Kota Shanghai Masih Lockdown Sejak 31 Maret

237

When things are getting worse….

In Shanghai.
Iya guys, cape deh. Sejak 31 Maret ampai sekarang, pemerintah Kota Shanghai masih memberlakukan lockdown ketat buat warganya. Dan karena nggak bisa kemana-mana, orang-orang di sana jadi pada stres dan kelaparan.
 
OMG Background pls.
Sure. Jadi gini guys, dalam menghadapi pandemi Covid-19, kan tiap-tiap negara tuh punya approach yang macem-macem ya. Ada yang ga pernah lockdown, ada yang lockdown setengah-setengah, ada yang liat sikon dan perkembangan nih, kayak di kita. Nah kalo China, mereka punya kebijakan namanya Zero Covid Strategy.
 
Apa tu?
Jadi ini adalah kebijakan super ketat di mana penemuan dikiiit aja dari kasus Covid-19 maka bisa berakhir dengan lockdown. Hal ini karena emang pemerintah pengen bener-bener berhasil mengontrol virus Covid-19, sampe penderitanya bener-bener nol, dan ngga ada lagi penyebaran virus. Nah, kebijakan super ketat kayak gini tentunya berujung dengan pergerakan masyarakat bener-bener dibatasi. Sekolah ditutup, semua bisnis non esensial juga ditutup, kalau ada satu yang terpapar Covid, langsung satu neighborhood dikarantina.
 
Wowww ketat yha…
Yoi, dan hal ini ngga terkecuali berlaku di Shanghai, kota metropolitan dengan ekonomi terbesar di China. Setelah kasus harian Covid-19 di sana bertambah sampai 20ribu, pemerintah China akhirnya memutuskan untuk me-lockdown kota tersebut. Tapi yha lockdown-nya bertahap gitu, di mana daerah di sebelah barat dulu yang di-lockdown, baru lanjut ke sebelah timur. Nah, meski udah super ketat gini guys, penambahan kasus baru masih tinggi. Per Sabtu kemarin aja, kasus baru di Shanghai masih ada di angka 23ribu.
 
Aish…
Hal ini kemudian bikin warga Shanghai bete dan bosen banget, secara meski banyak yang positif, mayoritas dari kasusnya itu ngga bergejala. Terus juga Zero Covid Strategy tadi bener-bener membatasi pergerakan warga yang ga boleh keluar rumah, termasuk untuk belanja bahan makanan. Karenanya, warga cuma tergantung sama bahan makanan yang disalurkan pemerintah dari satu rumah ke rumah, dan hal ini tentunya bikin frustrasi bagi sekitar 26juta warga Shanghai yang kena lockdown. Kebijakan ini juga mulai menuai protes dari warga, karena udah dua tahun pandemi, restriksi yang supert ketat gini bikin warga bosen dan marah, apalagi ekonomi mereka juga terpengaruh banget.
 
Terus gimana dong?
Nah sebagai aksi protes
Advertisement
, mereka yang di-lockdown itu akhirnya teriak dari jendela di balkon apartemennya masing-masing, “Tolongggg kita kelaparan. Hey pemerintah, ngapain kek bantuin kita.” Gitu kira-kira. Ga cuma di balkon, tapi di sosial media juga para warga Shanghai menumpahkan kekeselan mereka dan bilang bahwa lockdown ini inhumane banget. Secara mereka ga boleh keluar samsek, walaupun cuma buat beli makanan. Padahal setelah berjalan semingguan ini, stok makanan yang mereka miliki dari pemerintah juga udah makin menipis.
 
OMG…
Nah selain mengeluhkan masalah kelaparan, warga sana yang teriak dari jendela itu juga mengeluhkan kapan lockdown-nya kelar. Karena mereka literally nggak bisa kemana-mana dan ngapa-ngapain, guys. Kalau mau keluar rumah, harus ada izinnya gitu kan. Kalau ada yang melanggar, bakalan dapat tindakan tegas dari otoritas keamanan di sana dan bisa diproses secara hukum. Terus kalau ada yang malsuin izin keluar rumahnya juga bisa ditindak. Makanya dari situ pemerintah langsung putar otak gimana caranya publik tetap terpuaskan, ekonomi jalan, tapi kesehatan juga terkendali.
 
Yaitu dengan cara…
Relaksasi lockdown. Wakil Walikota Shanghai, Zong Ming bilangnya district-district yang udah nggak ad kasus Covidnya dalam 14 hari terakhir udah bisa bebas dari lockdown. Gitu juga sama orang yang nggak pernah terpapar Covid 14 hari terakhir, mulai Selasa kemarin mereka juga udah boleh pergi-pergian, guys. Apotek sama pasar juga bakal dibuka asap.
 
Got it. Anything else I should know?
Fyi Shanghai tuh kan pusat bisnisnya China yah. Nah dengan adanya lockdown ini, ekonomi China secara keseluruhan juga jadi kena dampaknya nih. Dari berbagai industri kayak ritel, hotel, dan restoran yang tengkurep dan langsung ngaruh ke PDB mereka sebesar 3,7%. Pabrik-pabrik juga nggak beroperasi. Hal itulah yang bikin ekonomi China secara jangka pendek juga jadi kewalahan.
Advertisement