Tragedi Kanjuruhan : Sejumlah Pihak Diminta Mundur Dari Jabatannya

215

When people are still mourning….

Due to Tragedi Kanjuruhan.
Yep. Masyarakat Indonesia (bahkan dunia) masih berduka sama Tragedi Kanjuruhan yang terjadi weekend kemarin usai pertandingan Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Nah, di tengah kedukaan ini, ada banyak banget “Why this?” and “Why that?” Yang sampai sekarang masih belum kejawab, guys. Sampai berimbas sejumlah pihak diminta mundur dari jabatannya.

Wait, I need some background here.
You got it. Jadi hari Sabtu kemarin, dalam Kompetisi Liga 1 Indonesia 2022/2023, Arema FC berhadapan sama musuh bebuyutan mereka sedari lama, which is Persebaya FC. Para pecinta bola excited dong sama match ini, apalagi ditambah fakta kalau Arema nggak pernah kalah kalau main di kandang sendiri lawan Persebaya. Peristiwa nggak terduga ternyata terjadi di ending match itu, guys. Dengan hasil Persebaya yang menang melawan Arema FC 3-2, terjadi bentrok  antar supporters VS polisi yang membuat keadaan jadi chaos banget, dengan lempar-lemparan benda tumpul, pelepasan gas air mata, dan orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri tapi nggak bisa. Hal ini berujung ratusan orang harus meninggal, dan sebagian lainnya mengalami luka berat.

Oh noo…..
Tragedi ini akhirnya menyita perhatian banyak pihak kan. Ada banyak banget komentar, spekulasi, ataupun pernyataan terkait tragedi ini, gengs. Kayak yang kemarin sempat kita bahas kenapa polisi yang mengamankan orang-orang itu malah pake gas air mata sementara hal itu jelas dilarang sama FIFA. Terus kenapa juga pertandingan ini dimulainya malem banget yaitu pukul delapan malam. Terus, kenapa banyak pintu keluar yang masih ditutup padahal pertandingan udah kelar, sampai kenapa panitia bisa sampe jualin tiket masuk sebanyak 42 ribu sementara kapasitas stadion cuman 38 ribu penonton.

Gimme all the details…
Sure. Disampaikan langsung oleh Menko Polhukam, Mahfud MD, sebelum Sabtu tuh pihak panitia udah melakukan konsolidasi gitu sama aparat ngomongin hal-hal teknis. Dari hasil konsolidasi itu, aparat mengusulkan jumlah penontonnya disesuaikan sama kapasitas stadion aja. To be specific, Stadion Kanjuruhan itu kapasitasnya 38 ribu aja. Terus, aparat juga mengusulkan pertandingannya mulai sore aja, jangan malem. Nah tapi Pak Mahfud bilang usul-usul itu nggak dilakukan. Jumlah penonton malam itu ada sebanyak 42 ribu, dan pertandingan tetep mulai jam delapan.

…….
Nah sebenernya, emang bahaya banget sebuah event tuh mulainya malem, guys. Kalau mulainya aja jam 8, mau jam berapa lagi kelarnya gitu. Hal ini ofc sangat menganggu kenyamanan dan keamanan kalau sampai terjadi hal yang nggak diinginkan, kayak yang kemarin terjadi di Stadion Kanjuruhan itu. Terus, over capacity juga sama nggak nyaman dan nggak amannya. Apalagi kelebihannya sampai 4 ribuan penonton dari 38k ke 42k. Nah, sampai berita ini diturunkan, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru aka LIB yang in charge sebagai event organizer belum memberikan respons apapun terkait dua poin ini. Terus, Ketua Panitia Pelaksana namanya Abdul Harris, juga belum mau ngebahas masalah ini. Pihaknya masih fokus sama penanganan dan membantu proses pemakaman korban.

I heard something about the exit door…
Yes. For context, Stadion Kanjuruhan itu punya 14 pintu tribune yang bisa dipake orang buat keluar/masuk. Dari penuturan seorang yang berhasil selamat
Advertisement
 dari kejadian ini atas nama Luki, malam itu waktu orang pada sibuk menyelematkan diri karena kerusuhan plus gas air mata yang dilancarkan petugas, cuman ada 2 pintu yang kebuka, guys. Padahal biasanya 15 menit sebelum pertandingan kelar, pintu itu udah kebuka semua. Nah, dengan 2 pintu ini, orang-orang yang mau keluar jadi terhambat, himpit-himpitan, bahkan sampai terinjak dan akhirnya meninggal. Tapi yha gitu, despite ada banyak keterangan dan bukti yang menyatakan demikian, pintu tertutup ini sifatnya masih dugaan, guys, Makanya lagi didalami sama pihak terkait.

Ok. Any words?
Ada. As we all know banyak banget yang menyesalkan tragedi ini, nggak terkecuali pihak yang terlibat langsung di sana. Iya, Arema FC melalui pelatih mereka, Javier Roca. Dalam keterangannya, dia mengaku mentalnya udah hancur karena hasil pertandingan yang justru membuat ratusan nyawa harus dikorbankan. Lebih jauh, Javier Roca juga ngerasa punya beban yang berat banget, bahkan merasa bertanggung jawab. Kalau aja kemarin mereka imbang, tragedi kayak gini mungkin nggak kejadian. Pelatih asal Chile itu juga mengungkapkan Tragedi Kanjuruhan ini sebagai titik balik sepak bola di Indonesia. Buat mulai merendah, dan nggak terlalu ambi buat menang. Jadinya perasaan juga lebih damai. Titik nol Damainya sepak bola Indonesia start from Malang, katanya gitu. Di akhir, dia juga minta maaf yang sebesar-besarnya buat keluarga korban yang terdampak.


Okay….
Seiring dengan kejadian ini, banyak pihak yang meminta Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainuddin Amali, Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, dan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat mundur dari jabatannya. Salah satu yang mendesak hal tersebut adalah PB HMI, yag menilai bahwa karena ketidakprofesionalan mereka lah, kejadian ini bisa terjadi. Selain itu, Indonesian Police Watch juga mendesak Polri buat mempidanakan panitia penyelenggara acara kemarin, plus mencabut izin si Liga 1 2022/2023 ini.

Got it. Anything else?
Well, balik lagi ngomongin gas air mata yang jadi fokus dan highlight orang-orang terkait Tragedi Kanjuruhan ini. Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menyebut pihaknya bakalan melakukan audit terkait penggunaan gas air mata ini. Apakah penggunaan gas air mata ini sesuai sama situasi yang dihadapi atau nggak, karena dalam setiap pengamanan, emang udah ada SOP-nya gitu guys langkah apa yang harus diambil. Makanya sejauh ini Polri udah memeriksa 18 anggota yang bertanggung jawab, juga memeriksa gas air mata yang dipake. Yep, diduga gas air mata yang dipake malam itu adalah gas air mata keluaran 2019 yang udah abis masa aktifnya aka kadaluarsa. Jadi efeknya ya beda dong sama yang masih aktif.
Advertisement