Peran Penting Perempuan di Indonesia Timur

198

When the spirit of Beyonce lives in the East of Indonesia….

Who run the world?? Girls!

Yoi gengs. Nggak cuma di perkotaan, perempuan tuh punya peran yang penting banget lo buat kehidupan masyarakat adat di Indonesia Timur. Apalagi when it comes to penyelesaian perselisihan.

 
Tell. Me. Everything. 
Yep. In the midst of budaya patriarki yang emang udah mengakar di Tanah Ibu Pertiwi di jaman sekarang apalagi di daerah perkotaan, kita tuh udah nggak asing lagi yah sama peran perempuan di berbagai sektor, dan in charge di berbagai kepentingan. Nah, tapi percaya nggak sih kalau ada satu daerah yang jauhhhhhh banget dari bisingnya perkotaan, dan masyarakatnya yang jauhhh banget tertinggal sama peradaban manusia, juga mengandalkan perempuan, guys?
 
Cewek tuh bisa diandelin tauuu….
We know rite. Everybody, meet: Suku Moni dan Suku Mee. Masyarakat suku ini tinggalnya di Kabupaten Paniai, Papua yang sekarang hidup saling berdampingan. The thing is, sebelum mereka bisa hidup berdampingan rukun damai tertib tentram kayak sekarang, they’ve been through a lot, guys. Mereka tuh dulu jotos-jotosan, gontok-gontokan, ada perang suku, saling mempertahankan wilayah, gitu-gitu lah.
 
Ya ampun terus terus….
Nah karena dampak dari perang yang terjadi, banyak korban yang berjatuhan dong. Kerugiannya juga nggak main-main. Makanya, dari situ, kedua suku sepakat untuk berunding, “Ya udah deh kita ngobrol dulu masalahnya di mana”, gitu. Mereka juga sepakat untuk menyelesaikan konflik secara adat. Jadi ada pembagian batas wilayah, gunung, sungai, dll. Gunung dan sungai yang udah dilewatin sama masyarakat Suku Moni (since mereka emang by nature seneng menjelajah) jadi punyanya Suku Moni sepenuhnya deh.
 
I see. Anything interesting?
Advertisement
Nah, kamu harus tahu nih, guys. Dituturkan dari cerita orang-orang tua di sana, kalau lagi di momen-momen perundingan akibat perselisihan, konflik, dll, kayak yang disebutkan di atas, yang harus menemukan solusi atau jalan keluar tuh yha perempuan. Alias mama-mamanya. Secara ini tuh udah jadi tradisi secara turun temurun, dari zaman dulu, sampai hari ini.
 
Wow terharu….
Nah karena udah ada kata jalan keluar dari perempuan, jadilah kedua suku itu bisa hidup damai tentram dan sejahtera sampai hari ini. Cuman yha gitu, karena kedua suku ini punya banyak turunan marga, dan masing-masing marga punya banyak gaya bahasa, jadi agak njelimet buat ngertiin masing-masing dari mereka tuh ngomong apa. Tapi untungnya karena udah terbiasa hidup berdampingan, orang-orang dari Suku Moni udah advanced sama berbagai bahasa dari Suku Mee. Tapi nggak berlaku sebaliknya sih, orang-orang Suku Mee tetap nggak bisa ngerti bahasanya Suku Moni. Itu juga yang bikin mereka sering ati-ati kalau ngomong. (Read the full story here)
 
Tapi tetep satu yekan…
Yoi. Walaupun beda, tapi kan teteup satu yah. Unity in Diversity, Bhinneka Tunggal Ika. Apapun bahasanya, gimanapun latar belakang sejarahnya, mau dia perempuan atau laki-laki, yha teteup sama aja. Nggak ada yang beda. Hal ini kita sama-sama tahu juga udah rigid tertanam di Pancasila, Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Advertisement