Tidak Ada Kuota Penerima Penghargaan Nobel

313

Apa bedanya kamu sama penghargaan Nobel?

Kalo kamu gak ada kuota internet, kalo penghargaan nobel enggak ada kuota penerima, baik itu berdasarkan gender dan etnis.
 
Hah gimana?
Hehehe… Jadi ni gengs, kamu pasti ngeh kan kalo sekarang ni lagi musim Penghargaan Nobel dalam berbagai bidang? Iya, kayak Nobel Perdamaian yang dianugerahkan pada jurnalis asal Filipina, Maria Ressa dan asal Rusia Dmitry Muratov, terus Nobel di bidang literatur yang diberikan pada penulis Zanzibar Abdulrazak Gurnah, dll. In a nutshell, Penghargaan Nobel ini adalah award yang bergengsi banget yang udah berlangsung sejak tahun 1901. Adapun kategorinya ada di bidang perdamaian, literatur, kedokteran, kimia, fisika, dan ekonomi.
 
OK…
Nah baru aja kemarin ni gengs, Kepala Royal Swedish Academy of Sciences Göran Hansson yang merupakan panitia Nobel Prize bilang bahwa lembaganya enggak akan memberlakukan sistem kuota bagi para pemenang penghargaan bergengsi tersebut. Dalam keterangannya, Hansson bilang bahwa dia pengen setiap penerima mendapatkan penghargaan karena mereka udah melakukan penemuan penting bagi masyarakat, bukan gara-gara jenis kelaminnya apa, atau etnisnya apa.
 
Tapi emang sebelumnya mau ada sistem kuota ini?
Iya, makin ke sini, seruan supaya panitia Nobel menggunakan sistem kuota ini makin terdengar keras gengs. Bukan apa-apa, soalnya, penghargaan Nobel ini dikenal dengan ketimpangan gendernya yang ketara banget, di mana rasio pemenang perempuan jauh lebih sedikit daripada laki-laki. Kayak tahun ini cuma Maria Ressa yang merupakan jurnalis Filipina satu-satunya perempuan yang dianugerahi penghargaan Nobel.
 
Wew… Tahun-tahun sebelumnya emang gimana?
Tahun lalu sih masih mending gengs, ada tiga perempuan yang nerima penghargaan Nobel. Tapi sejak pertama kali dimulai pada tahun 1901, cuma ada 59 perempuan yang udah dianugerahi penghargaan ini. Angka ini cuma 6,2 persen dari seluruh total penerima penghargaan Nobel. Karena ketimpangan inilah makanya komite Nobel sering didorong buat ngelakuin affirmative action kayak penambahan kuota khusus ini, baik dari segi nominasi maupun pemenang.
 
Hmmm ya terus kenapa gak jadi ditambahin kuota?
Ya karena itu tadi gengs, komite lebih mau orang-orang yang emang pantes dapet penghargaan aja yang dinominasiin, regardless of gender and ethnicity. Hansson bilang kalo ketimpangan ini emang masalah besar di masyarakat yang gak adil dan butuh banyak perbaikan. Tapi, Hansson juga bilang kalo komitenya bakal memastikan kalo semua perempuan yang pantes dapet penghargaan bakal dikasih kesempatan yang sama dan bakal ada effort yang signifikan buat nge-encourage para perempuan yang pantas buat menerima penghargaan masuk nominasi.
 
Anyone saying anything? 
Yep, ada ahli fisika Laurie Winkless yang berasal dari Selandia Baru yang bilang “disappointed but not surprised” kalo komite ini masih outdated dari segi metode dan cara berpikirnya. Menurut doi, masih banyak para ilmuwan perempuan yang hasil karyanya penting banget tapi belom pernah dapet penghargaan kayak Jocelyn Bell Burnell, Rosalind Franklin, Lise Meitner, dan Chien-Shiung Wu.
 
I see. Anything else?
Tahun lalu ni gengs, ada tiga perempuan yang dianugerahi penghargaan nobel, yakni Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna di bidang kimia atas hasil karya mereka di bidang teknologi gene-editing. Satu lagi ada ahli astronomi Andrea Ghez yang di bidang fisika bersama dua ilmuwan laki-laki lainnya atas hasil riset mereka terhadap black hole. Selain itu, Marie Curie merupakan satu-satunya perempuan yang dapet penghargaan Nobel lebih dari sekali. Yang pertama di tahun 1903 di mana Curie juga jadi penerima Nobel perempuan pertama, dan tahun 1911 doi menang lagi.
Advertisement