Indonesia Tidak Puas Dengan Kinerja Jokowi, Krisis Makanan Akibat Invasi Rusia ke Ukraina, Bank Dunia Menunda Pencairan Dana Bantuan Afghanistan, Seekor Badak Sumatra Lahir di Taman Nasional Way Kambas, Lampung

309

Good morning
 
Thursday is here, so hang in there, hustlers. The weekend will come sooner than you think. Now, it’s always a good idea to start the day with the news, and we will update you from Afghanistan to Sumatran Rhino. Just scroll down…

Who’s just got the “not satisfactory” mark on the report card?

Presiden Joko Widodo.
Yoi guys, jadi ada survei yang menunjukkan hasil bahwa kita-kita nih, orang Indonesia, ternyata nggak puas sama kinerja Pak Jokowi di tiga bulan pertama tahun 2022 ini.
 
Count me in. Or not. EHEHEHE.
Well, no matter how you feel, kamu harus tahu ni bahwa dalam rangka untuk ngeliat persepsi publik atas hasil kerjaan Pak Jokowi dalam tiga bulan pertama di tahun 2022 ini, sebuah lembaga riset namanya Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kemudian melakukan riset tentang tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pak Jokowi. Risetnya meliputi berbagai topik, mulai dari penanganan pandemi, kondisi ekonomi, politik, keamanan, sampai penegakan hukum. Nah ternyata, hasil surveinya menunjukkan hasil yang…. negatif, guys.
 
Negatif gimana?
Karena dalam tiga bulan ini, diketahui banyak yang nggak puas terhadap kinerja Jokowi. Survei ini sendiri dilakukan selama seminggu, dari 13 sampai 20 Maret 2022 dengan responden berjumlah 1.027 orang yang dipilih secara acak. Nah dari jumlah responden segitu, ternyata sebanyak 32,2 persen merasa kurang atau sangat nggak puas sama kinerja Pak Jokowi, dan sebanyak 64,6 persen merasa puas dan sangat puas.
 
I still don’t get it. Itu bagus kok??
Nah masalahnya adalah kalau dibandingin sama akhir tahun lalu di Desember 2021, tingkat kepuasannya tuh mencapai 71,7 persen guys, meaning jumlahnya udah menurun dari yang sekarang di angka 60an persen itu. Kalo diliat-liat, angka kepuasan segini tuh udah hampir sama dengan tingkat kepuasan publik ketika penetapan hasil Pilpres pas Juni 2019 lalu yang mencapai 62,2 persen.
 
Tapi kok bisa kepuasannya menurun? 
Ada macem-macem penyebab gengs. Menurut Deni Irvani selaku Direktur SMRC, penurunan kepuasan publik terhadap Pak Jokowi ini disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, kinerja pemerintahan beliau yang bikin harga kebutuhan pokok makin ke sini jadi makin sulit dijangkau. Belum lagi masalah minyak goreng yang sampai sekarang belum bisa diurai sama pemerintah kita.
 
Lanjut….
Lanjut, kepuasan orang-orang sama pemerintah kita in terms of penanganan pandemi Covid-19 juga menurun. Waktu Desember 2021, tingkat kepuasannya ada di angka 74,9%, nah sekarang, angka yang puas jadi ada di 62,2%. Selain itu, ada juga kondisi politik. Kali ini, makin banyak yang nggak puas sama kondisi politik di negeri kita, di mana jumlah yang merasa nggak puas ada di angka 23,5 %. Angkanya naik drastis dari yang sebelumnya di 14,5%.
 
Kalau masalah hukum gimana?
Nah masalah penegakan hukum juga sama. Dari yang sebelumnya ada 15,1 % masyarakat yang merasa nggak puas sama urusan hukum yang dikelola sama pemerintah, sekarang meningkat angkanya jadi 24,9 %. Disampaikan sama Pak Deni, masalah penegakan hukum ini lumayan spesial, karena udah tiga tahun terakhir ini, publik merasa nggak puas sama penegakan hukum yang ada di Indonesia. In that sense, angka yang menunjukkan publik nggak puas meningkat terus setiap tahunnya.
 
Got it. Did anyone say anything?
Ada. Analis Politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto bilangnya kinerja pemerintahan yang memburuk akhir-akhir ini tuh bisa jadi pertimbangan Pak Jokowi buat reshuffle kabinetnya, kalo memungkinkan paling lambat di Juni 2022. Kenapa harus di Juni, karena kalau udah akhir tahun atau bahkan di tahun depan, maka momentumnya bakal udah kedeketan sama tahun politik 2024, jadi dikhawatirkan, kinerja pemerintahan bakal makin kacau.
 
….
Terkait hasil survei ini, Forum Nasional Indonesia untuk Transparansi aka FITRA juga menyampaikan kalau Pak Jokowi harus melakukan evaluasi besar-besaran bagi para menteri di kabinetnya. Apalagi yang berhubungan sama sektor pangan, mulai dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian UMKM, dll. Pokoknya semuanya harus dievaluasi, biar masalah yang ada sekarang di sektor pangan bisa cepet beres.
 
I see. Anything else I should know?
Nah, berkenaan dengan kinerja pemerintahan Pak Jokowi yang mengalami penurunan in terms of kepuasan publik, maka hal ini jadi salah satu alasan pembenaran untuk mendorong wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden.

Now everybody, let’s catch up! on: Global food crisis.

Sounds scary. What is it?
Well, sesuai namanya, food crisis adalah kondisi kekurangan makanan karena satu dan lain hal. Nah saat ini, dunia disebut lagi mengalami  food crisis akibat invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukraina. Akibatnya, jumlah penduduk dunia yang kelaparan makin meningkat.
 
Kok bisa?
Well, tentunya kamu tahu, bahwa udah sekitar sebulanan ini Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina. Tindakan itu akhirnya bikin negara Barat dan sekutunya jadi kzl sama Rusia, dan mereka memutuskan untuk melakukan berbagai macam boikot terhadap negara Beruang Merah tersebut. Iya, mulai dari sanksi diplomatis sampai sanksi ekonomi.
 
Terus hubungannya sama food crisis?
Karena Ukraina sama Rusia tuh sama-sama negara lumbung makanan di Eropa. Dalam keterangannya kemarin, Direktur World Food Program aka WFP David Beasley menyebut bahwa kedua negara tadi merupakan produsen sereal utama di Eropa dan dunia, di mana 30% gandum, 20% jagung, dan 75% sunflower oil yang ada di dunia tuh diekspor dari Ukraina dan Rusia, guys. Nah, berhubung ada konflik nih, jadinya proses pertaniannya pun terganggu dan jadinya mereka ngga bisa melakukan ekspor. Hal ini karena di satu sisi, Ukraina lagi sibuk mempertahankan diri, jadi boro-bogo ngurusin dagangan, dan di sisi lain, Rusia juga tengah menghadapi sanksi dan boikot dari negara lain. Jadi mereka juga gabisa ngekspor makanan. Gara-gara hal inilah, perdagangan dunia jadi kacau dan terjadilah food crisis.
 
I see…
Hal ini juga diamini sama Dewan Kemanan PBB yang nyalahin Rusia atas food crisis yang terjadi. Soalnya, gara-gara food crisis orang-orang jadi banyak yang kelaparan. And yes, yang pertama kali kena imbasnya yha orang di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hiks :(. makanya nggak heran kalau harga-harga sekarang pada skyrocketing terutama untuk bahan makanan yang diimpor dari luar negeri. Di Timur Tengah, warga juga udah mulai mengalami kekurangan supply pangan gara-gara mereka bergantung banget sama ekspornya Rusia sama Ukraina.
 
Gimme the clear data…
You got it. Jadi, harga pangan dunia sekarang tuh udah melonjak tinggiguys. Lebih tinggi dari yang pernah terjadi di tahun 2011. Indeks harga pangan dari Food and Agriculture Organization aka FAO, yang ngurusin bahan pangan dan pertanian tuh mencatat di Februari ini, sejak invasi menyerang, indeks harga pangannya udah sampai di angka 140,7 poin. Naik nyaris 4 % dari indeksnya di Januari, dan naik 20% kalau dibandingin sama Februari tahun lalu.
 
Terus gimana dong?
Yha jalan satu-satunya adalah konflik Ukraina-Rusia ini harus stop right here and right now. Dan yang bisa menghentikan conflict, invasion and all the stuff yha technically cuma Vladimir Putin, Presiden Rusia. Kalau kata Mantan Menlu-nya AS, Wendy Sherman, kan Putin yang mulai nih konfliknya, dia juga yang harus beresin semuanya. Finish what you started lah istilahnya. Karena ini udah tanggung jawabnya dia, dan karena ulahnya ini, satu dunia kena getahnya kata Pak Wendy.
 
Kalau Rusia sendiri ada tanggapan nggak?
Ada dong. Perwakilan Rusia di PBB, Vassily Nebenzia ngebantah kalau negara dia yang udah menyebabkan food crisis. Malah katanya biang keroknya tuh ada di negara-negara yang jatuhin sanksi ke Rusia. Lebih Jauh, Pak Vassil bilangnya sanski-sanksi dari negara Barat ke Rusia tuh dijatuhin tanpa pertimbangan jangka panjang yang sekarang diliat sebagai food crisis. Toh di Rusia sendiri kondisi pangan masih aman terkendali, katanya.
 
Got it. Anything else?
Nah kalau keadaannya kayak gini terus, dikhawatirkan krisis pangan yang udah terjadi di Afghanistan, Yaman, dan negara Afrika lainnya bakal makin parah. Maka dari itu, AS barengan sama negara-negara EU bikin rencana untuk mengatasi masalah ini dengan bikin multilateral commitment supaya ekspor bahan pertanian dari Ukraina bisa tetap jalan lagi kayak sebelumnya.

Who’s not gonna get their money?

Taliban.
 
Yoi, kelompok konservatif Taliban yang kini tengah berkuasa di Afghanistan lagi-lagi harus gigit jari gara-gara nggak dapat duit dari bantuan internasional. Hal ini karena kemarin, Bank Dunia memutuskan untuk menunda dulu pencairan duit bantuan kemanusiaan buat Afghanistan senilai US$600juta.
 
Kok bisa sehhh?
Gara-gara php-in para murid cewek guys. Iya ni, kamu pasti masih inget kan soal Taliban yang awalnya udah bilang bahwa mereka bakal ngebuka lagi sekolah buat anak-anak cewek kelas 6 and higher. Namun, literally beberapa jam sebelum waktu yang dijanjikan terjadi, Taliban ujug-ujug meng-cancel pembukaan itu. Padahal anak-anak cewek ini udah berbulan-bulan ngga sekolah. Adapun alasan peng-cancel-an Taliban adalah karena mereka masih memproses aturan sekolah buat cewek yang sesuai dengan syariat Islam. Namun buat lembaga internasional, hal ini red flag banget karena isu perempuan, kesetaraan gender, sampai hak menempuh pendidikan buat semua anak adalah isu penting banget yang harus dipenuhi haknya klo u mau dapet duit.
 
Terus terus?
Nah yaudah, karena ulahnya Taliban ini, akhirnya World Bank aka Bank Dunia, melalui Afghanistan Reconstruction Trust Fund aka ARTF harus ngambil tindakan dengan nge-freeze bantuan dana buat empat project di Afghanistan senilai US$600juta. Padahal rencananya, uang segitu bakal dipakai buat project di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, dan kehidupan masyarakat sehari-hari buat masyarakat sana.
 
Got it. 
Yep, padahal awal bulan kemarin, World Bank udah nge-acc bantuan senilai US$1 Miliar buat project-nya ARTF. Tapi karena ada php tadi, World Bank langsung ngeluarin guidance yang intinya kalau mau ni duit cair, Taliban harus ngedukung kesetaraan gender dan akses ke hak dan pelayanan buat anak-anak perempuan di sana. Termasuk dengan ngebolehin mereka belajar di sekolah no matter what. Dananya sendiri bakalan di-unfreeze kalau tujuan World Bank dan organisasi internasional lain sama kebutuhan masyarakat Afghanistan bisa match.
 
Got it. Anything else I should know?
For context, ARTF itu adalah organisasi lama yang dibekukan sama Taliban setelah mereka akhirnya take over pemerintahan Afghanistan pada Agustus lalu. Padahal, Afghanistan itu ketergantungan banget dengan dana bantuan internasional, di mana 70% pengeluaran mereka berasal dari foreign aid. Nah karena di-freeze ini, ekonomi Afghanistan udah hampir collapse dan jumlah orang miskin makin banyak. However, setelah tau pengumuman WB tadi, pemerintahan Taliban udah menyatakan bahwa anak perempuan udah bisa sekolah bulan ini.

For when you need to start the day with some heartwarming news…

Meet: baby Sumatran rhino.
 
Iya ni guys, seneng banget deh, karena baru aja minggu lalu, seekor badak sumatra baru aja lahir di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Hal ini tentunya jadi berita yang menggembirakan banget, secara badak sumatra adalah salah satu hewan yang critically endangered, aka udah bener-bener hampir punah. Lahirnya seekor baby rhino berjenis kelamin perempuan ini memunculkan kembali harapan akan pertambahan populasi badak sumatra di Indonesia. Nah guys, proses kelahiran sang bayi ini juga bisa dibilang ngga mudah, secara mamanya yang bernama Rosa udah mengalami delapan kali keguguran. Terus, program breeding ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia, bekerja sama dengan International Rhino Foundation (IRF) dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah populasi Sumatran rhino yang saat ini cuma tersisa kurang dari 80 ekor aja di alam liar.
 
FYI guys, badak sumatra ini adalah spesies badak yang paling kecil, dan dulunya mudah ditemukan di berbagai wilayah di Asia Tenggara. However, thanks to manusia yang banyak memburu mereka, kini Sumatran rhino hanya bisa ditemukan di beberapa lokasi di Sumatra aja. Meanwhile pada tahun 2019, Sumatran rhino terakhir yang ada di Malaysia meninggal, dan bikin status hewan tersebut officially punah di sana. Nah makanya, kita harus sayang-sayang ni guys sama anaknya Mama Rosa, karena emang tinggal di Sumatra aja kita bisa menemukan spesies Sumatran rhino yang masih tersisa.

“Jangan deh bikin rapat-rapat, ke lapangan deh coba.”

Gitu guys kata Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pas meminta supaya jajaran para menteri di kabinet Pak Jokowi supaya turun ke lapangan untuk ngeliat langsung kondisi setiap daerah dalam mengantisipasi bencana alam. Bu Mega juga bilang, antisipasi bencana alam ini enggak boleh hanya menunggu status bencana, tapi harus dipantau setiap saat.
 
When you’ve had way too many meetings…

Announcement


Thanks to Seseorang, Joen, Putra, Reza, Shaisha, Mom of 3, Siwo for buying us coffee today!

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! recommendations

If you want to have a better sleep, try eating these foods.
Advertisement