Negara Penghasil Minyak Harus Tanggung Jawab Atas Krisis Iklim

50

When you got a lot of money from a toxic way…

By doing business in fossil fuels.
Now on to climate crisis, di mana belum lama ini, eks Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown bersama para eks pemimpin global dan tokoh ekonom internasional lainnya baru aja menekan negara-negara penghasil minyak untuk ikut tanggung jawab atas kondisi climate crisis yang makin parah belakangan ini. Lewat surat terbuka yang mereka tulis, para tokoh internasional ini meminta negara-negara kaya penghasil minyak buat dikenakan retribusi sebanyak USD25 miliar
Advertisement
 atas bencana iklim yang udah mereka sebabkan.

WOW, give me some background.
You got it. Jadi as we all know, climate crisis yang kita dan seluruh masyarakat dunia rasain sekarang ini tuh salah satu penyebab utamanya adalah bahan bakar fosil. Iya, untuk ngolah bensin, listrik dll yang berasal dari batu bara, minyak, natural gas dkk itu emisinya besar banget, sampe bikin udara panas, menyebabkan kerusakan atmosfer, hingga hasilnya ya climate crisis tadi. Nah, kalo udah di kondisi ini, segala bencana kayak badai yang berlarut-larut, banjir bandang, kekeringan ekstrem, sampai kebakaran hutan juga jadi salah satu dampak dari climate crisis yang terus happening dalam beberapa tahun ini.

Go on…
Ofc ketergantungan masyarakat global terhadap bahan bakar fosil ini tuh nggak lepas dari masih terus diproduksinya minyak dunia secara masif untuk memenuhi segala peningkatan permintaan bahan bakar fosil di seluruh dunia. Para produsen minyak dunia pun punya keuntungan yang fantastis dari pengelolaan bisnis ini. Negara-negara petro-state atau negara yang perekonomiannya begitu bergantung sama minyak macem Arab Saudi, Qatar, sampai Norwegia terus-terusan untung besar dari pendapatan ekspornya yang mencapai USD973 miliar pada 2022 kemarin.

OMG
 banyak banget.
Yep, emang cuan banyak banget, guys. Tapi yha gitu, dampaknya ke lingkungan juga bakal lebih banyak. Nah makanya itu, Gordon Brown dkk berupaya menggagas adanya retribusi sebesar USD25 miliar atau sekitar Rp386 triliun buat negara-negara penghasil minyak di dunia. Sejumlah mantan petinggi dunia macem eks Sekjen PBB Ban Ki-moon, eks Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark, eks Presiden Chile Michelle Bachelet, dan berbagai ekonom internasional pun setuju sama gagasan ini.

Retribusinya mau buat apa deh?
Macem-macem, guys. Retribusi ini tuh bisa buat membantu menutup loss and damage yang dialami negara-negara kecil yang sering terkena dampak climate crisis. Selain itu, dana ini juga bisa buat pembangunan dan pendanaan iklim di negara-negara selatan yang rentan banget nih kena dampak climate crisis kayak banjir bandang, kekeringan, gitu-gitu. Jadi yha mostly dana ini bakal balik lagi untuk membantu menutup dampak climate crisis yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil.

Emang pada mau ya?
Well, belum tau juga sih, guys, tapi sekarang sih surat terbuka ini udah dikirimkan ke calon presiden Conference of the Parties ke-28, Sultan Al Jaber dan Kepala Presiden G20, Luiz Inacio Lula dari Brazil. Gordon Brown sendiri optimis surat terbuka ini bisa disetujui sama forum-forum internasional tersebut. Menurutnya, retribusi USD25 miliar ini tuh cuma terhitung kecil dibanding keuntungan yang diperoleh negara-negara petro-state dalam beberapa tahun terakhir.

Anyway,
 bukannya COP28 bentar lagi mulai yah?
Yep betul banget. Buat yang nggak tau, COP28 ini tuh merupakan rapat tahunan PBB yang spesifik bahas soal isu iklim. Nah tahun ini, giliran UEA yang bakal jadi tuan rumah konferensi ini dan akan berlangsung pada Kamis besok. Nah, konferensi ini yang dinilai Gordon Brown sebagai momen yang tepat untuk meminta tanggung jawab negara-negara petro-state atas climate crisis yang sekarang sedang terjadi.

Tell me more about
 COP28 dong.
Sure. Jadi konferensi ini bakal diikuti senggaknya 150 negara dan 25 perusahaan minya nasional yang ada di seluruh dunia, guys. Nah sebenernya, udah ada janji dari konferensi ini untuk mengerahkan USD100 miliar setiap tahunnya untuk membantu negara-negara kecil yang terdampak climate crisis. Tapi yha gitu, sampe sekarang pun inisiasi ini masih belum terwujud. Padahal di 2030 mendatang, negara-negara berkembang tuh butuh sekitar USD2,4 triliun per tahunnya buat melawan dampak climate crisis ini.

Wah parah sih.
Wait until you hear about kontroversi Sultan Al Jaber yang kepemimpinannya di COP28 ternodai oleh perannya sebagai CEO Abu Dhabi National Oil yang jadi salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Kayak, wei ngomongin end fussil fuel tapi duit u dari sana?? Lebih jauh, belakangan juga muncul berbagai laporan juga yang menuduh Sultan Al Jaber menggunakan perannya dalam COP28 untuk kepentingan perusahaannya sendiri. Jadi makin rame kan, padahal acaranya aja belum mulai.

Yep, anything else I should know?
Well, upaya menagih retribusi dalam jumlah yang besar ke negara-negara petro-state ini bisa jadi langkah yang tepat untuk menanggulangi climate crisisguys. Soalnya bayangin aja, dalam kurun satu tahun aja, negara-negara petro-state dan produsen minyak swasta tuh bisa meraup keuntungan nggak terduga sampai USD2,5 triliun. Kalo buat pihak swasta sih, mereka tetep wajib tuh secara regulasi membayar pajak tambahan sebesar 15 persen dari keuntungannya. But ya balik lagi, negara-negara petro-state yang punya untung paling banyak dari pengelolaan minyak bumi ini.
Advertisement