Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Amerika Cuaca Buruk, Argentina Mengalami Kebakaran Hutan, Emisi Karbon Turun Selama COVID-19, Donald Trump Membuat Aplikasi Sosmed Pribadi

372

Good morning

Hello hello! Can you believe we’re already halfway through the week? Yep, weekend is close and gajian is even closer! Now, let’s start the day with our podcast here, so you can catch up with uhm… pretty much everything. Let’s go!


Who’s singing “I can’t live without you…”

Who?
Indonesians, to tahu tempe. Iya guys, jadi dalam beberapa hari terakhir, kamu pasti ngeh bahwa tahu tempe hilang aka gone dari pasaran. Hal ini bikin warga sedih banget, secara makan tahu tempe tuh enak dan udah jadi “main staple” di mayoritas meja makan warga +62.
 
Terus kenapa kok bisa gone?
Karenaaa banyak pengrajin tahu tempe yang mogok produksi guys. Mereka memutuskan untuk “mon maap ga dulu 🙅🏻” karena naiknya harga kedelai. Adapun harga kedelai yang merupakan bahan baku tempe dan tahu itu emang lagi naik sejak awal tahun kemarin. Penyebabnya, nggak lain adalah harga kedelai impor yang juga lagi naik. Well, in case you didn’t know, tempe tahu yang kamu nikmati pagi siang dan malam itu emang mostly asalnya dari kedelai yang diimpor dari Benua Amerika, jadi kalo harga dari sononya naik, pasti nyampe kitanya juga naik.
 
Oh, baru tau w…
Iya kan. Hal ini juga udah dikonfirmasi sama Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi yang bilang bahwa di Amerika Selatan, tepatnya Argentina tuh emang lagi ada Badai La Nina, guys, di mana hal itu juga berdampak ke harga kedelai yang biasanya US$12 per gantang sekarang naik jadi US$18. Selain itu, demand-nya si kedelai ini juga tinggi, khususnya dari China. Jadi kan di China tu banyak yang makan babi ya, terus baru aja nih, pakan babi di sana berubah jadi kedelai, padahal sebelumnya bukan. Ga tanggung-tanggung, ada 5 miliar ekor babi di sana yang makan kedelai guys. Jadi yhaa kalo supply-nya dikit tapi demand-nya banyak kan jadinya kelangkaan, dan kalo barang langka udah hampir pasti harganya melambung. Kayak yang sekarang lagi dialami oleh kedelai ini.
 
I see…
Nah karena harga bahan bakunya naik, akhirnya mau ga mau para pengrajin tempe ini juga menjerit dong, secara modal mereka jadi naik, tapi kalo harga tempenya dinaikin, kita-kita konsumen yang menjerit guys. Jadi yha dilematis banget kan. Gambarannya gini: Biasanya harga kedelai itu sekilonya adalah Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram, dan sekarang harganya naik jadi Rp 12.000. Nah kenaikan ini bikin harga tempe tahu juga naik sekitar Rp 3.000 sampe Rp2.000 dan ini kerasa banget, jadi daripada tetep jualan tapi malah rugi, para pengrajin ini memutuskan untuk “maap ga duluu”.
 
I see…
Nah menurut Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, aksi mogok produksi ini dilakukan serempak sama perajin-perajin di Jabodetabek. Pak Khairun bilangnya aksi ini sengaja dilakuin biar pemerintah juga peka kalau mereka harus take action juga terkait harga kedelai yang naik ini, misalnya dengan subsidi. Supaya para pengrajin ngga kecekek banget. Aksi ini sendiri dilakukan selama tiga hari mulai dari Senin kemarin sampai hari ini.
 
Well, pemerintah ada komentar ga?
Ada dong. Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi bilang kalau dalam waktu dekat ini, minggu-minggu ini tepatnya, pemerintah bakalan menetapkan kebijakan yang bisa jadi solusi dari harga kedelai naik yang jadi biang kerok atas semua ke-chaos-an ini. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan juga udah jadi mediator buat para improtir dan perajin tahu-tempe soal isu ini, dan ke depannya, bakalan ada harga wajar yang ditetapkan sama pihak mereka.
 
Got it. Did anyone say anything?
Ada. Wakil ketua DPR Rachmat Gobel bilangnya Kementerian Perdagangan sama Kementerian Pertanian tuh harusnya bisa lebih gercep dan nggak membiarkan masalah harga tahu tempe yang naik ini berlarut-larut. Karena kalau kayak gini terus, yang ada lapangan pekerjaan dan lapangan usaha masyarakat bisa keganggu, dan kalau udah kayak gitu, yang ada malah bikin masalah yang lebih serius, yaitu kemiskinan. Apalagi kalo lagi pandemi kayak sekarang kan.
 
I see. Anything else I should know?
Well guys, isu kelangkaan tahu tempe ini kembali memunculkan kontroversi soal janji kampanye Pak Jokowi pas Pilpres 2014 lalu yang bilang bahwa Indonesia mau swasembada kedelai dan kalo dalam waktu tiga tahun ngga tercapai, menterinya mau dipecat. Namun kayak lagunya Terry, janji manis ya tinggal janji, karena faktanya dari tahun ke tahun, jumlah impor kedelai kita naik terus. Saat ini, 86,4% dari kedelai yang ada di pasaran adalah impor dan paling banyak datang dari Amerika Serikat.

When things are getting worse in Argentina…

Due to fire.
 
Here we go again….
Iya guys, sedih banget deh. Jadi masih nyambung sama berita di atas, Amerika Selatan tuh sekarang lagi mengalami cuaca buruk, termasuk Argentina. Nah, saking parahnya keadaan di sana, Argentina sampe mengalami kebakaran hutan yang berkepanjangan sejak Desember tahun lalu, dan totalnya sejauh ini ada sampe 1,5juta hektar lahan yang terbakar.
 
How come?
Well, it’s the combination of pretty much everything. Dari mulai kekeringan parah, kelembaban yang juga rendah, hingga gelombang panas yang akhirnya bikin mudah banget buat sekumpulan api menjalar ke berbagai wilayah. Ditambah lagi, hujan udah lama nggak turun hingga menyebabkan apinya susah banget dipadamkan.
 
Oh no…
Yep. Adapun pusat apinya ada di bagian timur laut Argentina, di satu kota namanya Corrientes. Terkait perkembangan di daerahnya yang kian mengkhawatirkan, pemerintah setempat akhirnya memberlakukan emergency status dan bencana agrikultur. Terus, otoritas sana juga memperkirakan bahwa api telah menyebar di setidaknya 6% dari total luas provinsi tersebut, yang terletak di antara Uruguay dan Paraguay.
 
Hiks… terus warganya gimana?
Well, mayoritas warga yang tinggal di kawasan tersebut udah dievakuasi, karena emang tingkat kabut asapnya yang parah banget dan membahayakan kesehatan. Yang menyedihkan lagi guys, dari seluruh area yang terbakar, 10% di antaranya adalah part dari Ibera National Park, yang merupakan rumah bagi 4.000 spesies tumbuhan dan hewan. Bisa dipastikan, habitat mereka punah gara-gara kebakaran ini.
 
Terus respons pemerintah gimana dongs?
Nah, sampai saat ini, otoritas setempat masih berusaha buat mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghentikan kobaran api. Para petugas pemadam kebakaran bersama-sama warga berusaha buat menghalau api supaya ngga makin menyebar, dan banyak juga selebriti di Argentina yang menggalang dana untuk bahu membahu memadamkan kebakaran. Selain itu, ada sedikit glimmer of hope ni guys, karena sejak Senin kemarin, hujan mulai turun di kawasan tersebut dan diharapkan bisa membantu memadamkan api.
 
Got it. Anything else?
Kebakaran lahan di Argentina ini jadi deja vu sama kebakaran besar-besaran yang juga terjadi sama negara tetangga Argentina, Brazil dua tahun lalu. Dan sebenernya, kejadian wildfire yang makin sering terjadi ini penyebabnya ngga lain adalah pemanasan global, yang bikin suhu makin panas dan kondisi makin kering. Kalo udah kering, api jadi lebih mudah muncul dan eventually bikin kebakaran hutan makin banyak terjadi. Hiks…

For when you thought COVID-19 was all bad…

Uhmmm probably not. Especially for the environment.
 
Really???
Yesss. Di balik segala drama yang per-Covid-an yang udah kita semua alami dari 2020 sampai detik ini, dari soal positif-negatif, death, isolasi mandiri dll, ternyata ada kabar baik yang muncul guys. Yakni, selama COVID-19 menyebar, emisi karbon jadi turun.
 
Oh wow…
Yes, kabar ini disampaikan langsung sama Menteri Keuangan Bu Sri Mulyani waktu lagi meeting sama pimpinan Bank Dunia yang kebetulan lagi visit ke Jakarta minggu ini. Di pertemuan itu, Bu Ani menyebutkan bahwa waktu masa-masa awal ​​​Covid​​​ 2020 kemarin, emisi karbon turun sebanyak 6,4 %. This is equal to 2,3 miliar ton CO2 aka karbon dioksida yang udah mengalami penyusutan.
 
Kok bisaa?
Yha karena waktu itu kan kegiatan ekonomi di seluruh dunia lagi turun-turunnya kan. Terus juga orang pada stay at home, jadi orang ga bepergian, jalan-jalan, hepi-hepi, hingga mengakibatkan menurunnya produksi emisi dari pergerakan manusia. Meski begitu, tren positif ini ngga berlangsung lama guys, karena langsung naik lagi pas dunia udah mulai ‘bangun’ alias aktivitas ekonomi udah mulai pulih waktu Januari-Mei 2021.
 
I see…
Bu Ani menjelaskan, bahwa kenaikannya itu bahkan sampai melebihi jumlah emisi karbon sebelum masuk pandemi, dan ini dihasilkan dari beberapa sektor kayak energi, industri, dan residensi. So, of course this is not a good thingTerus menurut catatan dari United Nations Environment Programme aka UNEP, kenaikan suhu permukaan bumi naik hingga 2,7°C dan negara-negara anggota G20 menyumbang 78 persen dari semua emisi karbon.
 
So bad, what can we do tho?
Well, sebenarnya kalau urusan climate crisis gini, negara-negara di dunia punya yang namanya Paris Agreement yang ditandatangani di Paris Desember 2015 kemarin. Adapun isi dari perjanjian ini adalah negara-negara harus ada economic and social transformation biar bisa mengurangi efek dari climate crisis ini di tahun 2030. Caranya gimana? Yaitu dengan menahan kenaikan suhu bumi jadi nggak lebih dari 2 derajat Celsius.
 
Terus Indonesia so far udah ngapain aja?
Nah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Bu Siti Nurbaya, di tahun 2030, Indonesia bakalan mencapai karbon netral, bahkan bisa positif di mana kondisinya kita bisa nyimpen karbon sebanyak 140 juta ton. Jadi nggak ada yang kebuang dan bikin emisi karbonnya jadi naik ke atmosfir gitu lo, guys. Terus Indonesia juga lagi menggalakkan program mobil listrik yang lebih ramah lingkungan karena dioperasikan dengan listrik, dan bukan fossil fuel. Tapi again, itu butuh waktu dan butuh dana yang buanyak banget, dan tentunya niat dari kita semua untuk merubah dikit-dikit lifestyle biar lebih ramah lingkungan.
 
I see. Anything else I should know?
Well, balik lagi ke Bu Sri Mulyani. Bu Ani juga bilang kalau sekarang tantangannya tuh adalah gimana caranya ekonomi bisa pulih, tapi lingkungan juga nggak rusak. Dan gimana caranya biar masyarakat tuh nggak milih antara pemulihan ekonomi atau penurunan emisi karbon. Karena kan emang sejatinya, menyelamatkan manusia dan bumi itu harus berjalan beriringan.

Who’s saying “I am back!!!!”

Donald Trump, to social medias.
 
Yep, setelah setahun lebih diblok dari sosial media mainstream kayak Twitter, YouTube dan Facebook, mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya bikin sosmed sendiri. Iya guys, literally bikin app baru. Jadi sosmednya ini namanya Truth Social yang dibuat oleh Trump Media & Technology Group. Adapun tampilannya kayak Twitter (which FYI, salah satu sosmed kegemarannya Trump), di mana isi postingannya namanya “Truth”, dan kalo orang mau “retweet“, maka mereka bisa me-“retruth“.  Terus, aplikasi ini juga udah ada di iOS meski masih sering loading gitu guys, belum bener-bener smooth penggunaannya.
 
Anyway, if you’re wondering: Hah kenapa Trump di-block dari sosmed? Jadi gini ceritanya. Tahun lalu itu kan di AS ada pemilu presiden yah, dan ternyata Trump kalah. Tapi doi ngga terima dan hal ini tentu bikin para pendukungnya semangat nih untuk protes menolak hasil pemilu. Akhirnya para pengikut Trump menduduki Capitol Hill, yang merupakan Gedung kongresnya AS. Iya, kayak DPR Senayan di kita gitu. Nah, Trump yang waktu itu masih presiden dinilai banyak pihak justru “memprovokasi” para pendukung tadi buat lanjut terus, instead of nenangin mereka, jangan rusuh, dan pulang aja serta menerima hasil pemilu. Akibat kerusuhan ini, ada sembilan orang meninggal guys.
 
Terus, salah satu channel yang paling banyak digunakan Trump untuk menggerakkan para pendukungnya ini adalah social media. Makanya abis kejadian rusuh itu, bos-bos big tech memutuskan untuk ngeblok Trump dan men-deactivate akun sosial medianya. Twitter bahkan udah yakin banget nih, bahwa bloknya itu akan berlangsung sampai waktu yang tidak ditentukan.

“Jadi mahar minyak goreng diberikan pengantin pria karena dibutuhkan dalam rumah tangga. Filosofinya walaupun sederhana tapi bermanfaat.”
 
Hihihihi gitu guys kata Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Sooko, Ponorogo, Jawa Timur Meky Hasan Tachtarudin yang dikonfirmasi kemarin soal viralnya pemberitaan terkait pasangan yang nikah dengan mahar minyak goreng. Pak Meky kemudian membenarkan bahwa emang ada tu guys pasangan tersebut, dan sang pengantin pria emang memilih minyak goreng sebagai maskawin soalnya saat ini keberadaannya langka di pasaran. Menurut sang pengantin, minyak goreng memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dicari sebelumnya.
 
When you look for a non-mainstream wedding idea…

Announcement


Thanks to Atsila, morning person, anon, and seseorang for buying us coffee today!

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! recommendations

Need some motivations to start the day? Look no further.
Advertisement