Mahsa Amini Meninggal, Kondisi Iran Kacau

311

It’s all started from hijab..

Okay. The biggest demonstration since 2019 is now happening in Iran. Sampe sekarang, jumlah korban tewasnya mencapai 50 orang. Dan penyebab utama dari this chaotic situation is the death of Mahsa Amini. 

Tell me everything.
Let’s start by getting to kno who Mahsa Amini is. Jadi, Mahsa Amini tuh sebenernya cuma warga biasa, perempuan usia 22 tahun yang berasal dari Saqqz, di provinsi Kurdistan, Iran. Pada tanggal 13 September lalu, dia dan keluarganya lagi jalan-jalan santai aja, di ibu kota Teheran. Eh, tiba-tiba aja, out of nowhere, setelah keluar dari sebuah stasiun metro di tengah kota, dia dipaksa masuk ke dalam mobil van milik Gasht e Ershad atau semacam patrol polisi moral.
 
Whaaat? Polisi moral?
Iya, jadi kalo di Iran tuh emang ada namanya patroli polisi moral. Mungkin kalo di kita patroli polisi ngecekin orang-orang pake helm atau nggak pas lagi naik motor, nah ini tuh ngecekin dan “katanya sih menegakkan” aturan berpakaian wanita yang jadi hukum di Iran sejak 1979. Nah, waktu itu mereka bilang kalo jilbabnya Mahsa Amini terlalu longgar, ya pokoknya nggak sesuai sama aturan hukumnya.

Then? 
Nah, polisi moral ketika itu ternyata nggak cuma kasih peringatan di tempat. Dia pun dibawa ke pusat penahanan Vozara, yang dikenal sebagai tempatnya para wanita yang melanggar aturan jilbab. Katanya sih, di sana mereka bakal diajari soal penampilan yang dinggap tidak senonoh dan yang pantes tuh kayak apa sih. Malangnya, itu adalah kali terakhir keluarga Mahsa Amini melihat sang gadis, karena entah apa yang terjadi, di dalam tahanan itu Mahsa Amini disebut mengalami koma dan akhirnya meninggal tiga hari kemudian.

Nooooo
Rite? Kalo kita balik lagi ke waktu penangkapan, polisi sih nggak ngasih alasan lain kenapa Mahsa Amini ditahan, selain karena aturan hijab. Sementara menurut ibunya, ya putrinya sih udah mematuhi aturan dan pakai jubah yang panjang dan longgar. Mereka juga ngaku sebagai wisatawan, tapi sama sekali nggak digubris sama polisi. However, pasukan keamanan Iran ngeluarin pernyataan yang klaim kalo Mahsa Amini tiba-tiba pingsan karena serangan jantung di tahanan, pas dia lagi menerima pelatihan pendidikan soal aturan hijab. Tapi, keluarganya membantah dan bilang kalo dia sehat sepenuhnya sebelum penangkapan. Sementara kakaknya, Kiarash Amini bilang pas dia lagi nungguin adiknya di pusat penahanan, dia denger ada teriakan dari dalam.

Go on. 
Ketika Mahsa diketahui meninggal, sebuah ambulans dateng dan seorang saksi bilang kalo pasukan keamanan telah membunuh seorang wanita muda di dalam. Dugaan pembunuhan diperparah dengan foto dan video yang beredar di medsos, menunjukkan seorang perempuan yang nggak sadarkan diri, ada selang di mulut dan hidungnya, dan darah mengalir dari telinga dan memar di sekitar matanya. Sejumlah dokter bilang, dari foto dan video itu, kemungkinan besar Mahsa Amani ngalamin gegar otak akibat cedera di kepala. Keluarga jelas nggak terima dong soal masalah ini, apalagi ayahnya bilang kalo putrinya itu nggak punya riwayat penyakit jantung. Ayahnya juga minta pertanggung jawaban dari polisi atas kematian putrinya.
Advertisement

Tell me more. 
Then, after the death of Mahsa Amini, sejumlah aktivis dan advokat menduga polisi moral memukuli Mahsa Amini dan hal itulah yang jadi penyebab kematiannya. Tapi, polisi ngebantah tuduhan itu. Akhirnya, ramailah di masyarakat soal kejadian ini. Semua orang, literally dari orang biasa, pejabat, ulama, selebriti sampe atlet ikut kasih respons soal kejadian ini dan mengecam kematian Mahsa Amini.
 
And the protests began.. 
Nah, dari situ dimulailah segala kekacauan di kota-kota di Iran. Aksi demonstrasi dimulai pada 17 September 2022 dan akhirnya menyebar ke lebih dari 80 kota di Iran. Dari informasi terakhir, sedikitnya 50 orang telah tewas akibat bentrokan antara masyarakat dan pasukan keamanan. Protes ini udah masuk ke hari kedelapan setelah Amini dilaporkan meninggal dunia. Menurut informasi dari Iran Human Rights (IHR), pihaknya menyorot soal kematian di wilayah Kurdistan, yang ternyata kampung halamannya Amini.

Anything else? 
Apart from the demonstration itself, pemerintah Iran udah ngeblokir Whatsapp dan Instagram semenjak aksi demo semakin meluas. Kayaknya sih, ini tuh upaya pemerintah buat mengekang aksi protes yang makin meluas, sekaligus membungkam para demonstran. (Bye Bye Democracy….). Menurut peneliti pengawasan siber di University of Twente, Belanda, Azadeh Akbari, dia bilang kalo social media emang punya impact gede banget buat memobilisasi pengunjuk rasa. Mereka biasanya bikin strategi sampe koordinasi pertemuan lewat aplikasi semacam itu.


Anything from the government? 
Reacting to the demonstrationPresiden Iran Ebrahim Raisi bilang kalo demonstrasi harus ditindak dengan tegas. But things are getting worse ketika protes dari pihak yang pro-pemerntah mulai koar-koar kalo pelanggar Al-Quran juga harus dieksekusi. Akhirnya, keadaan jadi makin chaos dan berantakan.
 
Ada yang dipaksa pake jilbab, ada yang dipaksa buka jilbab, but at the end of the day, it’s about women’s basic right to choose whatever they want to wear, right?
Advertisement