Cara Menghindari Parahnya Kerusakan Bumi Karena Pemanasan Global

265

When we have a solution for climate change…

Yesss good news ni guys! 
Bahwa baru aja United Nations aka UN aka PBB meriis report-nya yang menyebutkan bahwa ada banget loh, cara kita menghindari makin parahnya kerusakan bumi gara-gara global warming, dan ini tuh bisa banget dilakukan. Tapi, cuma ada satu penghalang dari solusi tadi, yaitu: political will.
 
Waduh, tell me more. 
Oke. Jadi gini guys. Sekarang banget nih, kerusakan bumi tuh udah parah banget, sampe as soon as 2030, kalo kita ngga berubah, maka kerusakan bumi bakal irreversible aka gabisa diperbaiki lagi. Nah tapi, lewat jurnal penelitian yang dirilis oleh UN Intergovernmental Panel on Climate Change, para ilmuwan dan peneliti di situ ketemu tuh gimana caranya biar kita jangan sampe nyampe ke poin “irreversible” tadi
 
Gimana tuh caranya?
Yaitu dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Ini dia yang sekarang kita sebut renewable energy sources aka Sumber Energi Terbarukan. Malah makin hari, angin dan matahari tuh secara ekonomis nilainya juga jauh semakin rendah, dan perkembangan teknologi juga bikin pengadaan dua jenis pembangkit listrik ini lebih mudah. Dalam report itu juga dibahas actions lain yang bisa kita lakukan supaya global warming ngga makin parah, misalnya ya sebaliknya dari renewable resources tadi, kini saatnya kita mengudahi penggunaan bahan bakar fosil.
 
Fosil?
Iya, kayak batu bara, atau bensin yang kamu pake sehari-hari tuh bahan bakar fosil yang proses pengolahannya merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan pemanasan global. Di report itu juga secara detail disebutkan bahwa kita kudu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi produksi emisi sebesar 10% by 2030. Biar suhu bumi juga bisa turun 1,5 derajat Celsius, bahkan kalau bisa 2 derajat sekalian. Adapun alternatifnya ya angin dan matahari tadi.
 
Sounds good tho…
Yes, sounds good emang. Tapiii dari awal Sekjen PBB Pak Antonio Guterres udah bilang bahwa hasil report itu cuma janji manis aja, karena faktanya banyak negara-negara maju yang nggak mau bagi-bagi pendanaannya ke negara berkembang untuk pengembangan energi alternatif tadi. Yep, energi alternatif could be costly, dan karenanya dibutuhkan peran serta negara maju untuk mengembangkan teknologinya di negara berkembang, tapi hal itu ga dilakukan guys.
Advertisement
 Jadi ya kalo gini terus sih, kita lagi fast-track menuju kehancuran. Gitu kata Pak Antonio.
 
Tapi emang harus dibantuin banget?
Ya iya, soalnya mereka juga udah komit gitu guys. Jadi awalnya adalah Paris Climate Agreement di tahun 2015 di mana seluruh negara udah ttd setuju buat saling bantu karena ini kan urusan bersama gitu buat menghentikan climate crisis. Tapi sama kayak yang Pak Antonio bilang tadi, janji yha janji manis doang, agreement yha agreement doang. Udah bertahun-tahun, dana US$300 miliar per tahun yang dijanjikan sama negara-negara maju kayak China salah satunya tuh jadi stuck dan nggak ada kelanjutannya lagi. Dan cuma 0,1% dari total dana aja yang udah dikeluarkan buat negara-negara di belahan selatan.
 
I see. Anyone saying anything?
Ada. Salah seorang ilmuwan yang juga terlibat di report ini bilangnya kurang lebih gini: “Duit yang ada tuh, jangan cuma fokus mengurangi emisi aja, bapak/ibu sekalian. Jangan lupa kalau makin hari kondisi kita juga makin berubah nih, karena kita kan jadi harus beralih, jadi mending duitnya juga disisihkan buat proses adaptasi, biar orang-orang jadi nggak culture shock sama perubahan yang nanti bakal terjadi.”
 
Bener juga, anything else?
Di Indonesia sendiri, pemerintah lagi berupaya untuk mengalihkan ketergantungan energi kita supaya bisa mulai beralih ke energi terbarukan, di mana PLN menargetkan kapasitas pembangkit untuk energi baru terbarukan (EBT) sebesar 29 gigawatt (GW) pada 2030. PLN juga menyebut bahwa mereka siap memasok listrik hijau bagi produsen kendaraan listrik, supaya penggunaannya makin massif.
Advertisement