Cuaca Panas di AS & Kanada

114

When sunscreen and sunglasses are always in your bag….

Warga AS-Canada can relate.
Iya. Emang bikin istighfar mulu cuaca sekarang tuh ya, guys. Puanasssss banget. Tidur aja kadang keringetan, hiks. Nah tapi yang harus kamu tahu adalah, bukan cuma kita yang sekarang mengalami cuaca panas. Tapi warga AS dan Kanada juga, padahal summer aja belom mulai.

Lah kok bisa? 
Everybody, you’ve met them before: Climate crisis. Emang akar dari berbagai permasalahan di dunia yah si climate crisis tuh. Secara, nggak cuma mengancam kehidupan generasi yang akan datang, kita yang hidup di masa sekarang aja juga udah mulai ngerasain gimana dampak dari climate crisis ini. Banyak banget contohnya, salah satunya adalah suhu bumi yang makin hari makin panas, terbukti dari cuaca yang panasnya makin hari makin teriq, tsay. Gara-gara ini, list barang perintilan di tas jadi nambah deh. Iya, nggak cuma bawa charger, dompet, airpods, gitu-gitu, sunglasses aka kaca mata hitam juga nggak boleh ke-skip tuh. Applying sunscreen sebelum keluar rumah apa lagi.

Huft….
Crazy, rite? Adapun climate crisis sebagai salah satu penyebab dari cuaca panas yang melanda tuh udah dikonfirmasi sama sejumlah peneliti di dunia, di mana menurut mereka, “Kalau aja suhu bumi bisa lebih adem-an dikit, pasti cuaca panas juga bakal jadi hal yang almost impossible.” Tapi kenyataannya, karena suhu panas yang terus terjadi dan terus meningkat, terjadilah efek domino yang berpengaruh ke seluruh aspek masyarakat. Yep, we’re talking about kebakaran hutan aka karhutla di mana nggak cuma terjadi di Indonesia, tapi juga di Kanada dan AS.

Gimme all the details…
Sure. Di wilayah Alberta, perbatasan US-Canada, suhu panas yang terjadi di sana menyebabkan kekeringan hingga jadi salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ada sebanyak 90 titik kebakaran hutan dan lahan, dan bikin suhu udara jadi makin panas. Panas banget, sampai temperatur di sana belakangan ini hit the record dengan suhu udara tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Makanya warga juga udah kepanasan deh. Padahal summer aja belum mulai. Even worse, diketahui udah ada ratusan orang yang meninggal dan 2.000 warga lainnya mengungsi ke tempat yang at least lebih sejuk lah yha.

Okay…
Di AS juga sama. Sama-sama panas cuaca di sana. Bahkan weekend kemarin, berbagai kota di Washington, Oregon, dan California juga hit the record dengan suhu udara tertinggi tahun ini. Kayak 88-90 derajat Fahrenheit tingginya. Padahal di spring kayak gini, cuacanya harussnya nggak setinggi itu. Makanya otoritas setempat pun langsung ambil tindakan atas fenomena ini di mana 12 juta penduduk langsung ditangani dan diawasi sama heat advisories 
Advertisement
sana.

Parah banget dong yha….
Indeed. Yang makin bikin was-was di sini kan suhu udara panas ini nggak cuma terjadi di AS-Kanada doang, tapi di negara-negara Asia juga. Termasuk Indonesia. Nah pertanyaannya sekarang, apakah ini berarti gelomang panas ini udah termasuk dalam isu global yang harus kita tackle bersama? And if the answer is yes, apa nih yang bisa dilakukan sama masyarakat supaya bisa berkontribusi dalam meminimalisir dampak climate crisis, termasuk si gelombang panas ini?

Nah gimana tuh?
Well, to answer that question, Foreign Policy Community Indonesia aka FPCI sih ngeliatnya gelombang panas yang sekarang terjadi tuh emang bukti yang nyata banget ada di depan mata bahwa climate crisis emang lagi happening sekarang, Maka dari itu, hal ini kudu jadi perhatian global. Nggak cuma sekadar diperhatiin aja, kita juga harus do something dong. Nah menurut FPCI, hal yang paling mungkin kita lakuin sekarang yha dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, to keep the earth cool.
 
Emisi gas rumah kaca ya? 
Iya. FPCI bilangnya semua negara di dunia (termasuk Indonesia) harus mencapai status net-zero (emisi dikeluarkan = emisi diserap) di tahun 2050 paling lambat. But the thing is, target net-zero Indonesia masih di tahun 2060. Telat banget kan? In that sense, Kita butuh dukungan semua lapisan masyarakat untuk mempercepat timeline net-zero ini. Nah, salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan menandatangani petisi calling Indonesia net-zero emissions by 2050 di sini. Yuk, tandatangani ya!


Done. Anything else?
Oh, satu lagi. kalo mau tau lebih jauh soal climate crisis, kamu juga harus banget nih pantengin panel “Climate Crisis in 15 Minutes” bareng Maudy Ayunda di Indonesia Net-Zero Summit 2023 pada 24 Juni mendatang. Daftar di sini ya. Kapan lagi ketemu Ketemu Maudy Ayunda in person yekan hehehehe.
Advertisement