Gagal Ginjal Akut Pada Anak Updates

248

Here’s your full updates on: Gagal Ginjal Akut pada Anak…

Yang kemarin dibahas di DPR.
Iya, kemarin banget nih, DPR RI sebagai wakilnya kita-kita rapat bareng lembaga terkait buat membahas kasus gagal ginjal akut from A to Z, guys. Nah dari rapat ini, kita akhirnya tahu kalau kasus ini tuh beda dari yang biasanya terjadi. Kita tambah tahu lebih banyak juga dari si senyawa Etilen Glikol dan Dietilen Glikol yang dari kemaren rame banget diomongin netizen, serta obat penawarnya apa, sampai DPR yang bakal membentuk panitia kerja.

That’s a lot. Tell me.
Sure. As we all know sampai sekarang kan negara +62 masih concern sama kasus gagal ginjal akut yang nyerangnya ke balita kan yah, Bun. Karena penyakit ini, makin banyak anak Indonesia yang tumbang bahkan meninggal. Not to mention setelah diinvestigasi sama pihak terkait, gagal ginjal akut ini ada hubungannya sama obat sediaan sirop yang dikonsumsi anak-anak. Apa nggak makin panik tuh ayah bunda seantero nusantara?

Panik lah gila….
Bahkan sampai sekarang, udah tercatat 325 anak di Indonesia yang tercatat mengidap penyakit ini, guys. Hal ini dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dari 325 anak yang menderita, udah ada 178 anak yang meninggal. Masih stay di atas 50% fatality rate-nya, guys. Makanya, karena gagal ginjal ini masih jadi isu yang mengkhawatirkan, kemarin banget, berlangsunglah rapat dengar antara Komisi IX DPR RI dengan pemerintah mulai dari Kementerian Kesehatan, BPOM, IDAI, dan pihak industri farmasi. Yang harus kamu ketahui adalah, menurut pandangannya IDAI, gagal ginjal akut ini beda, guys. Nggak kayak biasanya.

Beda gimana?
Well, disampaikan oleh Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso, gagal ginjal akut yang kali ini emang nggak kayak biasanya. Kalau biasanya gagal ginjal akut pada anak, terus cuci darah, anaknya selamat. Nah kalau yang ini, gagal ginjal, cuci darah, anaknya malah meninggal. Iya, masih dari keterangan Dokter Piprim, pasien gagal ginjal akut kali ini juga mengalami penurunan kesadaran yang relatif cepat padahal udah cuci darah. Gini nih buat gambarannya, jadi si anak cuci darah, tidur, terus bangun, eh kesadarannya turun lagi dengan cepat, nggak lama kemudian napasnya berhenti, sempat dikasih alat bantu nafas tapi ujungnya meninggal juga. Ini dia yang bikin para dokter anak pada frustasi, guys :((.

Gara-gara obat sirup tuh?
Lebih tepatnya, obat sirup yang pake propilen glikol dan polietilen glikol sebagai bahan baku zat pelarut. Dengan bahan baku ini, obatnya kemudian tercemar jadi menimbulkan senyawa berbahaya yaitu etilen glikol, dietilen glikol, etilen glikol butyl ether yang melebihi ambang batas yang ditentukan dan menyebabkan gangguan pencernaan sampai gagal ginjal akut deh. Ini pun baru sebatas dugaan guys, karena sampai sekarang lembaga terkait mulai dari BPOM sampai Polri masih melakukan investigasi terkait penyebab gagal ginjal akut ini.

Talking about 
BPOM…..
Dalam keterangannya kemarin, Bu Penny bilangnya Propilen Glikol dan Polietilen Glikol yang dijadiin bahan baku tuh dari awal masuknya bukan lewat BPOMguys, tapi Kementerian Perdagangan. Ini karena bahan baku tersebut merupakan bahan non-larangan dan pembatasan dan merupakan bahan technical grade yang biasa dipake buat cat sampai tekstil. Meanwhile, bahan yang masuk dan diperiksa BPOM tuh yang pharmaceutical grade aja yang masuk kategori larangan dan terbatas. Makanya karena ada dua stations ini, Bu Penny bilangnya jadi ada gap dan bikin para ‘penjahat’ itu lancar-lancar aja melakukan aksinya sampai obat itu beredar di Indonesia.

Emang si ‘penjahat’ itu ngapain?
Well, indikasi yang ditemukan pihak Bu Penny sih adanya perubahan bahan baku dalam obat sediaan sirop ini. Iya, dari yang awalnya bahan bakunya bukan propilen glikol dll, tapi sekarang jadi pake itu. Kayak yang kita bahas sebelumnya, propilen glikol ini kan masuk dan diperiksa Kemendag karena bukan merupakan pharmaceutical grade. Nah dari keterangan Bu Penny, bahan yang non-pharmaceutical grade tuh harganya lebih murah dan lebih mudah didapatkan, guys. Ini juga yang nge-trigger para penjahat tadi buat melakukan perubahan bahan baku.


Harus ditindak sih yang begitu…
Of course. Sebelumnya BPOM juga bilang industri farmasi yang melakukan kecurangan ini kan bakal dipidana yah, bahkan Polri pun sampai bikin tim khusus untuk menyelesaikan permasalahan ini. Makanya sekarang BPOM kerja sama dengan kepolisian juga lagi ngejar siapa-siapa aja pelaku yang udah bikin negara chaos kayak gini, apalagi sampai bikin ratusan balita meninggal. Lebih jauh, pihak BPOM juga sambil investigasi beneran obat nggak sih yang menyebabkan balita itu meninggal. In her words,
Advertisement
 Bu Penny bilangnya gini: “Apabila ada kausalitas nanti terbukti adanya keterkaitan antara obat dan kematian, ini adalah salah satu bentuk kejahatan obat, artinya kejahatan manusia”, katanya gitu.

Terus ini salah siapa jadinya???
We still don’t know yet ygy. Tapi kalau ngomongin industri farmasi yang dicap sebagai penjahat, mereka tuh sebenernya juga questioning kenapa product mereka harus dipermasalahkan sementara product mereka legit dapat izin edar yang dikeluarkan BPOM. Toh salah satu perusahaan yaitu PT Yarindo dengan product obat Flurin DMP sirup yang dinilai punya kandungan Etilen Glikol lebih dari ambang batas juga udah tiga kali daftar ulang dan nggak pernah ada masalah. Ini dia yang di-missed sama BPOM, guys. Penny Lukito sendiri juga aware pihaknya nggak melakukan pemeriksaan secara rutin.

So, what are they going to do now?
Yha yang bisa dilakukan sekarang adalah mengawasi obat-obatan secara lebih ketat kayak yang udah diamanatkan Presiden Joko Widodo biar nggak naik-naik lagi kasus gagal ginjal akut ini. Terus kalau yang udah terlanjur kena, yha diobati. Speaking of obat, Menkes Budi bilangnya pemberian obat Fomepizole tuh efektif banget bikin pasien pada sembuh, guys. Bahkan angka kematian juga menurun drastis karena pakai obat ini kata Pak Budi. Karena efeknya yang mujarab, stoknya pun ditambah terus deh. Sekarang udah ada 200 vial obat yang diimpor dari Jepang dan Kanada kalau kata Pak Budi.

Okay, I believe DPR has a say…
Banyak. Salah satunya yha soal obat Fomezipole ini. Anggota Komisi IX Irma Suryani Chaniago menyebut dia nggak setuju pemerintah udah beli obat ini itu dari luar negeri padahal sampai sekarang penyebab penyakitnya apa aja masih belum valid. Lebih lanjut, Bu Irma juga bilang dengan pemerintah yang udah kasih statement beli obat dari negara lain tuh malah jatohnya kita kayak mau jualan obat gitu, yang akhirnya berdampak sama tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo.

Terus, ngomong apa lagi mereka?
Selain itu, masih dari keterangan Irma Suryani Chaniago, Bu Irma juga ngomongin soal komunikasi Kementerian Kesehatan dan BPOM yang buruk, since pernyataan Kepala BPOM sama Menkes juga bertolak belakang kalau kata Bu Irma. Contoh, ada satu waktu Menkes ngomongnya cemaran senyawa itu yang memicu penyakit gagal ginjal akut ini. In the mean time, Kepala BPOM bilangnya cemaran itu belum bisa dijadiin kesimpulan kalau emang ‘itu’ penyebab gagal ginjal. Bingung dong. In her words, politisi fraksi NasDem itu bilangnya gini: “Jadinya bikin kegaduhan di publik. Yang satu ngomong A, yang satu ngomong B.”

……
 Nggak cuman itu, Bu Irma juga ada mention soal grade yang dijelasin Bu  Penny di mana harusnya pada koordinasi tuh mereka, mulai dari BPOM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan biar grade ini nggak gambling lagi. Lebih jauh, Bu Irma ngusulin biar DPR membentuk panitia kerja biar tata kelola kefarmasian di negara ini bisa lebih jelas dan biar  melindungi masyarakat juga. “Kalau nggak selesai di panja, yha kita bentuk lagi panitia khusus,” kata Bu Irma gitu.

Okay. Anything else?
Oya, ayah bunda udah tahu belum kalau penyakit gagal ginjal akut ini nggak seketika langsung jadi gagal ginjal akut sekali kena, bun alias ada penyebabnya dan penyebabnya lebih dari satu kalau kata Menkes Budi. Mulai dari infeksi, kelainan genetik, dehidrasi berat,  dll. Terus, ayah bunda udah tahu belum kalau gagal ginjal akut ini emang bukan penyakit baru, sebelumnya udah ada tapi kasusnya nggak banyak. Nah karena udah mulai meningkat nih, makanya Kemenkes pun mulai gerak deh.
Advertisement