Konflik Rusia & Ukraina

518

Now, let’s catch you up! on Ukraine-Russia crisis…

Yep, it feels like today we will talk about: Tetangga, and tetangga only.
 
Starting from Russia, yang dalam beberapa hari terakhir ini lagi panasss sama mantannya yang juga tetangganya, Ukraina.
 
Tell me everything.
OK. Jadi semua ini berawal dari tahun 1990 guys, ketika Uni Sovyet pecah. Yep, waktu itu Uni Sovyet pecah jadi 15 negara, di mana mereka berubah nama jadi Rusia, terus negara lainnya juga jadi negara yang beda-beda, salah satunya Ukraina ini yang berbatasan langsung sama Rusia.
 
OK…
Nah, yang perlu kamu tahu, Ukraina ini punya cadangan nuklir yang besar banget, di mana pas tahun 90’an, mereka merupakan pemilik cadangan nuklir terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia. Hal ini diliat Rusia beresiko banget dong buat keamanan di kawasan, secara mereka deketan banget. Makanya, Rusia yang berbatasan langsung sama Ukraina pengen negara itu ga punya nuklir lagi. Fast forward setelah nego-nego dan lobi-lobi bertahun-tahun, akhirnya Ukraina mau menyerahkan semua senjata yang pernah mereka miliki itu ke Rusia, untuk dimusnahkan.
 
Terus…
Nah, dalam proses lobi-lobi itu, meet: Amerika Serikat. Si Paman Sam yang ada ajatu ke mana aja mata memandang. Nah jadi AS ini juga turut berkontribusi dalam memusnahkan senjata dari Ukraina, dan keikutsertaannya juga disambut baik-baik ajatu sama Rusia dan Ukraina. Buat Rusia, ya jadinya bagus ni, karena tujuannya sama yaitu untuk menghilangkan nuklir dari Ukraina. Buat Amerika? Haduu udah puyeng lah kebanyakan negara punya nuklir, udah Ukraina gausah punya. Sedangkan buat Ukraina ya bagus juga, secara AS kan negara gede, jadi mereka punya partner yang lebih legit kalo ada apa-apa ke depannya. So Ukraina was like: OK dealll gue serahkan nii semua senjata gue balik ke Rusia…
 
Udah, gitu doang?
Yha engga dong. Dalam penyerahannya itu, Ukraina juga punya condition. Bunyinya kira-kira: Gue serahkan ni senjata semuanya, asal kalo ada apa-apa, negara-negara yang tandatangan ini nggak akan menyerang gue, dan akan menghormati batas-batas dan kedaulatan negara. Terus kalo ada agresi militer apapun, maka negara-negara yang ttd bakal segera meminta bantuan UN Security Council untuk menolong Ukraina. Deal yhaa? deal… di-ttd deh tu perjanjiannya sama ketiga negara tadi di tahun 1994.
 
Bagus dong berarti?
Well, pernah ga guys kamu minjemin duit ke temenmu, dibilang mau diganti minggu depan, dan ternyata ngga balik duitnya? Nah sama, Ukraina juga lagi mengalami itu. Jadi as soon as Presiden Vladimir Putin menjabat di tahun 1999, kepotong bentar, terus ruling lagi sampe sekarang, doi nih punya pandangan super nasionalis guys. Dia ngeliat bahwa ya Rusia itu sebenernya kurleb adalah Uni Soviet, dan maunya semua negara-negara yang udah pecah tetap berada di bawah pengaruh Rusia in some sort, termasuk juga Ukraina. Jadi yha doi nih bawaannya pengen bawa balik Ukraina (or at least some part of it) jadi bagiannya Rusia. Gabisa move on juga ni doi orangnya.
 
Terus kenapa yang rame cuma sama Ukraina?
Nah, di sinilah kita kenalan sama: NATOThe North Atlantic Treaty Organization, atau kerja sama militer negara-negara barat kayak US dan Eropa aka negara-negara yang Putin benci banget. Nah jadi Putin ni males banget sama NATO karena dianggapnya mengancam kekuatan Rusia yang dulunya adalah salah satu superpower. Tapi tu sejak Uni Soviet runtuh tadi, NATO memperluas pengaruhnya sampe mepet-mepet Rusia, di mana negara-negara ex-Soviet kayak Lithuania, Latvia dan Estonia udah gabung NATO. Hal ini tentunya bikin kekuatan militer dari negara-negara Barat tadi makin deket dong ke Rusia, so Putin was like, “We gotta stop ’em.”
Advertisement
 
How?
By… yha jangan sampe Ukraina juga jadi anggota NATO. Tapi Ukraina-nya mah mau banget masuk NATO, secara ada satu perjanjian di kelompok itu yang bilang bahwa satu aja serangan ke negara NATO bakal berarti serangan ke seluruh negara. Jadi kebayang kan guys, abis trauma diserang Rusia di tahun 2014, mereka tentunya pengen gabung aja sama NATO biar lebih aman tentram hidupnya. At the same time, sikap pubilk Ukraina juga makin ke sini makin pro-Barat dan anti-Rusia.
 
Kalo dari NATO-nya sendiri?
Yhaa engga sih sejauh ini. Secara kan supaya jadi bagian NATO, negara juga harus demokrasinya bagus, menghargai HAM, gitu-gitu. Sedangkan yha Ukraina masih jauh lah. HOWEVER, Ukraina jadi negara yang menerima bantuan militer dari Amerika Serikat terbesar keempat. terus Putin juga menuding bahwa NATO banyak ngasih senjata dan pelatihan militer ke Ukraina, Jadi meskipun Presiden Biden udah bilang bahwa Ukraina ngga akan join NATO dalam waktu deket-deket ini, tapi Putin tetep memobilisasi tentaranya.
 
Ooooh itulah kenapa sekarang Ukraina lagi siap-siap perang ya?
Yes. Sampe minggu ini, diprediksi Putin udah menempatkan 130ribu personelnya di perbatasan Ukraina, dan banyak senjata, sampe personil medis. Kata Rusia, negara-negara Barat ni udah banyak ngasih bantuan militer dan senjata ke Ukraina, makanya gpp dong kalo kita bergerak demi menjaga keamanan di perbatasan. Terus, AS dan negara-negara Europe juga udah mengancam bahwa mereka bakal ngasih sanksi ekonomi kalo sampe Rusia nyerang Ukraina, tapi kalo ngeliat tentara Rusia yang bergerak terus sih, kayaknya Putin ngga bergeming guys. 
 
Now I got it.
Yep, gitu. Anw jadi sebenernya beberapa waktu lalu, Putin udah menyerukan supaya ada diskusi legal soal urusan Ukraina dan NATO ini, di mana salah satu isinya adalah Ukraina ngga akan diterima sebagai anggota NATO. Hal ini of course ditolak AS dan sekutunya, makanya Putin bete dan bersiap-siap menyerang Ukraina. Di awal minggu lalu, Joe Biden bilang bahwa Rusia udah bisa nyerang Ukraine kapan aja nih, dan no matter how much NATO bantuin militer Ukraina, kekuatan militer Rusia ini terlalu besar. Jadi mending warga AS yang ada di Ukraina buruan cabuttttt.
 
OK. So now what?
Well, the world is holding their breath. Kalo jadi, serangan Rusia ke Ukraina ini bakal jadi serangan terbesar di Eropa dalam beberapa dekade terakhir, dan ini bakal bikin Eropa jadi chaos dan riweuh banget. Secara mereka masih menghadapi COVID-19, terus kalo ada perang, most likely bakal ada jutaan pengungsi, padahal sekarang aja Europe lagi mengalami surplus refugees dari negara-negara Middle East. Belum lagi supply gas alam Uni Eropa yang masih tergantung sama Rusia dan Ukraina. Kalo perang bisa-bisa kelar listrik di Yurop guys. Nah, ketidakpastian ini juga bikin bursa saham di mana-mana anjlok dan harga minyak justru melonjak. Rumit yha.
Advertisement