Temuan Baru Kasus Jenazah Kalideres

371

Now, here’s your A to Z updates on: Jenazah Kalideres….

Banyak temuan baru, guys
Dan bukan karena kelaparan.
 
Yoi. Masih inget sama empat orang keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, yang ditemukan tewas di rumahnya sampai bikin netijen Indonesia heboh beberapa waktu lalu? Nah, sampai sekarang, pihak kepolisian masih terus mendalami kasus ini, guys. Tapi untuk sementara, polisi nge-confirm mereka tewas bukan karena kelaparan. Dan salah satu dari mereka udah meninggal sejak Mei lalu, enam bulan sebelum ditemukan.

WHAT???
Ok we’ll get you through this. In case you need some background, 10 November kemarin, publik dihebohkan sama temuan satu keluarga yang terdiri dari si bapak berinisial RG, usianya 71 tahun, ibu berinisial RM berusia 66 tahun, anak berinisial DF berusia 42 tahun, dan om berinisial BG yang usianya udah 68 tahun. Mereka berempat ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Nah, setelah ditemukan dan dilakukan proses autopsi, Polres Metro Jakarta Barat untuk sementara menyimpulkan kalau empat orang ini tewas karena kelaparan kan. Banyak lah teori-teori yang bermunculan dari situ, Banyak yang nggak percaya juga. “Masa sihhh?” gitu kan. Terus, dugaan kelaparan ini akhirnya ditepis oleh Polda Metro Jaya beberapa hari setelahnya, guys.

Ditepis gimana?
Disampaikan langsung oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan, despite dari hasil autopsi tidak ditemukan sisa makanan di lambung empat jenazah ini, dugaan kelaparan masih belum terbukti, guys. Lebih jauh, Kombes Zulpan bilangnya untuk sementara emang arahnya tuh nggak ke sana alias nggak ke kelaparan. Penyebab utamanya bukan itu, katanya. Jadi sampai sekarang pihak kepolisian pun juga masih cari tahu penyebab utamanya tuh apa, sekalian juga cari tahu apa motifnya. Sambil berbagai bukti dan keterangan beberapa saksi pun masih terus dikumpulkan.

Tell. Me. Everything. 
Sure. Adapun salah satu saksi yang dihadirkan di sini adalah orang-orang dari koperasi simpan pinjam. Kenapa bisa sampai mereka dihadirkan jadi saksi? Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi dalam konferensi pers ceritainnya gini, guys.  Itu karena si Om BG berniat menjual sejumlah aset yang dimiliki keluarga ini. Mobil dan motor yang awalnya dikira hilang, rupanya juga udah dijual. Termasuk rumah yang mereka tempati di Kalideres itu juga mau dijual, tapi nggak laku-laku. Jadilah dia menggadaikan sertifikat rumah itu ke koperasi simpan pinjam dibantu sama mediator dari agen properti gitu. Dateng tuh satu mediator dan dua orang petugas ke rumah itu di tanggal 13 Mei 2022 ketemu sama Om BG dan Mbak DF. Yang harus kamu tahu adalah, dari awal masuk depan pagar, bau busuk nan menyengat tuh udah kecium, guys. Bertanya-tanya lah mereka, “Bau apaan nih?” cuman Om BG bilangnya itu bau got yang belum dibersihin. Okay..

Okay….
Nah pas masuk rumah, pegawai koperasi ini ngomong sama BG dan DF buat diketemuin sama Bu RM, since sertifikat rumah yang mau digadaikan itu atas nama Bu RM. “Oh, ada ibu lagi tidur di kamar”, kata Mbak DF gitu. Again, since sertifikat itu atas nama Bu RM dan pegawai koperasi dan mediator ini perlunya sama Bu RM, dibanguninlah Bu RM ini sama si pegawai, masuk ke kamar, keadaan yang gelap gulita. Iya, katanya sih lampunya sengaja dimatiin karena Bu RM sensitif sama cahaya.  Tapi feeling si pegawai yang nggak disebutkan namanya ini beda nih. Akhirnya waktu lagi lengah, dia idupin flash HP-nya dan dia terkejut banget bahkan sampai teriak “Allahu Akbar!” waktu ngeliat apa yang ada di depannya: Bu RM udah dalam keadaan meninggal alias udah jadi mayat.

Advertisement

OMGGGG…..
Masih dari keterangan saksi, setelah ngeliat mayat Bu RM, dia langsung ngomong dong sama DF dan BG terkait apa yang dia lihat. Tapi DF bilang ibunya belum meninggal, “Nggak kok, saya masih kasih ibu saya susu tadi. Masih saya sisirin juga.” Padahal itu rambut udah rontok-rontok :))). Mediator dan petugas koperasi pun buru-buru pergi dan nggak mau lanjutin proses gadainya. Well, talking about Bu RM, Kombes Hengki menyebut jenazahnya udah mengalami mumifikasi, guys. Tapi keliatan terawat. Alas tidurnya rapi, kasurnya rapi, ada kain di bawah jenazah, gitu-gitu. Terus, polisi pun berspekulasi kalau Bu RM ini udah meninggal sejak Mei lalu. Sementara DF masih belum diketahui kapan pasti waktu meninggalnya. Fyi DF ini ditemukan tewas di samping ibunya dalam keadaan memeluk guling di dalam kamar yang kekunci dari dalam. Sejauh ini, diduga kuat emang Mbak DF ini yang meninggal terakhir kali dari empat jenazah.

Haduu… Terus, apa lagi yang polisi temukan?
Ada dua HP yang ditemukan di dalam rumah. Dua HP ini kemudian langsung dibawa sebagai barang bukti ke psikologi forensik. Dari dua HP, ada satu HP di mana terdapat komunikasi satu arah yang chat-nya penuh sama emosi negatif di HP itu. Dikonfirmasi sama Kombes Hengki, pengirim chat itu adalah salah satu dari pihak keluarga yang berempat ini, dan seorang perempuan. Cuman belum bisa dipastikan apakah Bu RM atau DF yang ngirimin itu chat. Lebih jauh, Kombes Hengki juga menyebut pengirim chat itu adalah orang berpendidikan. In his words, beliau bilangnya, “Kata-katanya sangat rapi, terlihat berpendidikan. Ada bahasa Inggris di sela-sela tulisan tersebut.” Cuman yha gitu, selain cari tahu siapa yang ngirimin chat ini, polisi juga masih terus menyelidiki keterkaitan chat-chat ini sama motif meninggalnya empat orang ini.

I see…..
Speaking of motif dan penyebab kematian, tim dokter forensik yang melakukan penyidikan juga udah menjadikan feses empat jenazah yang mereka dapatkan waktu proses autopsi, sebagai barang bukti, guys. Feses ini bakal diteliti lebih lanjut buat cari tahu apakah ada kandungan tertentu dan bisa mengungkap atau justru matahin praduga yang selama ini kita kira, masih belum bisa dipastikan. Masih abu-abu banget lah intinya.

Anything else I should know?
Well, sejauh ini, dari bukti-bukti dan keterangan saksi yang udah dikumpulkan, pihak kepolisian udah nge-confirm bahwa nggak ada keterlibatan pihak luar atas meninggalnya empat orang satu keluarga di Kalideres ini, guys. Nggak ada bercak darah, nggak ada DNA lain selain empat orang ini, dan nggak ada tanda-tanda kekerasan apapun. Terus, terkait kemungkinan keterlibatan keluarga ini dalam sekte tertentu, polisi juga masih belum bisa menyimpulkan kemungkinan ini. Kalau kata Kombes Hengki, “Tidak boleh berasumsi. Nanti secara komprehensif akan disimpulkan oleh ahli.”
Advertisement