? 
Adapun prosesnya udah berlangsung dari Senin kemaren. Menteri Luar Negeri RI, Bu Retno Marsudi, udah meeting sama Komisioner UNHCR, namanya Filippo Grandi. Dalam pertemuan yang digelar di Jenewa, Swiss, itu Bu Retno ceritain lah dari A-Z pengungsi Rohingya di Indonesia keadaannya kayak apa. Di situ baru deh Bu Retno bilang kalau Grandi ngerti banget masalahnya gimana. Lebih jauh, pihak UNHCR janji bakal berusaha semaksimal mungkin buat bantu masalah ini cepetan kelar, guys. Salah satunya, kasih bantuan buat para pengungsi Rohingya.

Bantuan mah kita juga ngasih. Tapi kan mereka masih kekeuh di sini….
Nah soal itu juga. Dalam pertemuan kemaren itu, Bu Retno juga nge-bring up
Advertisement
 soal The 1951 Refugee ConventionTo give you some context, The 1951 Refugee Convention ini adalah aturan yang ditetapkan PBB di mana negara yang meratifikasinya wajib menerima para pengungsi. Kasih program pelatihan, nyediain sekolah, akses kesehatan, sampe akhirnya bisa berintegrasi sama negara barunya, atau in some cases, kalo mau dibalikin ke negaranya juga ada prosedur-prosedur yang lebih teratur lah.

HMMMM……
Contohnya negara penerima tuh kayak Jerman yang banyak nerima pengungsi dari Timur Tengah, atau Amerika Serikat yang nerima pengungsi dari Amerika Latin. Nah, the problem is Indonesia tuh engga ikut ratifikasi, jadi kita bebas dari aturan-aturan tadi. That being said, dalam kesempatan kemaren Bu Retno ngomong “Pls negara-negara yang ikutan ratifikasi, do something dong. Ngapain kek, buka resettlement kek. Biar beban pengungsi tuh nggak geser ke negara lain kayak Indonesia gini” ceunah.

Nggak beban juga nggak sih sebenernya…. Eh, apa iya?
Well, kalau menurut perwakilan UNHCR, sejauh ini pengungsi Rohingya tuh nggak jadi beban kok buat pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Daerah Aceh. Yep, disampaikan oleh Faisal Rahman, Protection Associate di UNHCR, penanganan pengungsi Rohingya di Aceh tuh nggak membebani keuangan Pemda, gengs. Segala kebutuhannya semua, disalurkan lewat berbagai program kerja sama yang udah dilakukan dengan masyarakat. Jadi ya gitu deh.

So, where are we going from here? 
Ya nunggu apa tindakan UNHCR dan pemerintah terkait hal ini. In the meantime, Bang Faisal sendiri sih berharapnya semua stakeholder di sini tuh bisa duduk bareng gitu lo, “Apa nih yang bisa kita lakukan, guys?” Biar dari sisi kemanusiaan kita checked, terus at the same time juga bisa ikut mengurangi rasa kekhawatiran masyarakat lokal. On the other side, PJ Gubernur Aceh Achmad Marzuki menyebut pihaknya bakal tetap patuh ke Perpres Nomor 125 Tahun 2016 tadi, dengan tetap nge-provide lokasi penampungan buat para pengungsi. Jadi ya again, balik lagi keputusannya ada di Pemerintah Pusat, gengs. Aceh ngikut aja gitu.


Got it. Anything else?
FYI dari beberapa waktu lalu pemerintah kita kan udah clear and square ya bahwa kita tetap bakal mengedepankan kepentingan masyarakat lokal, abis itu baru ngurusin pengungsi. Kepentingan masyarakat lokal ini yang kemudian kudu jadi concern kita bersama kan, khususnya di Aceh since penampungannya paling banyak di sana. Nah tapi, kalau menurut Menko Polhukam, Mahfud MD, nggak cuma Aceh yang bakal jadi lokasi penampungan di sini, gengs. Tapi juga Riau dan Sumatera Utara. Iya, dalam keterangannya Senin kemaren, Pak Mahfud menyebut bakalan ada Musyawarah Pimpinan Daerah buat 3 daerah itu, yang hasilnya bakal menetapkan di mana nih lokasi penampungan sementara buat para pengungsi Rohingya. Either itu tetap di Aceh, Riau, atau Sumatera Utara. Jadi yaa.. Let’s see deh.
Advertisement