BPOM Menyetujui Penggunaan Booster Vaksin, Bang Bahlil : Kalangan Dunia Usaha Meminta Pemilu Diundur Sampe 2027, Aung San Suu Kyi Resmi Dijatuhi Hukuman Penjara, Kualitas Tidur Terbaik Di Usia 24 Tahun

384


Good morning !

Rise and shine, catchers! It’s a new day and before you start the morning, let’s catch up! with some updates about boosters, the presidential period, Myanmar, aaand…zzzz aka sleep. Let’s catch up!


Now, let’s get you up on speed on: booster vaccine

Yea, go ahead.
Ok guys, seiring dengan masih mewabahnya pandemi COVID-19 di tanah air maupun secara global, banyak pemerintah di luar negeri yang udah mulai memberikan booster vaksin aka vaksin dosis ketiga buat penduduknya. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat imunitas warganya dari pandemi COVID-19 yang makin hari makin macem-macem aje variannya. Nah Indonesia juga ngga ketinggalan, di mana baru aja kemarin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) udah meng-acc penggunaan booster.
 
Whoaaa really?
Yep, Jadi dalam keterangannya kemarin, BPOM udah resmi menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) atas lima jenis vaksin COVID-19 untuk pemberian dosis lanjutan atau booster di Indonesia. Adapun program vaksinasi dosis ketiga ini dijadwalkan bakalan mulai digelar buat masyarakat umum pada 12 Januari aka besok, dan kebijakan ini juga didukung oleh rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI).
 
Tell me everything about this booster thing.
Sure. Jadi so far udah ada lima merk vaksin COVID-19 yang udah disetujui sama BPOM sebagai booster, yaitu Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Zifivax, dan Moderna. Nah, menurut Kepala BPOM Bu Penny Lukito, Sinovac, AstraZeneca, sama Pfizer tuh sifatnya homologus yang mana booster yang diberikan harus sama dengan dua dosis vaksin primer sebelumnya. Jadi kalau kalian mau booster pakai Sinovac misalnya, vaksin sebelumnya juga harus Sinovac. AZ sama Pfizer juga gitu. Biar kerja vaksinnya bisa maksimal, guys. Sementara Zifivax dan Moderna sifatnya heterologous, kebalikan dari si homologus itu. Dua merk vaksin ini bisa jadi booster buat vaksin primer yang beda dari sebelumnya. Dengan catatan udah enam bulan sejak dosis keduanya diberikan, dan penerimanya udah berusia 18 tahun.
 
Gratis nggak sih? Ehe. 
Tergantung nih, kamu rajin bayar BPJS Kesehatan ga? Atau kamu lansia apa bukan? Karena kata pemerintah, sasaran vaksin COVID-19 booster secara gratis adalah lansia dan masyarakat Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Dengan skema ini, maka diperkirakan ada 98juta peserta BPJS yang dapet booster gratis.  Dengan begini, artinya selain dua golongan tadi maka harus bayar.
 
Tapi kan ada orang fakir miskin juga…
Ohh kalo fakir miskin sih teteup di-cover pemerintah guys. Dalam keterangan dari BPJS Kesehatan, dijelaskan bahwa Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK) adalah peserta yang tergolong fakir miskin dan orang enggak mampu yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Yang penting mereka memenuhi syarat yaitu mereka adalah WNI, punya NIK, dan terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial.
 
Terus kalo bayar berapa?
Belum tau karena belom ditentuin sama pemerintah. Tapi menurut keterangan dari Pak Menkes di Kompas TV beberapa waktu lalu sih yhaa kira-kira di kisaran Rp 300ribuan lah.
 
Ok.
Nah, terkait kebijakan ini, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Keadilan Kesehatan yang terdiri dari 29 organisasi mendesak pemerintah buat menunda program ini. Alasannya, mereka menilai bahwa vaksinasi primer untuk dosis pertama dan kedua di Indonesia aja tuh belum merata. Menurut anggota koalisi Firdaus Ferdiansyah, rencana ini justru bakal menempatkan warga yang belum mendapatkan vaksin jadi beneran rentan terinfeksi dan meningkatkan risiko kematian. Jadi mending pemerintah fokus vaksin 1 dan 2 dulu deee….
 
Tapi emang sikonnya saat ini gimana?
Ya emang vaksinasi dosis kedua kita tuh masih relatif rendah sebenarnya, yaitu 56,09%. Terus, lansia yang udah divaksin lengkap juga belum ada 50%, bahkan sebanyak 6.8 juta lansia belum mendapatkan vaksin sama sekali. Belum lagi yang termasuk kelompok rentan; yang ada penyakit bawaan, ibu hamil, masyarakat adat, dll. Hal ini kan bikin orang-orang yang kuat makin kuat, yang rentan ya makin rentan terinfeksi virus. Dan at the end of the day, kematian bakal semakin meningkat.
 
Make sense 🙁 terus kumaha?
Ya makanya, koalisi meminta pemerintah untuk make sure dulu vaksin dosis 1 dan 2-nya udah merata. Kalau udah, baru deh bisa mulai booster. Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah buat beresin dulu tata laksana pemberian vaksinnya, biar pemerataan yang jadi concern ini juga bisa cepet tercapai. Satu lagi, mereka mendesak pemerintah untuk memastikan ketersediaan vaksin di berbagai fasilitas kesehatan di seluruh penjuru negeri, jadi vaksin ini bisa lebih mudah diakses semua orang.
 
Got it. Any words?
Ada. Anggota Transparency International Indonesia, Agus Sarwono sebenarnya agak-agak mempertanyakan kenapa booster ini nggak sepenuhnya gratis, alias ada yang dikenakan tarif per orangnya. Padahal dalam berbagai aturan, kayak UU Kesehatan, UU Wabah Penyakit Menular, dan UU Karantina Kesehatan udah jelas menyatakan pemerintah harus kasih akses kesehatan, termasuk vaksinasi yang setara. In fact, menurut Pak Agus, vaksinasi yang nggak sepenuhnya gratis ini cuma menghambat capaian vaksinasi dan tujuan vaksin itu sendiri, yaitu untuk meningkatkan kekebalan penduduk dari virus.
 
I see. Anything else?
Fyi program booster sebelumnya udah dijalankan untuk para tenaga kesehatan sejak Juli tahun lalu. Di Jakarta, para dokter dan nakes lainnya itu disuntik pertama kalinya di RSCM dan disaksikan langsung oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin dan wakilnya, dr. Dante Saksono Harbuwono. Sampai sekarang, udah ada jutaan nakes yang udah mendapatkan booster ini.

Who’s thinking about some extension?

Holiday extension? Job contract extension?

Uhmmm probably the latter.
Jadi gini guys, adalah Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI) Bang Bahlil Lahadalia yang kemarin baru aja bikin heboh dunia perpolitikan atas komentarnya terkait isu perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden. Beliau bilang, kalangan dunia usaha rata-rata meminta pemilu 2024 diundur sampe 2027. Meaning, kalo skenario ini jalan maka Pak Jokowi bakal perpanjangan kontrak sebagai presiden sampe tahun 2027.
 
HAH GIMANA? 

Well, jadi ini dimulai dari hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia yang baru aja dirilis hari Minggu kemarin. Jadi, Indikator yang dipimpin oleh Pak Burhanudin Muhtadi itu menemukan bahwa angka persetujuan masyarakat kalo Pak Jokowi maju lagi untuk ketiga kalinya meningkat dibanding survei sebelumnya. Hal inilah kemudian yang dijadikan rujukan sama Bang Bahlil tadi guys.

 
I see…
Nah jadi dalam statement-nya kemarin itu, Bang Bahlil bilang, in his words: “Tetapi yang menarik ternyata adalah perpanjangan 2027 kok saya lihat datanya Pak Burhan ini dari bulan ke bulan kok orang naiknya tinggi ya untuk orang setuju ya. Saya sedikit mengomentari begini, kalau kita mengecek di dunia usaha, rata-rata mereka memang berpikir adalah bagaimana proses demokrasi ini dalam konteks peralihan kepemimpinan, kalau memang ada ruang untuk dipertimbangkan dilakukan proses untuk dimundurkan itu jauh lebih baik.
 
Whaaaat?
Well, this is not the first time. Sebelum Bang Bahlil, wacana tiga periode atau perpanjangan ini emang udah santer terdengar guys. Sebelumnya ada Kelompok Relawan Jokowi yang mengusulkan pemerintah untuk memperpanjang masa jabatan Pak Jokowi selama dua atau tiga tahun, dengan alasan pandemi COVID-19 yang menyebabkan Pemerintahan Jokowi nggak bisa bekerja maksimal. Menurut mereka, sisa jabatan kepresidenan sekarang tuh nggak akan cukup buat mengeksekusi kebijakan yang pro rakyat.
 
Tapi emang hasil surveinya tuh gimana sih?
Well, dalam result yang dijelaskan oleh Pak Burhan, diketahui bahwa sebanyak 27,1% responden nggak setuju kalau Pak Jokowi menjabat selama tiga periode. Terus 28,4% menyatakan kurang setuju. Sisanya, ada lebih dari 33% responden yang setuju dan setuju banget, gengs.
 
Go on…
Nggak cuma itu, survei ini juga pengen tahu pendapat orang-orang kalau Pak Jokowi masih bertahan sampai 2027. Sebanyak 32% responden nggak setuju, dan yang nggak setuju sama sekali ada 25%. Sementara yang setuju adalah 31%, dan yang setuju BGT ada 4,5%. Despite the numbers, yang harus kamu tahu adalah angka yang setuju itu naik terus dari bulan ke bulan, yaitu dari September, November, ke Desember.
 
Terus, politisi pada setuju?
Nggak dong. Wakil Ketua Komisi II DPR RI yang emang ngurusin pemilu, Luqman Hakim bilang bahwa doi nggak setuju sama komentar Bang Bahlil. Menurut Luqman, alasan COVID-19 tuh mengada-ngada banget dan nggak masuk di akal. Justru Pemilu dan Pemilihan Presiden tuh bisa jadi alasan buat pergerakan ekonomi nasional, toh selama ini selama ada pilpres, nggak ada juga tuh krisis ekonomi, gitu guys. Lebih jauh, Luqman juga menyebut bahwa komentar Bang Bahlil tuh tindakan yang inkonstitusional, anti demokrasi, dan menentang kedaulatan rakyat.
Advertisement
 
Amen. Anything else?
Berkaitan sama komentar Bang Bahlil ini, Luqman juga menyarankan presiden untuk menegur menterinya itu. Karena bagaimanapun Bang Bahlil kan termasuk dalam Kabinet Indonesia Maju, so itu kewenangannya presiden buat menegur. Biar nggak terjadi krisis kepercayaan yang berpengaruh sampai ke efektivitas kepemimpinan Jokowi. Kitu ceunah.

When there’s a new update in Myanmar…

Hiks, iya nih guys. Setelah mengalami rusuh kudeta sejak Februari tahun lalu (meaning rusuhnya udah hampir setahun!) kini Myanmar memasuki babak baru. Aung San Suu Kyi, pemimpin legit-nya, resmi dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun.
 
Who is she again?
Well, so a little reminder, jadi Suu Kyi ini adalah pemimpin legit aka resmi Myanmar yang dipilih langsung sama rakyatnya pada pemilu di penghujung 2019 lalu. Kamu juga mungkin familiar sama namanya sebagai salah satu penerima Nobel Perdamaian, namun later on juga sempat menuai kritikan karena diem aja pas pembantaian di Rohingya terjadi. Anyway balik lagi ke kudeta, ternyata masa pemerintahan Suu Kyi ga berlangsung lama, karena setahun kemudian, tepatnya pada Februari 2020, pemerintahan doi dikudeta aka digulingkan.
 
AMA SIAPA?
Ama kelompok militer aka tentara. Alasannya, mereka bilang bahwa hasil pemilu setahun sebelumnya itu enggak sah karena pemilunya curang. Padahal, Suu Kyi dan partainya menang in a landslide dengan dukungan yang mencapai sekitar 70%. So warga Myanmar be lyke: Legit banget kok! dan mereka langsung melancarkan protes menolak pemerintahan militer…
 
Terus…
Nah protesnya itu tentunya dilawan dengan tangan besi oleh kelompok militer, di mana udah ada ribuan warga yang meninggal, dan puluhan ribu yang ditangkap. Terus penanganan COVID-19 juga ga jalan samsek, investor asing cabs, pelayanan publik lumpuh, pokoknya chaos parah guys. Meanwhile, Ibu Suu Kyi dan kelompoknya langsung dijadikan tahanan rumah sama kelompok militer. Dan baru aja kemarin nih, dia dijatuhi vonis penjara empat tahun oleh kelompok yang berkuasa.
 
HAH emang doi ngapain?
Well, vonis kali ini adalah untuk kepemilikan walkie talkie (IYA, walkie talkie) secara ilegal. Nah guys, ini bukan pertama kalinya Bu Suu Kyi divonis bersalah. Sebelumnya, dia udah menerima belasan vonis mulai dari pemilu curang, korupsi, melanggar protokol COVID-19 dll, yang kalo ditotal, jumlah kurungannya mencapai 100 tahun.
 
OMG… terus gimana?
Well, Suu Kyi sendiri menolak semua tuduhan itu dan bilang bahwa semuanya adalah politis. Hal ini juga diamini oleh Human Rights Watch yang menilai bahwa si rezim militer ini udah konyol banget dengan terus-terusan menjatuhkan akumulasi hukuman penjara pada Suu Kyi yang jelas-jelas ngasal dan berlatarbelakang kepentingan politik.
 
OK. Anything else?
Well guys, kelakuan militernya Myanmar yang ugal-ugalan ini bukan nggak menuai protes keras dari dunia Internasional. Kita sendiri sebagai tetangga dan sesama akamsi di ASEAN udah menolak kehadiran perwakilan militer Myanmar di berbagai forum. Meski begitu, kelompok militer ini masih going strong dan aksi paling parahnya terakhir adalah pembantaian terhadap sekitar 35 orang warga cuma a day before Christmas. Hiks…

When you’re over 24 and having trouble sleeping…

You’re not alone.
 
Karena ternyata guys, hasil riset dari perusahaan kesehatan dan kebugaran di Inggris, namanya doTERRA, menemukan bahwa mayoritas orang memiliki kualitas tidur terbaiknya di usia 24 tahun, dan abis itu kualitas tidurnya terus menurun. Adapun hal ini ditemukan dari hasil survei perusahaan terhadap 2.000 orang, di mana lebih dari setengah responden bilang bahwa tidur mereka kurang dan jarang. Adapun faktor-faktor utama yang menurunkan kualitas tidur ini di antaranya adalah kekhawatiran atas keluarga, stres kerjaan, hingga tempratur di kamar yang kurang nyaman.
 
Peneliti soal tidur, yakni Dr Lindsay Browning menjelaskan bahwa bisa jadi nih, kondisi di mana kualitas tidur menurun setelah usia 24 tahun itu dikarenakan oleh tingkatan stres yang makin tinggi ketika kita makin dewasa. Itulah juga kenapa, kadang kita bisa tidur lebih nyaman dan berkualitas ketika usia kita lebih muda. Terus ni guys, kamu perlu tahu juga bahwa menurut survei ini, ada 37% responden yang bilang bahwa periode tidur terburuk mereka ada pada usia 25-54 tahun. Finally, ditemukan juga bahwa hanya 14% dari para responden ini yang tidur cukup sesuai rekomendasi, yakni delapan jam setiap malamnya.
 
Now singing: Ooooo darling don’t you ever grow up….

“Kenapa berubah?”

Tanya Ketua Umum PDIP Bu Megawati Soekarnoputri kepada Provinsi Sumatera Barat dalam peringatan hari ulang tahun ke-49 PDIP yang disiarkan di YouTube PDI Perjuangan kemarin. Kata Bu Mega, Sumbar ini udah berubah banget dari yang beliau kenal. Terkait hal ini, Bu Mega bilang bahwa dia sempat mempertanyakan kegelisahannya ini kepada tokoh Sumbar Buya Syafii Maarif. In her words: “Saya tanya kenapa sih Sumatera Barat menjadi berubah ya Buya? sudah tidak adakah yang namanya tradisi bermusyawarah mufakat oleh Ninik Mamak itu?”
 
That’s also our question to the person who ghosted us…

Announcement


Thanks to Nohtyp, Sandy & seseorang for buying us coffee today! 

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Catch Me Up! recommendations

If you believe in zodiac, here are your best days this month.

Angel’s Stories

1. Minggu lalu, tepatnya 7 Januari, di tengah perjalanan ke kantor, motor tiba-tiba mogok. Jadilah aku dorong motor sampe bengkel terdekat, ada lah 2 kiloan dari tempat mogok. Di tengah perjalanan ke bengkel, lewat di toko mebel, disapa sama mas-mas penjaga toko mebel, di depan tokonya. Sama mas itu dibantuin benerin motor, sambil nunggu dibenerin, dikasih air dingin (tau aku keringetan banget), udah gitu mau saya kasih uang sebagai rasa terima kasih, masnya nolak berkali-kali. Rasanya lagi stres capek, tiba-tiba ngerasa bahagia dan berterima kasih banget ketemu orang yang sangat baik. Semoga dilancarkan segala usahanya ya mas, semoga semakin banyak orang-orang baik yang kita temuin, aamiin
-pejuang ibu kota-
 
2. Aku lagi capek banget pulang kerja kemarin terus ngeliat ada bapak-bapak pemulung lagi duduk di pinggir jalan dan ngelamun, kayaknya lagi banyak pikiran gitu. Terus aku beliin roti dari tukang roti keliling yang lagi mangkal di situ terus aku kasihin ke bapak tadi. Dia keliatan seneeeng banget. Akunya juga ikutan seneng liat senyum dia. Emang bener ya, kebahagiaan itu menular 🙂
-Anonymous-
 
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. You can also check our previous angel stories on our angel’s Instagram. Go go go!)
Advertisement