KPU Hapus Aturan Laporan Penerimaan Dana Kampanye

83

Who’s causing some controversy?

Komisi Pemilihan Umum aka KPU.
Tak segampang itu menghadapi tahun politik ya, guys. Iya, makin dekat sama Pemilu 2024, maka makin banyak pula kontroversi dan drama yang terjadi. Kayak yang baru-baru ini kejadian misalnya, di mana KPU baru aja menghapus aturan soal kewajiban laporan penerimaan dana kampanye. Padahal banyak pihak yang menilai, laporan ini tuh penting banget untuk menjamin transparansi duit pemilu yang di-spend partai tuh dari mana.

Tell me everything. 
You got it. Jadi gini guys, kayak yang sering kita bahas, pemilu tuh udah tinggal hitungan bulan. Yep, kita semua bakal nyoblos pada 14 Februari 2024 mendatang. Nah, dalam rangkaiannya pun ngga ujug-ujug nyoblos, tapi ada berbagai proses mulai dari partai politik daftar ke KPU, terus caleg-nya juga daftar, dll. Nah parpol sama calegnya udah daftar, next step-nya apa coba? Ya, kampanye.

Go on…
Kampanye ini dinilai jadi salah satu tahapan penting dalam pemilu. Ya gimana engga coba? Pas kampanye itu kan para caleg bakal turun ke lapangan, ketemu warga, memaparkan visi misi *look at the staaaarsss*, pokoknya minta dipilih deh. Karenanya pas masuk periode ini, baik partai maupun caleg bakal jor-joran banget turun dan ketemu warga, demi mendapat dukungan dari mereka. Nah kalo lagi begini, of course banyak resources yang dibutuhkan, and we’re talking about: m-o-n-e-y.
 
Yakkk paham. 
Nah kalau di case-nya pemilu nih, dana ini bisa diterima dari berbagai pintu, guys. Kayak dari duit pribadinya si calon itu sendiri, atau bisa juga dari sumbangan pihak lain yang sah menurut hukum. Adapun kalau caleg atau partai politik dapat sumbangan dari pihak lain, sumbangannya itu WAJIB dicatat di Laporan Penerimaan Sumber Dana Kampanye aka LPSDK.

Biar transparan gitu kali yah? 
Yoi dong. Biar jelas nih duitnya tuh emang duit halal dan korupsi juga bisa terhindarkan. But the thing is: Baru-baru ini, Komisioner KPU, Idham Holik menyebut aturan soal Kewajiban LPSDK ini bakal dihapus. Iya, Pak Idham bilangnya pertimbangan KPU buat menghapus si LPSDK ini tuh karena masa kampanye yang lebih singkat dari pemilu sebelumnya. Perbandingannya gini nih, kalau Pemilu 2019 kemarin kan masa kampanye tuh berjalan selama 7-8 bulan, meanwhile sekarang tuh masa kampanye bakal berlangsung dari 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024 aja. Jadi cuma 3 bulan.

How does it make any difference?
Hanya Tuhan dan KPU yang paham, guys :)) Tapi menurut Pak Idham sih, periode kampanye yang singkat ini bikin KPU harus melakukan beberapa penyesuaian, salah satunya dengan menghapus kewajiban LPSDK ini. Terus, KPU mengganti LPSDK dengan sistem yang baru di-develop sama KPU, namanya Sistem Informasi Dana Kampanye, aka Sidakam. Keputusan ini pun langsung mengundang protes dari berbagai pihak yang bilang bahwa penghapusan LPSDK ini bikin dana kampanyenya jadi nggak transparan.

Who says what?
Well, salah satu yang kontra banget sama langkah KPU ini adalah Partai Amanat Nasional aka PAN. Disampaikan oleh Sekjen PAN Eddy Soeparno, transparansi keuangan partai politik tuh penting banget buat menjaga kredibilitas partai. Nah, kredibilitas ini bisa diukur dari gimana transparansi keuangan partai itu bisa dikelola dan dilaporkan. PAN juga ngeliatnya laporan keuangan tuh harusnya ditindaklanjuti dengan proses hukum. Terus kalau dengan sistem kayak gini, “Tindak lanjutnya ntar gimana dong?” Gituuu.

OK…
Pandangan yang sama juga disampaikan oleh LSM Indonesia Corruption Watch aka ICW. ICW menilai penghapusan LPSDK ini nggak masuk akal guys. Secara, hal ini bertentangan sama UU Pemilu pasal 3 yang nge-state asas pemilu tuh jujur, terbuka, dan akuntabel. Nah, kewajiban LPSDK inilah yang bikin pemilu jadi keliatan jujurnya. Tapi ya kalo dana kampanyenya ngga dilaporkan ya gimana mau terbuka, jujur dan akuntabel yakan….


Terus terus? 
Nah makanya, sejumlah organisasi yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia Anti Korupsi untuk Pemilu Berintegritas akhirnya menuntut KPU untuk membatalkan perubahan aturan ini. Nggak tanggung-tanggung, kalau tuntutan mereka nggak dikabulkan nih, kelompok ini ngancam bakal ngaduin KPU ke Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu aka DKPP.

I believe KPU has a say….
Of course. Pak Idham Holik kemudian menjelaskan supaya kita chill aja gengs. Menurutnya, kewajiban LPSDK ini emang ngga diatur sama undang-undang, tapi bukan berarti sumbangan dana kampanyenya nggak dilaporkan ke KPU. Lebih jauh Pak Idham menjelaskan bahwa laporan keluar masuknya duit tetep harus dilaporkan, rekening khusus dana kampanye juga harus ada, cuma sistemnya aja yang beda. Malah dengan adanya Sidakam ini, transparansinya bakalan jadi next level, jauh dari yang sebelumnya.

Kok bisa?

Karena Sidakam ini kudu di-update sama peserta pemilu secara berkala, dan update-nya bakal langsung bisa diakses sama publik lewat website infopemilu.go.idThat being said, semua orang jadi bisa ikutan mengontrol cashflow-nya para peserta pemilu. Terkait hal ini, Ketua KPU Hasyim Asy’ari juga menjelaskan bahwa pihaknya bakal coba nge-simplify lagi laporan dana kampanye tadi lewat rancangan Peraturan KPU aka PKPU.


Got it. Anything else I should know? 
FYI guys, yang bikin publik makin gedeg sama KPU tuh bukan cuma karena dihapusnya aturan ini aja. Beyond that, KPU juga dinilai mutusin sendiri segala sesuatunya tanpa ada partisipasi dari publik. Makanya bersamaan dengan tuntutan untuk balikin Kewajiban LPSDK, KPU juga diminta untuk lebih luas lagi membuka ruang partisipasi publik, termasuk berbagai macam sosialisasi ke pemilih yang kudu harus digencarkan lagi. Biar sama-sama enak lah pas pemilu ntar.