Rudal Rusia Jatuh di Polandia, G20 Tidak Memberikan Solusi Krisis Iklim, Donald Trum Akan Jadi Calon Presiden AS 2024, Dengar Musik/Film Terlalu Lama & Keras Pemicu Gangguan Pendengaran

387

Hello

It’s Thursday already so hang in there, because the weekend is sooo clooose. Today we will update you with the newest development in Europe, still on the G20, and about someone who’s coming back… but not your ex. Let’s dive in!

Now, on the latest update in Poland…

Perkembangan terbaru yang mengejutkan datang dari Polandia nih, yang menyatakan bahwa pada Rabu (16/11) pagi, ada ada rudal buatan Rusia yang jatuh di timur negaranya hingga menewaskan dua orang. Tapi, after a while, pejabat AS bilang kalo rudal itu ditembakkin sama pasukan Ukraina.

HAH?  
Yep, jadi informasi awalnya, exactly after the explosion, Presiden Joe Biden juga bilang kalo nggak mungkin rudal itu ditembakin dari Rusia. Bahkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bilang kalo itu tuh jadi momen eskalasi yang super significant. As you guys know, para pemimpin G20 kan lagi di Bali saat kejadian kemarin, jadi Joe Biden langsung ngadain pertemuan darurat bareng pemimpin G7 dan NATO.
 
What did they say? 
As the White House reported, Joe Biden langsung ngajak para pemimpin negara sekutu AS buat ngadain pembicaraan darurat setelah adanya rudal itu. Mereka yang ikut dalam dialog adalah para pemimpin Uni Eropa dan semua negara G7 kaya Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan of course AS sendiri. Kebetulan bangeeet, mereka semua emang lagi sama-sama di Bali karena KTT G20. Pihak Gedung Putih bilang kalo pertemuan itu disebut “meja bundar darurat” dan diadain super private, tanpa ada media satu pun. Soal pertemuan ini, Biden belom kasih satu kata pun tentang ledakan di Polandia ini.
 
Terus terus? 
Masih bingung kan soal siapa yang nembakkin rudal sebenernya? Kalo dari pihak Kementerian Luar Negeri-nya Polandia sih bilang kalo senjata itu dibuat di Rusia, sementara Presiden Polandia Andrzej Duda, bilang kalo itu most likely made in Russia, tapi masih diverifikasi.
 
But, thennnn… 
Nah tapiii, menurut info terbaru dari pejabat AS bilang kalo rudal itu ditembakkan oleh Ukraina, tapi niatnya menghalau serangan rudal Rusia. Namun, masih belom ada komentar dari otoritas resmi AS ataupun Ukraina soal hal ini. Fyi, since ledakannya tuh terjadi di Polandia, di mana Polandia sebagai negara anggota NATO, ini pasti bikin khawatir kalo NATO juga bakal keseret dalam perang antara Rusia dan Ukraina. Makanya, Gedung Putih super extra hati-hati buat komentar soal ini, dan nggak buru-buru nyalahin.
 
What did the President say? 
Kalo Presiden Polandia Andrzej Duda sih juga sepenuhnya mencoba buat ngeredain ketegangan. Dia bilang kalo masih belom jelas darimana asal rudal itu, dan dia juga bilang itu sebagai insiden yang terisolasi. Biden sih udah telfon Duda dari Bali, dan bilang bahwa mereka tetep harus kerja sama soal penyelidikan ini.
 
Anything else? 
Ternyata, ledakan ini juga berdampak ke Indonesia. Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS melemah pada Rabu (16/11) pagi. Yang tadinya 0,25 persen ke posisi Rp577. Ini melemah 39 poin dari sebelumnya Rp15.538.

When G20 is still being the highlight….

Disebut nggak bisa kasih solusi ceunah.
 Yoi guys. Kamu udah tahu kan, annual meeting maha penting di mana Indonesia yang jadi tuan rumahnya tahun ini aka KTT G20 masih jadi trending topic di mana-mana, guys. Banyak lah yang bisa jadi highlight, mulai dari yang bagus-bagusnya, sampai yang kurang bagusnya pun ada, termasuk asumsi nggak bisa kasih solusi in terms of Climate Crisis.
 
HAH GIMANA CERITANYA?
Jadi gini, guys. Semuanya tuh bermula wayyyy bertahun-tahun ke belakang, saat Group 20 aka G20 pertama kali dibentuk di tahun 1999. Di tahun itu, jumlah emisi karbondioksida yang bikin Bumi jadi diselimutin polusi ada di angka 23 gigaton yah. Nah angka itu terussss meningkat bahkan di tahun 2021, emisi karbondioksida udah mencapai 35 Gigaton, guys. Meanwhile, dari periode lebih dari dua dekade itu, Konferensi Tingkat Tinggi G20 kan rutin diadain. Para world leaders meeting dan menghasilkan banyak hal, salah satunya adalah soal penanganan climate crisis. Tapi ngeliat faktanya begini, orang jadi bertanya-tanya dong, “Mane nih hasilnya, Pak? Bu?” gitu kira-kira.
 
Tapi G20 tuh bukan cuman soal climate crisis ngga sih…
Well, itu bener. Ada KTT khusus sendiri bahkan yang ngomongin climate crisis which called Conference of the Parties aka COP yang kemaren baru aja selesai diadain di Mesir. Terus, Forum G20 ini sendiri mostly emang ngomongin ekonomi dan politik guys, supaya negara-negara anggota juga bisa makin kuat kerjasamanya, dan ekonomi setiap negara anggota juga bisa maksimal at its finest. Kalau poin ini hasilnya keliatan, gengs. Negara-negara anggota G20 diketahui emang menguasai sebanyak 80% GDP dunia. But the thing is, at the same time, mereka disebut berkontribusi terhadap 80% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan worldwide.
 
Aih….
Makanya banyak yang protes, guys. Salah satunya adalah Extinction Rebellion Indonesia aka XR Indonesia. Dalam pandangannya, KTT G20 ini emang ada kasih solusi, udah di depan mata. Yaitu berupa solusi yang terdesentralisasi, dikelola sama masyarakat, ga pake biaya tinggi, dan berbasis pengetahuan adat. Cuman yha gitu, XR ngeliatnya solusi ini cuman sebatas dikasih panggung aja, nggak ada dukungan, nggak ada sumber dana, dan penyebarluasan yang masif dan sistematis dari pemerintah.
 
Terus gimana dong?
That being said, banyak opini yang bilang para world leaders yang ngumpul meeting di KTT G20 itu nggak bisa kasih solusi buat penanganan climate crisis. Terbukti dari emisi gas rumah kaca along with emisi karbon yang terus dihasilkan, terus banyak bencana, es di kutub mencair, lahan ijo-ijo aka hutan juga makin berkurang karena digundulin mulu, masyarakat adat kehilangan lahannya, gitu-gitu deh. Lebih jauh, diduga kuat negara G20 ini juga mendukung hal-hal yang bertolak belakang sama penanganan climate crisis ini. Saaaaaad~
 
Gimme all the details….
Contoh, investasi ke infrastruktur dan operasional PLTU Batubara which nggak ramah lingkungan sama sekali. Terus, pembangunan berbagai infrastruktur yang somehow malah merusak lingkungan kayak pembangunan jalan tol, bandara, dll. Sampai investasi ke project yang require pembukaan lahan besar-besaran kayak Food Estate (Read the full story here).

Terus, G20 Indonesia ini juga gitu?
Kita kawal bareng-bareng ygy. But on the other hand, kalau kamu skip, tema G20 di bawah presidensi Indonesia tahun ini tuh kan “Recover Together, Recover Stronger” yah, di mana pembahasannya bakal berputar di kesehatan global after pandemi Covid-19, terus transformasi digital buat penguatan ekonomi, dan of course, transisi energi buat mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan menangani climate crisis. Again, acara puncak KTT G20 di Bali kan baru banget kelar kemarin yah. Hasil dari pertemuan itu, terutama soal penanganan climate crisis dan action towards it yang harus kita kawal bareng-bareng, gengs.
 
I heard something about pembatasan and stuff…
Yep, pembatasan yang terdapat dalam KTT G20 kali ini dinilai lebay banget, guys. Contoh, kayak yang dialami sama Yayasan Lembaga bantuan Hukum Indonesia aka YLBHI waktu mereka lagi rapat di Sanur beberapa waktu lalu. Padahal rapat mereka has nothing to do with KTT G20, tapi tetep diintimidasi sama pecalang di sana, di mana setelah ditelusuri, pecalang itu bukan warga lokal. But still, intimidasi menjelang sampai penyelenggaraan KTT G20 ini kerasa, guys. In that sense, banyak yang menilai ini tuh emang pembatasan yang berlebihan.

Seberlebihan itu?

Kalau kata Greenpeace sih begitu, guys. Dalam hasil analisisnya, pembatasan yang berlebihan ini disebut seolah mencoreng kebebasan berpendapat dan prinsip demokrasi yang selama ini jadi core kita sebagai bangsa Indonesia. Lebih jauh, segala bentuk intimidasi kayak gini tuh disebut cuman bakal image pemerintah yang anti-kritik di mata negara-negara anggota G20. Makanya hal kayak gini yang menurut mereka kudu dibenerin sama pemerintah RI, guys.


I see. Anything else?
Btw selain isu-isu kurang enak dari G20, kamu harus tahu nih, guys, bahwa KTT G20 khususnya di bawah presidensi Indonesia tahun ini tuh banyak banget yang memorableguys. Kayak Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping yang akhirnya meet up for the first time, PM Inggris Rishi Sunak dan PM India Narendra Modi yang juga akhirnya ketemu dan ngobrol (Ngomongin kampung halaman nggak sih? Lol), sampai momen Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon-hee, yang menyita perhatian netizen waktu tea time bareng Bu Iriana.
 
Resolusi kita semua adalah menjadi Madam Kim di umur 50 tahun kulit masih kinclong nan kencang. On a serious note, spill skincare-nya dong, Madam” :))))))

Who’s coming back but not your ex?

The one and only, Donald Trump. 
Yup, he’s back to become the candidate of President of United States in 2024.
 
DUH.. 
Yoi guys. Kemarin, Trump secara resmi ngumumin bahwa dia bakal balik lagi nyalonin jadi presiden Amerika Serikat di tahun 2024 mendatang. And fyi, this is gonna be his third time. Trump sendiri didorong maju sama orang-orang di Partai Republik yang ngerasa bete gara-gara kinerja buruk partai di midterm elections kemaren.
 
Go on…
Dalam keterangan resminya, Trump bilang kalo AS nih sekarang lagi merosot, jadi harus dibawa “great again”. Ditambah lagi, dia juga bilang kalo di bawah Joe Biden, AS tuh jadi mengalami masa yang penuh kesakitan, kesulitan, kecemasan dan keputusasaan. Makanya, “In order to make America great and glorious again, I am tonight announcing my candidacy for president of the United States,” he said. 
 
So is it official? 
Yup. Sebelum pidatonya itu, dia emang udah ngajuin dokumen ke Komisi Pemilihan Federal, yang nandain kalo dia udah resmi mencalonkan diri sebagai presiden. Trump ngumumin soal ini di resor mewah miliknya, di Mar-a-Lago, di mana pendukungnya langsung ngibarin bendera Trump 2024.
 
Who is his rival? 
Trump emang jadi orang pertama yang resmi mendaftarkan diri. Tapi kemungkinan ada beberapa penantang yang udah di depan mata. Mereka adalah Wakil Presiden Trump sendiri, Mike Pence dan Gubernur Florida Ron DeSantis.
 
But, his way is not gonna be easy…
Kemungkinan besar perjalanan Trump buat jadi presiden AS nggak bakalan mudah, dan hal ini karena beberapa alasan. Pertama, dia kan emang basic-nya pengusaha, ya, jadi nggak punya basic apa pun di dunia politik. Even though, ada sih beberapa kebijakan dia yang menonjol kaya pemotongan pajak dan reformasi peradilan pidana di masa jabatannya kemarin, tapi banyak juga kegagalan yang dia catat di era kepemimpinannya. Misalnya soal janjinya buat bikin reformasi kesehatan, belom lagi soal penanganan pandemic Covid-19 yang nggak karuan.
 
And the riot…
Right, the riot. Kamu masih inget dong soal kekacauan di Capitol Hill? Di akhir masa jabatannya, para pendukung ngibarin spanduk Trump dan menggeledah Capitol Hill yang merupakan gedung kongres AS. Hal ini jadi coretan kelam banget dari pemerintahan Trump, dan ini tentunya bakal nambahin poin minus Trump kalo doi maju lagi.
 
Anything else? 
If in the end he won the election, Trump bakal jadi presiden tertua kedua setelah Joe Biden, who is currently 78 tahun. Walaupun sama sih sama Joe Biden waktu masuk Gedung Putih, tapi kan who knows what would happen, right?

When you kiiiiinda have trouble hearing…

So do 1 billion people worldwide, potentially.
 
Iya nih guys, kabar kurang menyenangkan datang dari dunia per-bonge-an di mana menurut jurnal BMJ Global Health yang dirilis Selasa lalu, ditemukan bahwa kecenderungan anak muda yang dengerin musik/film terlalu lama dan keras membuat mereka beresiko mengalami gangguan pendengaran. Ga tanggung-tanggung, studi itu memprediksi bahwa ada sekitar 1,35 miliar orang berusia 12-34 tahun di seluruh dunia yang melakukan aktivitas pendengaran yang ngga aman. Dalam melakukan risetnya ini, para peneliti melakukan meta analysis atas praktek-praktek mendengarkan yang “nggak aman” dalam database yang dirilis antara tahun 2000 sampai 2021.
 
FYI, emang terekspos pada suara yang terlalu kenceng akan menyebabkan sensor di telinga kamu kelelahan, dan kalo dilakukan dalam waktu yang panjang, maka sensor-sensor tadi akan rusak secara permanen. Hasilnya adalah gangguan pendengaran yang juga permanen. The US CDC sendiri merekomendasikan kita supaya dengerin musik cukup sekitar 85 desibel aja, selama periode 40 jam seminggu. However, ditemukan oleh studinya bahwa rata-rata pendengar memilih volume yang ada dalam range 104-112 desibel.

“Enakan makan di warung”
 
Gitu guys kata Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang baru aja nge-upload foto sama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pas lagi makan di sebuah warung kemarin. Dalam fotonya, nampak Gibran dan Ganjar duduk di meja makan warung tersebut sambil menikmati makanan. Terus di caption-nya tuh Mas Gibran bilang, emang enakan makan di warung sederhana aja.
 
When you took a lunch break for too long…

Announcement

Thanks to Mamanya K dan Someone for buying us coffee today!
 
(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! recommendations
Wondering if your friendship is worth sticking? Read this.
Advertisement