60 Ribu Kematian di China Akibat Covid-19

280

When COVID-19 is still a big deal..

In China. 

Yep, makin parah deh guys kasus Covid-19 di China, karena baru aja otoritas kesehatan China melaporkan adanya sekitar 60.000 kematian akibat Covid-19 dalam kurun waktu sebulan aja di Desember.


Whaaat? 
Yep, adapun salah satu penyebab utamanya adalah karena pemerintah setempat udah mencabut aturan ketat soal pembatasan COVID-19 pada Desember lalu. Jadi awalnya, warga yang udah bosen banget di-lockdown (maupun partial) sejak 2020 melakukan aksi protes yang bikin pemerintah totally mencabut aturan pembatasan COVID-19. Nah, menurut sejumlah ahli, pencabutan pembatasan itulah yang jadi dalang dari tingginya angka infeksi COVID-19 saat ini. Nggak cuma approved by data, warga Beijing juga ngaku kok kalo banyak orang-orang terdekat mereka yang terinfeksi COVID-19 sejak aturan itu dicabut. Bahkan nih, di kota Chongqing, pegawai sektor publik yang positif COVID-19 tetep kerja seperti biasa.

WOW kok?
Iya, jadi the combination of that, ditambah rendahnya tingkat vaksinasi khususnya buat para lansia dan kelompok rentan lainnya bikin angka COVID-19 di China jadi melonjak. Beda sama Indonesia, yang waktu awal memang memprioritaskan vaksin untuk lansia, China tuh justru kebalik, guys. Selama ini, China lebih memprioritaskan vaksin untuk kelompok remaja hingga dewasa. Bahkan di tahun 2021, China tuh sempet nggak menganjurkan vaksin buat kelompok lansia, makanya begitu kemudian mereka diminta buat vaksin, ya mereka keburu ogah-ogahan karena terlanjur skeptis. Kalo dibandingin nih, tingkat vaksinasi di Jepang udah mencapai 90 persen, tapi China baru menyuntik 68 persen populasinya.

Hwaduuu…
For more details, ini tuh jadi angka kematian dalam jumlah besar yang pertama dirilis oleh pemerintah China sejak pelonggaran pembatasan virus pada awal Desember 2022. To be exact,
Advertisement
 China mencatat 59.938 kematian akibat COVID dalam periode 8 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023. Tapi, kalo menurut keterangan dari media AFP, angka kematian itu cuma berdasarkan sama kematian yang tercatat di fasilitas medis, sedangkan kemungkinan jumlah total korbannya sebenernya cenderung lebih tinggi. Terus menurut data seorang otoritas kesehatan China Jiao Yahui, angka kematian tersebut termasuk di antaranya 5.503 kematian yang disebabkan oleh kegagalan pernafasan langsung karena virus, dan 54.435 kematian akibat penyakit komorbid dan ditambah sama penyakit COVID-19.

I wonder if WHO has a say…
Of course. WHO aka Organisasi Kesehatan Dunia, lewat pemimpinnya Tedros Adhanom Ghebreyesus bilang kalo pihaknya terus meminta dan mendesak China buat mengumumkan data yang lebih cepat dan tepat, terutama angka kematian dan pasien yang dirawat di rumah sakit. Soalnya, Beijing sebelumnya cuma mengkategorikan kematian COVID-19 dengan hanya menghitung mereka yang meninggal karena gagal pernafasan, tapi itu dikritik WHO dan bilang kalo definisi itu terlalu sempit. Meanwhile, China menyebut bahwa data yang dilaporkan udah cukup terbuka. Pejabat kesehatan China juga melaporkan kalo usia rata-rata dari mereka yang meninggal adalah 80 tahunan, dan lebih dari 95% kematian di atas usia 65 tahun.

Anything else? 
Kasus COVID-19 di China sih diperkirakan masih akan terus melonjak. Apalagi, with upcoming Chinese New Year, banyak orang di negara itu bakal mudik. Makanya, kasusnya juga diperkirakan bakal melonjak khususnya di daerah pedesaan.
Advertisement