Bencana di Akhir Pekan Lalu, Protes Lockdown di China Sudah Berlangsung Seminggu, Program Indonesia Three-Zero HIV/AIDS 2030, Hate Speech Twitter Meningkat Sejak Kepemilikan Elon

251

Hello there

Good morning. It’s the new month, new week, and we hope it brings you new spirit to start the day. Today we got full updates on the earthquake(s), China’s covid lockdown, HIV/AIDS in Indonesia, to hate speech on Twitter. Yep, everything is just a scroll away. Let’s go.

Here’s your A to Z recap on: Bencana on the weekend….

Dari Gempa Garut sampai erupsi Gunung Semeru.
Stay safe everyone. Belum selesai sama duka Gempa Cianjur, weekend kemarin, ada lagi kejadian gempa yang berpusat di Garut, Jawa Barat dan kerasa di wilayah sekitarnya kayak Cimahi, Tasikmalaya, Bandung, bahkan sampai Jakarta. Belum selesai sama Gempa, besokannya, eh  Gunung Semeru erupsi, guys.  

Tell me. 
Sure. Minggu dini hari kemarin, Gunung Semeru tuh udah mulai ada tanda-tanda erupsi, guys. Ditandai dengan Awan Panas Guguran yang udah keluar dan menyebabkan letusan kecil sebanyak 19 kali. Puncaknya, di jam 2.46 ini hari, letusan yang gede akhirnya keluar berupa kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 1.500 meter. Lama tuh kondisinya begitu, sampai siang. Akhirnya di jam 12 siang, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana menetapkan status Awas aka level 4, guys. Gunung Semeru pun kudu steril dalam radius 8 kilometer dari puncak.

Ya ampun….
Kondisi ini dinilai cukup parah, guys. Bahkan karena peristiwa ini, Badan Meteorologi Jepang menyebut tsunami bisa aja kejadian di negaranya. Secara spesifik, dalam keterangannya tsunami bisa aja sampai dan kejadian di Pulau Miyako dan Yaeyama yang terletak di Okinawa, Jepang. Mereka bahkan sampai menetapkan status alert lo, guys. Tapi nggak lama kemudian, otoritas setempat mencabut status itu karena erupsi yang terjadi dinilai nggak menimbulkan dampak tsunami. Meanwhile, back at home, karena Gunung Semeru kudu bersih nggak ada aktivitas, masyarakat yang tinggalnya di sekitaran situ pun diminta buat meninggalkan tempat dan evakuasi diri. Kalau ngeyel, yha terpaksa diangkut petugas deh.

Haduuu….
Nggak cuman letusan gunung guys. Weekend kemarin juga ada gempa. Tepatnya di hari Sabtu kemarin sekitar pukul 16.49 WIB, terjadi gempa dengan kekuatan 6,4 SR di kedalaman 118 kilometer. Pusat gempanya sendiri ada di 52 km barat daya Garut, Jawa Barat. Kerasa tuh getarannya sampe ke Cianjur, di mana as we all know Cianjur juga belum lama ini diterjang gempa juga kan. Warga yang tadinya ada di dalam rumah pun pada berhamburan ke luar, panik juga. Mereka mikirnya, “Ya ampun ini pasti gempa susulan lagi nih,” gitu kan.

Emang iya??
Bukan, guys. Ini bukan gempa susulan. Disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, sumber gempa yang terjadi di Cianjur sama yang di Garut sekarang ini beda. Kalau yang di Cianjur tuh mostly disebabkan oleh Sesar Cimandiri kan, meanwhile yang terjadi di Garut ini disebabkannya oleh aktivitas lempeng Indo-Australia aka instraslab. That being said, Pak Daryono bilangnya gempa Garut nggak ada hubungannya sama gempa Cianjur, guys.

Tell me about the condition in Garut. 
You got it. Akibat gempa yang terjadi, data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana aka BNPB menyebut ada empat rumah dan satu sekolah yang mengalami kerusakan. Bupati Garut Rudy Gunawan juga memastikan nggak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Cuman ada satu orang yang mengalami luka-luka dan udah ditangani di Puskesmas setempat. Tim dari BNPB juga udah turun ke lapangan untuk ngecek langsung dan memberikan pendampingan, supaya penangannya juga bisa lebih gercep.

I see…
Adapun masyarakat Garut dan sekitarnya juga tetap diminta waspada atas bencana susulan, guys. Kayak tanah longsor misalnya. Terutama di wilayah Garut Selatan, Kang Rudy bilangnya di situ tuh rawan banget tanah longsor. Selain itu, kerusakan juga tetep ada meskipun masih dalam skala kecil. Hal ini bisa dikonfirmasi setelah pihaknya menyisir seluruh bagian di 42 kecamatan di Garut. Jadi efeknya tuh nggak yang parah banget kayak yang diberitakan di media sosial, kata Kang Rudy. In that sense, it’s safe to say gempa kali ini tuh nggak sebesar gempa Cianjur kemarin. Sampai sekarang masih sambil diliat terus sih perkembangannya kayak apa.

Now tell me about Gempa Cianjur. 
Well, here’s the update: Per Sabtu kemarin, jumlah korban meninggal akibat Gempa Cianjur udah sebanyak 334 jiwa, di mana Tim SAR yang bertugas juga udah berhasil menemukan tiga orang out of 11 orang yang hilang. Jadi yang masih dicari adalah delapan orang lainnya.

🙁 Terus yang rumah mau dibenerin itu, jadi?
Jadi dong. In case you missed it, waktu ngunjungin korban terdampak beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sempat mention kalau rumah-rumah warga yang rusak akibat gempa bakalan dapat dana dari pemerintah buat benerin rumahnya lagi, guys. Yang rusak parah dapet Rp50 juta, terus Rpada 25 juta buat yang rusak sedang, sama yang rusak ringan dikasih Rp10 juta, guys. Adapun Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono menyebut pembangunan kembali rumah-rumah yang rusak itu bakalan selesai sebelum Lebaran 2023. Nah, pembangunan kembali itu kan butuh waktu yah, di mana ratusan ribu korban di Cianjur tuh masih pada ngungsi. The question is, apakah mereka akan stay di pengungsian sampe rumah mereka ready lagi?

So, will they?
Mereka bakalan ngontrak dengan bantuan Pemkab, gengs. Iya, disampaikan oleh Sekretaris Daerah Cianjur Cecep Alamsyah, Pemerintah Kabupaten Cianjur udah ngajuin bantuan buat para pengungsi ini sebesar Rp500 ribu per KK di mana duitnya bakalan dipake buat nyewa atau ngontrak rumah, guys. Consideration mereka sih dikhawatirkan para pengungsi ini bakal rentan kena penyakit kalau lama-lama tinggal di pengungsian. Lebih lanjut, Kang Cecep juga bilangnya bantuan 500 ribu ini diprioritaskan buat yang rumahnya rusak berat atau udah nggak bisa ditinggali. Jadi mereka tinggal di kontrakan sampai rumahnya udah ready gitu, sementara kalau yang rumahnya cuman rusak ringan atau bahkan nggak rusak sama sekali, udah boleh pulang dan meninggalkan pengungsian.

Got it. Anything else I should know?
Fyi here’s a little geography lesson for you: Kalau kamu masih puzzled why kenapa Gempa Garut getaran dan efeknya nggak sebesar Gempa Cianjur padahal magnitudonya gedean yang di Garut 6,4 SR berbanding 5,6 SR, penjelasannya tuh kayak gini, guys. Secara magnitudo kan emang gedean yang di Garut yah, tapi kedalamannya juga jauh lebih besar yang di Garut tuh, 118 km berbanding 10 km. Yang harus kalian tahu adalah, makin dangkal suatu gempa, makin bahaya, guys. Secara semakin dangkal itu gempa, yha ke permukaan tanah jaraknya makin dekat dong. Itu tuh kayak di bawah kaki gitu. Beda sama gempa dengan kedalaman sampai >100 km, lebih kependam di bawah tanah. But againstay safe everyone. Bencana sekarang lagi nggak main-main.

When things are getting intense in China…

Here’s more updates on the lockdown protests.
Yep, the never ending lockdown yang ketat banget akhirnya bikin warga di China frustasi dan turun ke jalan untuk protes. Adapun protesnya udah berlangsung sekitar seminggu terakhir ini gengs.
 
Tell me what happened. 
It all started when pembatasan COVID-19 di China nggak kelar-kelar. Di saat dunia udah perlahan pulih, nyoba buat balik ke kehidupan normal yang bisa kita liat dengan banyaknya konser, acara olahraga even Piala Dunia di Qatar yang jadi pertanda kalo emang our world is recovering from COVID-19. 
 
But, that’s not what happened in China. 
Sejak awal, pemerintah China emang tegas soal aturan zero-COVID policy, alias bakal ngupayain angka kasus COVID-nya bener-bener sampe nol. Which is almost impossible gak sih, guys?  Secara banyak pakar kesehatan juga udah bilang kalo we have to admit and learn to live with the virus. Akibatnya, aturan pembatasan COVID-19 di China masih super ketat, even masih banyak lockdown yang bener-bener ngunci warga di rumahnya.  Otomatis, kondisi ekonomi mereka juga jadi ikut terdampak gara-gara mereka harus tetep di rumah aja.

And the demonstration begins..
Akhirnya, warga China yang selama ini juga dikekang pendapatnya, nggak tahan juga. Mereka pun turun ke jalan, demo dan nuntut supaya kebijakan nol-COVIDdi China cepet-cepet dihentikan. Ini jadi tantangan yang sebelumnya belom pernah dialami sama Xi Jinping. Suasana di China pun jadi makin panas karena banyak banget deh bentrok yang terjadi antara warga dan pemerintah. Mulai dari demonstran yang ditahan sama polisi sampe social media yang diretas sama pemerintah biar mencegah lebih banyak protes.

Things are getting worse.. 
Satu hal yang wajib kalian tau, kenapa masyarakat China udah bener-bener geram sama aturan lockdown di sana. Jadi pada 24 November, terjadi sebuah kebakaran akibat gangguan listrik di wilayah Urumqi. Tepatnya di sebuah apartemen, dan sejumlah warga diketahui nggak bisa melarikan diri. Penyebabnya? Yha, gara-gara lockdown. Wilayah Urumqi emang udah dikunci secara ketat sejak bulan Agustus, dan warganya dilarang buat ninggalin rumah mereka. Terus, di salah satu video, petugas pemadam kebakaran jadi terlambat buat ngebantu korban gara-gara aturan pembatasan di jalan. Dan akhirnya, kebakaran itu menewaskan 10 orang dan melukai 9 lainnya.

Terus terus? 
Karena insiden ini, terus liat juga orang-orang di belahan dunia lain udah banyak yang bebas ngapain aja, warga China jadi makin bete. Ya balik lagi, lockdown juga bikin ekonomi mereka terpuruk, pengangguran jadi meningkat, dan mereka yang lagi lockdown juga nggak selalu punya makanan atau pasokan bahan dasar yang cukup. Ditambah lagi dengan kasus kebakaran di Urumqi, terus kecelakaan bus yang menewaskan 27 orang pas lagi OTW ke fasilitas karantina, atau kematian balita yang diduga karena kebocoran gas di sebuah kompleks perumahan yang lockdown.
Advertisement
 Duh, gimana nggak makin kzl.

Ya pantesan sih. 
Ya kan. Makanya aksi demonstrasi yang sekarang lagi terjadi di sana juga udah meluas di kota-kota besar kaya Shanghai sampe Beijing, banyak demonstran juga menuntut Xi Jinping buat mundur. Bahkan, mahasiswa di sana juga udah turun tangan buat protes. Banyak slogan-slogan unjuk rasa di universitas besar.

Terus, pemerintahnya gimana? 
Kalo menurut seorang pejabat Uni Eropa, Xi Jinping udah sadar sih soal rasa frustasi yang dialamin sama warganya. Xi juga kasih isyarat kalo aturannya bakal segera dilonggarin, karena menurutnya varian Omicron lebih ringan dibandingin sama Delta. Kaya misalnya operator transportasi umum di Beijing yang rencananya nggak ngewajibin penumpang nunjukin hasil tes antigen. Tapi, soal aturan lockdown-nya secara nasional, pemerintah masih belum ngumumin kepastiannya gimana.

Anything else? 
Demi ngebubarin para demonstrannya, polisi di China sampe pake alat pengawasan dengan teknologi canggih. Mereka pake software yang bisa ngedetect wajah dan lokasi para pengunjuk rasa. Jujurly, takut banget nggak sih kalo sampe kaya gitu?!?

Now, let’s talk about the elephant in the room: HIV/AIDS….

Yang masih jadi problem even until today.
Did you know kalau 1 Desember kemarin itu adalah Hari AIDS Sedunia? Well, di momentum ini, kita masyarakat Indonesia seolah diajak reflect lagi sama masalah yang satu ini, guys. Yep, HIV/AIDS,yang belum kelar-kelar sampe sekarang. Bahkan, angka kasusnya terus meningkat, guys. Here’s the ironic part, sebanyak 51% kasus baru diidap oleh remaja.

I need some background here. 
All right. Pemerintah di berbagai negara melalui lembaga terkait tuh kan dari dulu nggak pernah bosen campaign sana-sini penyuluhan ini itu soal bahaya HIV/AIDS. Tapi yha gitu, penyakit yang menyerang imun manusia ini tetap nggak terelakkan, guys. Sampai hari ini, penyakit ini udah menginfeksi lebih dari 43 juta orang di seluruh penjuru dunia. Bahkan, dalam catatan Worldometers, penyakit ini udah bikin 1,5 juta di antaranya meninggal dunia, guys. Nggak terkecuali di Indonesia. Nah, Kementerian Kesehatan juga punya datanya.

Tell me what they got. 
Well, inhale, then exale. Disampaikan oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu, saat ini lebih dari setengah kasus HIV/AIDS yang ada di Indonesia tuh didominasi oleh remaja, guys. Nggak cuman itu, sebanyak 12.533 kasusnya diidap oleh anak di bawah 12 tahun :((. Adapun pengidap HIV/AIDS ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, kayak di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Banyak di sana?
Ya iya. Per Oktober kemarin, ada sebanyak 6.145 kasus baru yang ditemukan di Jawa Timur, di mana Kota Surabaya disebut sebagai penyumbang terbesar, guys. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Astha Triyono menjelaskan beberapa dari pengidap ini udah menjalani Terapi ARV sebagai langkah pengobatannya. But the thing is, Pak Erwin juga bilang ada semacam gap dari jumlah kasus sama yang menjalani terapi ini, guys. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor si, mulai dari pasiennya yang udah meninggal sampai mereka putus berobat. Merespons fenomena putus berobat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun commit buat memperluas jangkauannya, biar makin banyak pasien yang mau berobat nggak terkendala akses layanan itu.

Emang cuman itu aja obatnya?
At least kalau di Indonesia sih terapi Antiretroviral aka ARV ini masih jadi yang the one and only, guys. Meanwhile, pengobatan buat HIV/AIDS ini emang masih terus dikembangkan, di mana kalau case-nya AS, Food and Drugs Administration sana tuh udah mengeluarkan izin edar buat salah satu obat namanya Cabenuva, yang  udah bisa dipake buat pengidap di atas usia 12 tahun. A little context about this Cabenuva thing, dia tuh cara kerjanya disuntik ke bagian bokong pasien sebulan atau dua bulan sekali sesuai petunjuk dokter. Dosisnya juga disesuaikan sama petunjuk dokter. Yang jadi concern di sini adalah efek samping dari si Cabenuva ini guys, mulai dari alergi, masalah hati, sampai anxiety dan depresi.

Ok. Now back at home..
Let’s go to Sumedang, Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat mencatat dari tahun 2020, 2021, dan 2022 tuh angka kasus HIV/AIDS terus meningkat, guys. Iya, meningkat belasan kasus tiap tahunnya. Beberapa dari mereka bahkan udah go beyond ke AIDS :(. Adapun penyebabnya, it’s none other than stigma masyarakat related to HIV/AIDS ini, guys. Mereka nggak mau diperiksa atau nggak mau konsumsi obat karena malu. Ujung-ujungnya ini penyakit ya makin menyebar deh kemana-mana.

The stigma hits so hard…
We know, rite? Dengan adanya stigma malah semakin memperparah penyebaran HIV/AIDS dan makin bikin Orang Dengan HIV/AIDS makin terpuruk karena merasa diasingkan dan dikucilkan dari society, plus nggak punya support system. Nah yang harus kamu tahu adalah, dengan kamu menolak kontak sama ODHA, itu termasuk tindakan diskriminatif lo, guys. HIV/AIDS nggak semudah itu bisa menular kok, nggak dengan kontak fisik kayak sekadar handshake atau ngobrol. Nggak juga dengan keringat. Always remember “Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya”.

Noted. Anything else?
The work is not done yet. Berbagai tantangan dalam penanganan HIV/AIDS juga masih terus dihadapi. Makanya sekarang pihak terkait mulai dari pemerintah, NGO, sampai kita-kita nih, masyarakat, masih kudu extra efforts buat memberantas penyakit ini, gengs. Pemerintah sendiri sih punya Program Indonesia Three-Zero HIV/AIDS 2030: Zero infeksi, zero kematian, dan zero stigma-diskriminasi yang hopefully bakalan tercapai di tahun 2030. Pembebasan di tahun 2030 ini juga udah dimulai di negara lain lo, kayak AS yang punya programnya sendiri as well.

Guess where hate speech is rising?

Anywhere,
including Twitter.
Yoi. Drama wadah sambat favorit kita semua masih belum kelar juga, guys. Apalagi setelah ganti kepemilikan jadi ke Elon Musk. Yang terbaru adalah drama related to hate speech yang bertebaran di Twitter, guys. Yep, di awal kepemilikannya, Elon kan sempat mention di mana segala bentuk hate speech tuh bakalan dikurangi secara maksimal dan di-demonetize aka nggak bisa dijadiin cuan.
 
Terus nggak lama, after several times in office, Elon Musk nge-claim jumlah hate speech di Twitter tuh udah turun sepertiganya, guys.
 
Is it a good news? Well, statement Elon di atas ditampar bolak-balik sama penelitian dari Center for Countering Digital Hate. Dalam laporannya, penelitian itu nge-state kalau jumlah hate speech di berbagai konteks tuh justru meningkat sejak kepemilikan Elon, guys. Mulai dari tweet soal Black People yang meningkat dari 1.282 tweets per harinya, jadi 3.876. Nggak cuman itu, penghinaan terhadap transgender di ranah Twitter juga meningkat sebesar 62% sejak Elon ada di sana.
 
Belum selesai, sejak kepemilikan Elon Musk, engagement terkait hate speech tuh juga meningkat sebesar 49,5%. Nah merespons laporan ini, dalam tweet-nya Elon bilang temuan itu  “utterly false”. Terus biar publik makin percaya, dia juga bakal kasih liat datanya tiap minggu, supaya bisa dijadiin bukti bahwa hate speech di Twitter di bawah kepemimpinan dia tuh beneran menurun, nggak sekadar omdo.

“Banyak yang masih kacau.”

Gitu guys komentar dari Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti terkait bakal segera disahkannya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) lewat paripurna DPR RI pada Selasa besok. Menurut Mba Bivitri, sebenernya masih banyak yang kacau di RKUHP. Tapi ngga dipungkiri juga bahwa ada kemungkinan, percepatan pengesahan ini dilakukan demi meredam kemungkinan adanya penolakan besar-besaran kayak pas tahun 2019 lalu.
 
Jangan kasih kendor gengs…

Announcement


No one bought us coffee today 🙁 

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! recommendations

New to mediation? Try these apps.
Advertisement