Pindah Kewarganegaraan Singapura Jadi Pilihan Warga Indonesia

96

When you tergiur

Rumput tetangga yang lebih ijo.
GUYS! Ada yang menang “The Great War” nonton The Eras tour di Singapore? Apa? Engga? Well, ternyata tiket nonton Bunda Taylor Swift di Singapore bukan satu-satunya yang paling dicari sama generasi muda Indonesia. Tapi jugaaaa…. kewarganegaraan.
 
HAH gimana maksudnya? 
Serius guys, jadi ternyata banyak ugha nih, anak-anak Indonesia yang memilih untuk jadi warga negara Singapore dan tinggal di negara imut itu. Hal ini diketahui dari statement-nya dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Pak Silmy Karim yang bilang ada sekitar 1.000 mahasiswa Indonesia di Singapura yang berpindah kewarganegaraan setiap tahunnya. Adapun mereka yang berpindah kewarganegaraan berada pada usia produktif, dengan rentang umur 25 sampe 23 tahun.
 
Banyak ugha weh…
Yep, kata Pak Silmy, dari tahun ke tahun tren masyarakat Indonesia yang berpindah kewarganegaraan Singapura selalu stabil di sekitar angka seribu orang. Ini terjadi dari tahun 2019 di mana ada 940 orang yang pindah jadi warga negara Singapura. Meskipun angka ini sempet turun menjadi 811 orang di tahun 2020, jumlah WNI yang pindah jadi warga negara Singapura menjadi di atas seribu pada tahun 2021 dan 2022. Nah, jumlah ini kayaknya bakal sama di tahun ini, karena sampe April kemarin aja, ada 329 orang yang pindah jadi warga Singapore.

Singapura semenjanjikan itu kah?
Maybe yes. Ini diakuin sendiri sama Direktur Political Economy and Policy Studies, namanya Pak Antony Budiawan yang bilang secara umum penghasilan di Singapura tuh jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Makanya sebagian orang yang bekerja di Singapura merasa memiliki kepastian masa depan yang lebih baik lewat financial stablility yang mereka miliki dari pada bekerja di Indonesia. Sebagai perbandingan aja nih, rata-rata gaji pekerja di Singapura pada tahun 2022 ada di kisaran US$ 4.350 atau setara dengan Rp64 juta. Banyak banget gatu. Angka ini tentu aja beda jauuhhh sama upah minimal tertinggi Indonesia di Karawang yang berkisar di angka Rp5,1 juta aja. Apalagi UMR Jogja. Yaudah lah ya.
 
Jadi alesannya money oriented banget nih?
Nggak cuma itu sih, ada banyak banget faktor pemikat lain yang bikin mahasiswa kita falling in love sama Singapura. Hal ini diungkapin lagi sama Pak Antony yang menilai Singapura jauh lebih efisien dan tertib sehingga jadi pilihan bagi mereka yang suka hidup tentram (looking at you, om tante pengganggu ketentraman yang suka nanya kapan niqa). Selain itu, sektor kesehatan dan transportasi di sana juga sangat advanced, jadi mendukung terwujudnya hidup dengan kualitas yang baik.

Tapi kan biaya hidup di sana mahal…
Itu betul. Jadi emang Singapura ini jadi salah satu negara dengan biaya hidup paling mahal di dunia, guys. Ini disebabkan sama beberapa faktor kayak minimnya lahan yang bikin negara ini berada di urutan ketiga negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Selain itu, Menguatnya mata uang Singapura dan pertumbuhan inflasi yang tinggi di sana bikin rata-rata harga kebutuhan harian jadi relatif mahal. Tapi ya balik lagi, berbagai fasilitas dan kenyamanan publik bikin banyak mahasiswa Indonesia ngeliat itu worth it. Apalagi ya penghasilan mereka bisa cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Okedeh, anything else?
Nah guys, fenomena orang-orang pinter dan terpelajar yang memilih untuk tinggal dan berkarya di luar negeri ini namanya brain drainFenomena ini banyak terjadi di negara-negara berkembang kayak India, Pakistan, termasuk juga Indonesia di mana para kaum intelektualnya malah males pulang. Khususon soal Indonesia, selain terkait pindah warga negara ke Singapore ini, publik juga sempat menyoroti soal para penerima beasiswa LPDP yang ngga balik ke tanah air. Apapun alasannya, hal initentunya menyebabkan brain drain di mana yang stay di negaranya jadi yang… gitu deh.