Ustad Abdul Somad Dideportasi Dari Singapura

265

Here’s your A to Z updates on: UAS’s case

Tell me.
OK. Jadi seharian kemarin masyarakat +62 tuh dibikin kontroversi hati banget sama unggahan pendakwah Indonesia Abdul Somad Batubara atau yang kamu kenal sebagai UAS yang bilang bahwa dirinya dideportasi dari Singapura.
 
Hah kok bisa?
Well, dari unggahan di Instagram itu, diketahui bahwa UAS pergi ke Singapura via Batam dan sampai di Pelabuhan Tanah Merah siang Senin kemarin bareng beberapa keluarga dan temannya. Niatnya sih emang liburan doang, guys. Nah, di bagian Imigrasi, keluarga dan temennya tuh bisa masuk, namun kemudian UAS-nya ditolak. Beliau kemudian langsung dipisahin dari rombongan dan dibawa ke ruang interogasi. In his words, UAS bilang, “Saya dimasukkan ke dalam ruangan, lebar semeter, panjang dua meter. Pas macam liang lahat.”
 
Terus terus
Di ruang interogasi, UAS kemudian ditanya-tanya, kayak tujuannya datang ke Singapura apa? Sama siapa aja? Berapa lama, dll. Tak lama kemudian, keluarga dan temennya UAS yang awalnya udah dibolehin lewat dijemput lagi sama petugas sana dan dibawa juga ke ruang interogasi yang berbeda. Sejamlah kira-kira di ruangan itu, sampai akhirnya UAS dibolehin gabung sama rombongan tapi nggak ada kejelasan juga nasib mereka gimana boleh masuk apa nggak. Akhirnya nunggu lagi kan. Sampai akhirnya jam setengah 5 sore waktu setempat mereka diberangkatkan lagi ke kapal dan balik ke Indonesia.
 
Jadi dia…. dideportasi?
Buat menjawab pertanyaan itu, let’s take a look to pernyataannya KBRI Singapura. Dari keterangan Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo yang udah koordinasi sama Otoritas Imigrasi di sana, UAS tuh dikenakan kebijakan Not to Land alias nggak boleh masuk aja gitu ke wilayah SG. Beda sama deportasi di mana udah masuk duluan terus dipulangkan ke negara asal. Nah di case-nya UAS kan nggak kayak gitu. Namun, UAS belum sempat keluar dari gerbang imigrasi which means belum masuk ke wilayah Singapura tapi udah disuruh pulang duluan.
 
Kenapa nggak boleh masuk ya?
Nah, Otoritas Imigrasi sana menyebut, kedatangan UAS tuh nggak memenuhi kriteria warga asing yang boleh berkunjung ke Singapura, guys. Tapi, Pak Suryo juga nggak menjelaskan lebih detail kriterianya tuh kayak gimana. Karena itu emang wewenangnya pemerintah Singapura.
 
Does Singapore say anything?
Yoi. Rupanya Singapura punya alasan sendiri kenapa mereka menerapkan kebijakan Not to Land ini ke UAS. Dari keterangan yang dikeluarkan pemerintahnya kemarin, Singapura menyebut bahwa mereka nggak bisa izinin masuk karena UAS nih terkenal dengan reputasinya sebagai penceramah yang ekstrimis dan pemecah belah, dan sebagai negara yang multi ras dan kebudayaan, hal ini ngga bisa diterima.
 
Explain ekstrimis dan pemecah belah…
Jadi di keterangan itu dijelaskan juga beberapa contoh preach-nya UAS yang ekstrim. Kayak misalnya beliau pernah khotbah soal bom bunuh diri dalam konteksnya konflik Israel-Palestina tuh sah-sah aja dan dianggap sebagai syahid. Terus, beliau juga diketahui punya track record yang suka merendahkan agama lain, hingga secara terang-terangan menyebut non Muslim sebagai kafir dan menggambarkan salib Kristen tuh tempat tinggal jin kafir.
Advertisement
 
Whoaaa…
Ya makanya kata Singapur, masuk ke negaranya tuh ga otomatis dan bukan merupakan hak, thus mereka bener-bener nge-assess semua pihak yang mau masuk ke SG. Terus pemerintah Singapur juga bilang bahwa mereka menanggapi sangat serius pandangan tiap orang yang mendorong terjadinya kekerasan maupun ekstrimisme dan pemecah belah. With all that being said, Somad and his travel companions were denied entry into Singapore.
 
I believe UAS has a say… 
Yep. Doi bete. UAS menyebut, padahal dia pengen ke Singapura, mau liburan, mau belanja, mau bantu pertumbuhan perekonomian Singapura, “Tapi kok malah gini,” gitu kan. Selain itu, UAS langsung ngajak followers-nya di Instagram buat nggak usah belanja di SG, guys. Instead, UAS bilang mending uang yang ada dipakai buat sumbangan ke pembangunan pesantren aja. Selanjutnya, MUI juga ada angkat bicara. Menurut Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri, Sudamoto Abdul Hakim, Singapura tuh lebay sampai bertindak kayak gitu. “UAS nggak pro ekstrimis kok”, katanya gitu kan. Terus, Sudamoto juga bilang justru Singapura yang pro-Yahudi, pro Israel, dan anti sama seluruh bentuk perlawanan. Dan hal ini bisa merusak hubungan dua negara. Apalagi kita tetangga, katanya.
 
Well, did anyone else say anything?
Yep, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin bilang bahwa penolakan SG atas UAS itu bukan urusan pemerintah, melainkan urusan kedaulatan negara. Jadinya ya Singapur sendiri punya punya kewenangan untuk beri penilaian apakah seseorang itu bisa masuk ke negaranya. Selain itu, komentar juga datang dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI yang emang ngurusin soal agama, Ace Hasan Syadzily. Kata Kang Ace, Singapur perlu membuktikan bahwa UAS emang mengancam keselamatan negara, karena beliau punya pengikut yang besar di tanah air.
 
I see.. Anything else I should know?
Nah dari MUI yang protes sama keputusan Singapura buat menolak kedatangan UAS, Badan Nasional Penanggulangan Teroris aka BNPT ngeliatnya ini bisa jadi pelajaran buat Indonesia, guys. Direktur BNPT, Ahmad Nurwakhid bilangnya Indonesia tuh seharusnya juga bisa mencegah dan melarang sejak dini paham radikalisme yang ngarahnya ke tindakan teror dan kekerasan. Hal ini yang harusnya bisa dicontoh sama Indonesia, katanya. Fyi, beberapa bulan lalu emang udah beredar daftar nama-nama penceramah radikal yang jumlahnya ada 180 orang, salah satunya, yha Ustadz Abdul Somad alias UAS ini.
Advertisement