Kemarau Berkepanjangan Karena Fenomena El Nino

237

When it’s been reallllly hot lately…

In Indonesia.
Yep, musim kemarau yang terjadi berkepanjangan saat ini bikin banyak banget wilayah di Indonesia mengalami kekeringan, guys. Mulai dari krisis air, kelangkaan pangan, sampe fenomena El Nino yang disebut-sebut jadi biang kerok kekeringan ini.

Tell me everything.
Sure. Cuaca super panas dan nggak adanya hujan beberapa bulan ini emang lagi terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Terbaru, status darurat kekeringan udah mulai diterapkan oleh Provinsi Banten dari Minggu lalu dan akan berlaku sebulan ke depan. Dasar penetapan status darurat kekeringan level provinsi ini diambil Pemprov Banten karena sejumlah kabupaten dan kota di Banten yang udah terdampak kekeringan.

Ouch. Is it bad?
Really bad. Soalnya Jumat kemarin, Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana menyebutkan kalau bantaran Sungai Ciujung yang biasanya dimanfaatkan sebagai pasokan air kini udah kering kerontang dan sama sekali nggak bisa dimanfaatkan lagi. Dari delapan kabupaten dan kota yang ada di Banten, Kabupaten Lebak jadi yang paling terdampak kekeringan. Makanya sekarang ini, para stakeholders di sana lagi gotong royong tuh menyalurkan bantuan air bersih buat masyarakat yang terdampak.

Sampe kering loh…
Nggak cuma di Banten nih, BMKG juga udah keluarkan peringatan dini kekeringan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ada empat kategori peringatan dini kekeringan, mulai dari kategori Tidak ada peringatan sampai Awas. Kategori Awas jadi kategori paling tinggi dengan indikasi suatu daerah udah nggak ngalamin hujan selama lebih dari 61 hari dengan prakiraan curah hujan rendah yang kurang dari 20 mm/dasarian.

🙁
Iya sedih sih, soalnya kekeringan berbulan-bulan yang melanda di beberapa desa di Kecamatan Pucakwangi, Pati, Jawa Tengah menyebabkan masyarakat di sana cuma bisa mengandalkan bantuan air bersih dari para dermawan. Padahal bantuan air tuh nggak dateng tiap hari. Cuma sekitar dua atau tiga hari sekali baru ada tuh bantuan air bersih. Makanya, masyarakat masih perlu membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan air, termasuk untuk mandi. Atas dasar itu, masyarakat di sana bisa habis tiga galon setiap harinya.

Di Jawa aja kekeringannya? 
Engga, guys. Kemarin, BMKG mengungkapkan bahwa sejauh ini ada sebanyak 79% wilayah Indonesia yang udah masuk musim kemarau. Selanjutnya, BMKG juga menyebutkan beberapa wilayah yang lagi  mengalami musim kemarau yakni Aceh, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatra Barat, sebagian besar Bengkulu, sebagian besar Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jawa hingga NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, sebagian besar Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara dan tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan Papua bagian selatan.
 
Whoa, banyak bet. 
Bener. Hal ini kemudian berdampak pada krisis pangan yang mulai terjadi di beberapa daerah. Contohnya baru aja nih, Penjabat Bupati Flores Timur, NTT bernama Doris Alexander Rihi menerbitkan imbauan ke masyarakatnya untuk nggak makan nasi tiap hari Jumat. Yep, himbauan ini udah diterbitkan dari Kamis kemarin sebagai upaya untuk mengantisipasi krisis pangan dan ancaman kekeringan di NTT. Pak Doris bilang bahwa imbauan puasa nasi ini tuh diambil untuk menyikapi inflasi daerah yang dipengaruhi kenaikan harga beras. Selain itu, ada upaya dari Pak Doris untuk melakukan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal yang ada.

Advertisement

Eh iya, katanya harga beras naik ya?
Iyesss. Harga rata-rata nasional beras di tingkat pedagang eceran emang lagi melambung nih, guys. Puncaknya terjadi di hari Kamis kemarin dengan harga beras yang menyentuh Rp14.620/kg untuk beras premium dan Rp13.010/kg untuk beras medium. Harga ini udah masuk rekor baru setelah berhasil melampaui harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah sejak Maret lalu. Meskipun gitu, harga beras dan gabah di tingkat produsen masih berfluktuasi.
 
Kok bisa harganya naik gitu?
Well, kalo kata Presiden Jokowi minggu lalu sih, emang harga beras masih belum turun. Penyebabnya adalah efek Super El Nino yang lagi melanda berbagai provinsi di Indonesia. Pakar lingkungan Universitas Indonesia bernama Mahawan Karuniasa juga bilang bahwa Super El Nino ini tuh kayak El Nino yang lebih ekstrem dari biasa. Jadi, Super El Nino ini tuh semacam fenomena atmosfer yang dampaknya bikin curah hujan berkurang secara ekstrem.

Terus pemerintah bisa apa?
Well, buat mengatasi kekeringan, pemerintah bersama lembaga-lembaga terkait masih fokus nih memberikan suplai bantuan air bersih kepada masyarakat yang berdampak. Ada banyak banget pihak swasta sampai komunitas yang ikut bantu suplai air bersih. Kalau soal beras, Sabtu kemarin, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso bilangnya bakal mengimpor satu juta ton beras dari China pada tahun depan. Pak Budi bilang bahwa impor ini sebagai langkah antisipasi pemerintah atas beberapa kejadian kekeringan, banjir, sampai gagal panen di beberapa wilayah Indonesia.

Kepala, pundak China lagi, China lagi.
Wkwkwk. Kalau soal itu, Pak Budi bilangnya emang China tuh jadi salah satu negara yang siap mengekspor berasnya buat Indonesia. Sebenernya Indonesia juga udah dapat pasokan beras dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Tapi yha gitu, kata Pak Budi, China sendiri udah nyiapin satu juta ton untuk Indonesia yang akan diambil tahun depan. Katanya, impor ini tuh jadi lanjutan kebijakan impor beras sejumlah dua juta ton yang udah pemerintah lakun tahun ini.

Okedeh, anything else I should know?
Well, segala kekeringan dan melonjaknya harga beras yang terjadi di Indonesia ini tuh ada hubungannya sama climate changeguys. Hal ini udah disampein Pak Jokowi dari Minggu lalu yang bilang Indonesia perlu berhati-hati nih dari semakin panasnya suhu bumi. Lebih lanjut, Pak Jokowi juga mewanti-wanti ihwal kerusakan lingkungan di Indonesia. Makanya dirinya melalui pemerintah terus berharap rehabilitasi hutan bisa digalakan kembali, gitu.
Advertisement