Agus Rahardjo Bongkar Drama KPK

54

What’s spilled but not your coffee when you see your crush?

KPK’s secret.
Yep, makin drama aja dah lembaga anti rasuah ini yah. Setelah mantan ketua KPK Firli Bahuri jadi tersangka, kemaren nih, Mantan Ketua KPK yang lain juga nge-spill drama lembaganya berkaitan sama kekuasaan, dan lanjut/stopnya suatu kasus di lembaga tersebut. Bawa-bawa Setnov, kasus E-KTP, and yes.. the one and only, Presiden Joko Widodo. So now, everybody meet: Ketua KPK Periode 2015-2019. Agus Rahardjo.

Wohoooo spill the tea!
Sure. Gini gini, as we all know sekarang itu Komisi Pemberantasan Korupsi aka KPK tuh masih diomongin banget ya guys sama netizen +62. Secara, ketuanya aje nih, Firli Bahuri, sekarang udah berstatus sebagai Tersangka dalam dugaan pemerasan mantan Menteri Pertanian yang juga tersangka KPK, Syahrul Yasin Limpo. In that sense, fase ini dinilai sebagai titik terendah di lembaga anti rasuah itu, guysBut hold your thoughts karena Mantan Ketua KPK periode 2015-2019, Agus Rahardjo kemaren nge-spill kalau ada lagi another titik terendah yang dialami sama KPK.

Apatuuu?
Beliau nge-spill bahwa lembaganya diminta Presiden buat menyetop satu kasus. Yep, dalam wawancara eksklusifnya bareng Rosiana Silalahi hari Kamis kemaren, Pak Agus bersaksi bahwa pernah ada satu masa dia dipanggil oleh Presiden Jokowi dan diminta buat menyetop kasus yang waktu itu lagi ditangani sama KPK. Yep, we’re talking about kasus korupsi E-KTP yang menjerat mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto 2017 lalu, dan merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun. Dalam keterangannya, Pak Agus bilang dia dipanggil sendirian, terus begitu ketemu Presiden langsung teriak, “Hentikan.” Nggak diketahui secara pasti sih alasannya kasus itu minta dihentikan gimana, tapi yang pasti, Pak Agus bilang dia nggak bisa mengabulkan permintaan itu. Sprindik-nya udah ditandatangani tiga minggu sebelum pertemuan itu, dan di jaman itu, Surat Perintah Penghentian Penyidikan aka SP3 tuh belom berlaku guys di KPK.

I think
 ketebak ini arahnya ke mana….
We know, we knowRevisi UU KPK kan? Ehehehehe. Pak Agus juga mikirnya gitu, gengs. As we all know sebelum Undang-Undang tentang KPK direvisi, status dan kedudukan KPK tuh kan independen ya. Bertanggungjawabnya ya ke masyarakat. Pimpinan KPK juga masi bisa tuh menolak permintaan Presiden kayak yang disebut dilakukan Pak Agus. Cuma ya gitu, di 2019, lewat UU Nomor 19 Tahun 2019,  KPK sekarang kedudukannya ada di bawah Presiden, guysIn that sense, Pak Agus Rahardjo menilai penolakannya waktu itulah ya nge-trigger lahirnya UU ini gitu.

HMMM….
Balik lagi ke pertemuannya Pak Agus dan Presiden Jokowi, Pak Agus Rahardjo di situ menyebut bahwa ada Pak Pratikno, Menteri Sekretaris Negara yang ikut dalam pertemuan tersebut. Jadi mereka bertiga tuh kan. Nah, ketika dikonfirmasi lagi sama yang bersangkutan, Pak Pratikno bilangnya dia nggak merasa/nggak ingat ada pertemuan tersebut, guys. Pak Pratikno bahkan bilangnya Presiden tuh dukung banget proses hukumnya Setnov tetap berjalan. In his words, gini nih dia bilangnya: “Yang saya tahu, sebagaimana banyak terekam dalam pemberitaan media, bahwa Bapak Presiden mendukung berjalannya proses hukum Pak Setnov. Sebagaimana kita tahu, proses hukum Pak Setnov tetap berjalan pada waktu itu dan Pak Setnov telah dijatuhi hukuman yang berat.”
Advertisement

Terus gimana dong tuh? 
Makanya, dari sini banyak banget pro dan kontra, guys. Kayak temen-temennya Pak Agus di KPK, ya pro sama hal ini. Mantan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang bahkan membenarkan kejadian itu since Pak Agus cerita sendiri ke dia sejak 2019 lalu. Terus mantan penyidik KPK, Praswad Nugraha juga pro sama Pak Agus. Praswad menyebut hal ini adalah upaya pelanggaran yang serius, guys, makanya harus dibongkar praktik begini. Biar terang benderang, katanya gitu.

What about the other side? 
On the other side, kayak dua mata logam juga. Ada juga yang kontra dan menilai pernyataan Pak Agus tadi emang biar rame aje ini Pemilu. Yep, disampaikan oleh Direktur Eksekutif Law and Democracy Studies, Juhaidy Rizaldy, pernyataan Pak Agus tuh disayangkan banget considering Pemilu tuh tinggal berapa bulan lagi. “Kenapa baru sekarang?” gitu maksudnya. Terus, Juhaidy juga menyesalkan kenapa Pak Agus ceritanya nggak lengkap. Imbasnya, citra presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara ya juga bisa bahaya, katanya gitu. That being said, Pak Agus pun kudu bisa mempertanggungjawabkan statement-nya, guys. Kalau nggak, ya bis-bisa kena masalah pidana dah tu, soal berita bohong.

Okayyy….
The same thought is also mentioned by Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon. Menyikapi statement Agus Rahardjo, Bang Fadli juga menyesalkan kenapa baru sekarang tuh statement keluar, guys. Di tengah situasi politik yang on fire begini, dan toh kasusnya juga udah deadlock lama. Makanya, menurut Bang Fadli, kalau semua informasi digali terus dijadiin amunisi buat kepentingan politik ya… sayang banget. Secara, bisa banget statement ini dijadiin alat kampanye buat menjatuhkan suatu pihak gitu kalau kata Bang Fadli.


Wrap it up sambil w mikirin which side I am….
Ehehehe your call, guys. But to conclude it all, Ketua PSI yang juga anaknya Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep kemaren nantangin Agus Rahardjo nih, guys. “Kasih buktinya. Sudah gitu aja kok repot,” ceunah. Meanwhile, dari pov Pak Agus, Pak Agus tuh masih kzl dan bahkan nyalahin Jokowi atas masalah KPK saat ini. Iya, menurut Pak Agus Rahardjo nih, yang seharusnya direvisi tuh bukan UU KPK, tapi UU Tindak Pidana Korupsi. Secara, dalam UU Tipikor, which is UU Nomor 20 Tahun 2001 yang sekarang ini, masih belum nge-fulfill Konvensi PBB against korupsi, guys. Toh UU KPK-nya juga ditolak di mana-mana yekan. In that sense, Pak Agus ngeliatnya kalau aja Pak Jokowi mau dengerin aspirasi masyarakat waktu itu, ya most likely KPK nggak bakal ada di titik ini sekarang.
Advertisement