What’s about to disappear forever?
My faith to love?
Nope. Tapi es di Samudera Arktik by early 2030. Hiks iya guys, dengan berbagai fenomena climate crisis yang terjadi belakangan ini, kayaknya kita beneran nggak bisa santai-santai lagi nih. Secara, dari penelitian terbaru diketahui bahwa suhu bumi yang makin panas diprediksi bakal bikin es di Samudra Arktik lenyap by 2030. Yep, you read it right.
OMGGGG…
Dan kamu harus tahu bahwa hal ini bahaya banget, karena bongkahan es di kutub itu sangat sentral perannya dalam menyeimbangkan perubahan cuaca di bumi. Selain itu, es yang mencair juga meaning volume air laut yang bertambah, dan seiring dengan bertambahnya volume air laut, maka daratan juga bisa tenggelam guys, karena permukaan airnya jadi naik kan :(. Makanya, penting banget supaya suhu bumi tuh ngga terus memanas, karena efeknya udah seterasa itu. Mulai dari extreme heat, polusi udara yang nggak sehat, bencana alam, dll. Fenomena panas ini dirasakan hampir di seluruh negara di dunia, termasuk juga Asia Tenggara.
Contoh…
Contoh yang paling deket ada di tetangga kita di negara-negara ASEAN, kayak Thailand dan Vietnam. Dua negara ini sekarang juga lagi menghadapi gelombang panas banget, guys. Di Vietnam, bulan Mei kemarin suhu rata-ratanya tuh mencapai 32 derajat Celsius (which is itu udah panas banget buat mereka). Sementara Thailand lebih parah. Suhu di Negara Gajah Putih itu bisa mencapai 45 derajat Celcius bulan lalu.
Buset…
Makanya gelombang panas ini bikin kehidupan warga di sana terdampak secara 360 derajat kan. Kayak tukang ojek online tuh, apalagi yang udah sepuh, gimana mau kerja kalau siang aja panasnya naudzubillah. Ujung-ujungnya yha banyak istirahat. Penghasilan jadi berkurang deh karena banyak istirahat. Kesehatan juga jadi terganggu karena kalau cuaca panas, tubuh juga bereaksi kan. Makanya sekarang di Thailand pemerintah sana udah mengimbau orang-orang buat aktivitas indoor aja deh.
Hmmmm…
Eits, masalah kita bukan cuma gelombang panas, guys. Now everybody meet: Polusi udara. Fenomena udara kotor sampe bikin gangguan pernapasan ini ga cuma dirasakan di Jakarta dan kota besar di Asia lainnya, tapi juga oleh kota-kota metropolitan di Amerika Serikat dan Kanada. Misalnya nih, minggu lalu ada beberapa hutan yang terbakar di Quebec. Kebakarannya tuh terjadi parah banget di mana ada 160 titik api sampai asapnya mengepul di udara selama semingguan lebih. Selain itu, New York City di Amerika Serikat juga kemarin baru aja mengalami indeks kualitas udara yang buruk banget yakni 200 aka very unhealthy. Akibatnya, sekolah-sekolah pun ditutup dan masyarakat jadi stay indoor juga deh.
Terus kalau di Indonesia gimana?
Ya sama. Dan yang nggak boleh kita skip dari list permasalahan ini adalah: Masalah kelangkaan air bersih. Disampaikan langsung oleh Wakil Presiden KH Maruf Amin hari Selasa kemarin, sebanyak tujuh dari 10 sumber air di Indonesia tuh udah tercemar limbah, guys :(. Makanya air bersih di Indonesia sekarang jadi barang langka, ditambah juga dengan tingkat sanitasi yang terus menurun di daerah miskin. Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa secara global, ada lima miliar orang di seluruh dunia yang bakalan kesusahan akses air bersih by 2050. Parah banget kan?
Huft.. Now wrap it up pls 🙁
Jadi ya gitu deh, guys. Kayak yang sering kita bahas, berbagai cara tuh sebenarnya masih bisa banget klita lakukan buat memperlambat dan meminimalisir dampak climate crisis ini. Tapi dengan catatan, semuanya harus sprint. Karena waktu kita udah nggak banyak lagi nih. Beralih deh tuh dari energi fosil ke energi terbarukan, biar emisi juga bisa berkurang. Terutama emisi karbon dan emisi gas rumah kaca. Biar kita dan generasi ke depan can live in a better place.