Hutan Sagu Papua Terancam Jadi Lahan Sawit

398

Now let’s talk about…. Hutan Sagu di Tanah Papua.

Iya, guys. Sedih banget deh. Hutan sagu yang memenuhi kebutuhan masyarakat tanah Papua tiba-tiba dengan satu jentikan jari, “snap!” terancam jadi lahan sawit. Padahal kayak yang kita tahu, sagu adalah salah satu pangan pokok yang kerap kali dijumpai dan paling sering dikonsumsi sama masyarakat di Tanah Papua 🙁
 
Tell me everything.
Iya, as we all know Indonesia tuh kan hutannya luas banget yah, bahkan kita punya hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, dengan 94,1 juta hektar atau 50,1 persen dari total daratan. Nah dari angka itu, 40 persennya ada di Papua dan Papua Barat, guys. Kekayaan ini engga hanya bisa diliat dari jumlah lahannya, tapi juga keanekaragaman hayatinya. Yep, jadi di tanah Papua, ada 20.000 spesies tanaman, 502 jenis burung, 125 mamalia, dan 223 reptil yang hidup. Huhuuu beragam banget yahhh..
 
Whoaaa a truly hidden gem!
Indeed. Adapun jenis tumbuhan yang paling banyak berkembang di Papua adalah sagu, guys. Saking banyaknya, sebagian besar masyarakat di sana menggantungkan hidupnya di hutan sagu. Iya, sagu itu ibarat gods of the plant yang dari ujung daun sampe batangnya bisa dimanfaatkan. Atap dan dinding rumah? Dari pelepah pohon sagu, sumber makanan pokok? Dari tepung sagu, Penyubur tanah? Bisa dari ampas sagu. Pokoknya kalo disebutin nggak ada abisnya deh manfaat si sagu ini. Makanya, sagu disayang-sayang banget sama masyarakat Papua karena jadi sumber kehidupan yang penting di sana.
 
I see…

Sampe sini kebayang kan, sagu si tanaman ibu ini bisa mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan dalam ekosistem kehidupan masyarakat Papua. Nah tapi guys, keberadaan sagu ini lagi terancam khususnya karena makin kuatnya berbagai kegiatan deforestasi atau penggundulan lahan. Selain deforestasi, makin ke sini hutan sagu yang ada di Papua juga makin banyak yang dialihfungsikan menjadi kebun sawit. Sehingga keberadaan tanaman sagu makin terancam.

Advertisement
 
Sayang banget sih..
Yep, hiks. Padahal seperti yang kita tahu nih, perkebunan sawit itu udah ada banyak banget di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Namun dengan makin masifnya pembukaan lahan untuk sawit di Papua, maka bisa dibilang sisa kekayaan kita di ujung timur seperti si pohon sagu ini juga makin terancam. Misalnya aja di Pulau Salawati, Kabupaten Sorong yang hampir 28.526 hektar lahannya udah jadi calon kebun sawit. Dari luas itu, sekitar 1.700 hektare merupakan hutan sagu milik empat marga yang mendiami daerah itu, yakni Marga Mili, Marga Fes, Marga Malakabu dan Marga Libra.
 
Terus gimana dong????
Fortunately, pemerintah nggak merasa santui-santui aja  dengan keadaan ini. Bupati Sorong Johny Kamaru gercep nyabut izin lokasi dan izin usaha perkebunan perusahaan itu pada April 2021. Dan dengan kekuatan masyarakat adat dan dibantu sama beberapa LSM. Terus, Pak Bupati memutuskan untuk mengembalikan pengelolaan sumber daya alam kepada masyarakat adat setempat.
 
Cool. Anything else I should know?
Fyi peran Lembaga Swadaya Masyarakat aka LSM tuh penting banget khususnya untuk melakukan pendampingan terhadap masyarakat adat. Pendampingan yang dilakukan juga macem-macem guys, mulai dari edukasi, pemetaan wilayah, pemahaman mengenai berbagai aturan hukum, dll. Nah dengan begini, masyarakat adat jadi tau hak-hak mereka di tanah tersebut emang dilindungi undang-undang, kok. Dan sagu juga bisa tetap tumbuh damai sentosa dan menghidupi masyarakat di Tanah Papua.
Advertisement