10 Negara Paling Bertanggung Jawab Atas Krisis Iklim, Menkes : Pandemi Paling Cepat Selesai Dalam Waktu 5 Tahun, Jakarta Akan Mengalami Tanah Ambles Bukan Tenggelam, Film Pertama yang Syuting di Luar Angkasa

353

Hello

Good morning, except for anyone who believes global warming is a conspiracy and refuses to do anything about it. Guys, the weather has been sooo uncertain lately. And, with the crazy news about natural disaster happening in almost every part of the world, we believe that contributing to tackle the climate crisis is integral to our everyday life. First step, bring a tumbler to work today. Second step, save the world. We can do this.


Yep, we’re gonna talk about climate change again today. Again.

Kali ini, soal SEPULUH negara yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi saat ini. 
Yoi, jadi baru-baru aja ni guys, lembaga riset lingkungan Carbon Brief merilis hasil analisanya tentang negara-negara penghasil emisi karbon terbesar dari tahun 1850 sampe 2021. Hasilnya, ada sepuluh negara penghasil emisi terbesar di dunia, dan sayangnya, menurut Carbon Brief, enam dari top 10 ini belum terlalu menunjukkan komitmennya untuk mengurangi produksi emisi gasnya yang menyebabkan efek rumah kaca aka pemanasan global.
 
Geez… siapa aja tu?
Jadi 10 negara tersebut, sesuai dengan urutan dari tertinggi ke terrendah ada Amerika Serikat, China, Rusia, Brazil, Indonesia, Jerman, India, Inggris, Jepang, dan Kanada. Adapun dari segi jumlahnya, AS ada di posisi pertama dengan persentase total emisi yang dirilis ke udara sebesar 20% guys, disusul oleh China di angka 11%, Russia di 7%, Brasil di angka 5% dan Indonesia 4%.
 
Wait, Indonesia made it to the list?
Yep, somebody please tell Pak Jokowi. Jadi, dua negara tropis yakni Brasil dan Indonesia masuk daftar karena produksi CO2 terkait perusakan hutan yang dihasilkan dari areanya termasuk yang terbesar. Pada penelitian kali ini, Carbon Brief emang untuk pertama kalinya memasukkan variabel emisi dari perusakan dan pembakaran hutan ke dalam itungan emisinya. Karena itulah, negara-negara dengan area hutan tropis yang besar (tapi mengalami deforestasi yang parah) masuk daftar, Meanwhile, sebenernya kalo diitungnya dari hasil emisi karbonnya aja, Brasil sama Indonesia bisa jadi enggak masuk.
 
Yha terus kenapa variabel perusakan hutan ini harus diitung?
Karena menurut peneliti Carbon Brief Simon Evans, kita enggak bisa guys, nggak ngitung faktor karbon yang dihasilkan oleh kebakaran dan alih fungsi hutan ke itungan produksi emisi total. Hal ini karena alih fungsi hutan itu berkontribusi sampe 1/3 dari produksi kumulatif CO2 global. Iya, emang sejak akhir abad 19 dan menuju abad 20, hutan tropis di Brasil dan Indonesia berkurang drastis karena beralih fungsi, jadi buat lahan karet, tembakau, hingga kelapa sawit. Nah, efek dari deforestasi inilah yang bikin emisi karbon banyak dihasilkan oleh Indonesia dan Brasil.
 
🙁 Go on…
Tapi guys, meskipun masuk ke daftar negara dengan produksi emisi tertinggi, namun negara-negara kayak China, India, Brasil dan Indonesia menghasilkan efek emisi perorangan yang lebih rendah karena negara-negara ini padat penduduk. Secara kumulatif, populasi dari keempat negara tadi mengisi 42% dari populasi dunia, tapi hanya 23% emisi yang mereka hasilkan sejak tahun 1850-2021. Sebaliknya, sisa enam negara lainnya yaitu AS, Rusia, Jerman, Inggris, Jepang dan Kanada kalo warganya digabung hanya mengisi 10% dari total populasi dunia, tapi emisi yang dihasilkan mereka mencapai 39%.
 
Not making me feel any better though.
Same. Maybe we can start by… encouraging our govt to take climate issues more seriously? Karena emang kayaknya kita lumayan ketinggalan ni gengs dalam hal komitmen terhadap isu lingkungan ini. Jadi masih menurut Carbon Brief, dari kesepuluh negara tadi, baru AS, Inggris, Jerman, dan Kanada yang udah menyampaikan komitmen baru mereka untuk mengurangi produksi emisi karbonnya sebelum Climate Summit (COP 26) digelar akhir bulan ini. Itu juga masih dinilai kurang, kayak misalnya Amerika Serikat yang meskipun udah meningkatkan sumbangan dananya untuk isu iklim ke negara berkembang, namun jumlahnya masih dinilai kecil kalo dibandingin sama besaran emisi yang mereka hasilkan.
 
OK. Anyone saying anything?
Ada Duta Climate Vulnerable Forum (CVF) Mohamed Nasheed yang bilang kalo prinsip utama dari “keadilan iklim” itu harusnya negara penghasil emisi terbesar yang juga mengambil peran utama untuk bertanggungjawab mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya hasil analisis ini, maka jelas siapa yang harusnya take on the role, which is yang pertama tentunya Amerika Serikat, disusul Cina dan Rusia.
 
I see…
Terus dalam negosiasi di PBB sebelumnya, negara-negara berkembang juga menegaskan bahwa negara yang jadi tajir karena energi fosil harus mengambil tanggung jawab paling besar dalam menangani climate change ini. Misalnya, dengan memberi anggaran buat pengembangan energi dengan emisi rendah di negara berkembang, hingga mempersiapkan perlindungan dari efek global warming yang kian parah.
 
Got it. Anything else?
Ngomong-ngomong COP26 di akhir bulan nanti, udah terpilih seratus orang sebagai perwakilan masyarakat global yang tergabung dalam Global Citizens’ Assembly. Mereka bakal mewakili berbagai elemen masyarakat kayak NGO lingkungan buat membahas temuan mereka untuk mendukung jalannya summit yang bakal digelar di Glasgow, Inggris nanti gengs.

Now, on the big question: Covid19 kapan selesai sih?

Menkes bilang paling cepet kira-kira yhaaa lima tahun lagi.
Atau lebih. Yoi guys, kamu enggak salah baca. Kata Menteri Kesehatan Pak Budi Gunadi Sadikin, pandemi itu paling cepet selesainya dalam waktu lima tahun, rata-rata 10 tahun, dan bahkan bisa berlangsung jauh lebih lama dari itu, yaitu sampe ratusan tahun. Hal ini disampaikan Pak BGS pas mengisi Seminar Sekolah Sespimti dan Sespimmen Polri kemarin.
 
Hmmm…
Makanya ni, Pak Menkes bilang kalo sampe sekarang pun menurut doi belom ada ilmuwan yang bisa memprediksi kapan pandemi covid ini bakal selesai. Beliau menyebut, yha ada juga pandemi yang bisa berlangsung sampe ratusan tahun, contohnya cacar dan polio.
 
Yha tapi jangan sampe beb.
Iya bener. Jadi nih ya menurut Pak BGS, sebenernya masih ada potensi covid ini berubah status dari pandemi jadi endemi, atau kondisi di mana suatu penyakit jadi penyakit menular biasa. Jadi yhaa kayak yang kita sering denger gengs: hidup bersama covid-19.
 
Gimana caranya tapi?
Dengan penguatan strategi testingtracing, dan treatment (3T). Terus juga percepatan program vaksinasi nasional, di mana pemerintah menargetkan 70% masyarakat segera dapet dosis kedua vaksin aka fully vaccinated. Pak BGS menyebut, bahwa kalo kita bisa memastikan Desember ini covid-nya terkontrol dengan baik, maka Januari-Februari 2022 kita aman, dan insya Allah ke depannya kita bisa hidup bersama virus ini.
 
Terus, terus, what else did he say?
Dalam kesempatan yang sama, Pak BGS juga bilang bahwa masih ada 9.855 masyarakat yang positif covid dan masih keluyuran. Mereka keluyuran di tempat publik kayak sektor perdagangan, transportasi, pariwisata, perkantoran, keagamaan, pendidikan, olah raga, dll. Hal ini bisa ketahuan dari aplikasi PeduliLindungi yang digunakan buat masuk ke tempat-tempat ini.
 
HAH? Kok bisa???
Kalo kata Pak BGS ya, pemerintah sama kagetnya tuh pas tau masih ada yang nyelonong-nyelonong keluar kayak ke mal gitu-gitu. Tapi, ada juga yang emang udah terkonfirmasi positif covid tapi masih harus masuk kerja. Nah kalo gini, belum jelas juga ni siapa yang salah, either pekerjanya yang gak bilang kalo mereka positif atau mereka emang disuruh masuk aja sama atasannya meskipun dah bilang.
 
Ckckck. Anything else?
FYI gengs, sebenernya pemerintah kemaren sempet cemas ni pas kasus aktif covid sempet tinggi-tingginya di bulan Juli kemaren. Waktu itu, kasus aktif di Indonesia udah lebih dari 500 ribu kasus, sedangkan daya tampung maksimal rumah sakit seluruh Indonesia adalah 600 ribu. Untungnya gak lama kemudian angkanya turun dan kebijakan PPKM diberlakukan.

Who’s about to drown?

Me? In my unfinished assignments?
Nope, it’s Jakarta and it’s literally drowning guys. Belakangan ini, prediksi bahwa Jakarta bakal tenggelam emang kembali jadi pembahasanni gengs. Kalo kalian inget, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pernah mention Jakarta bakal tenggelam 10 tahun lagi di pidatonya soal global warming tangal 27 Juli 2021 kemaren.
 
Is it true then?
Yep, kalo menurut Profesor Riset Bidang Meteorologi di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan kemarin, di tahun 2050 nanti bakal ada wilayah daratan yang berkurang akibat air laut masuk Jakarta. Adapun hal ini disampaikan pas Webinar Lecture Series Majelis Profesor Riset (MPR)-BRIN yang berlangsung daring kemarin.
 
OMG… Daerah mana aja?
Menurut Prof Eddy, daerah-daerah daratan yang berkurang akibat air laut masuk Jakarta bakal terjadi di berbagai wilayah di Jakarta Utara, kayak Tanjung Priok, Sunter, Kemayoran, Ancol, Kota, Pluit, Penjaringan, Kapuk, serta Tol Bandara. Jadi, diperkirakan ni di tahun 2050 kenaikan paras muka laut akan membanjiri daerah Jakarta seluas lebih kurang 160,4 km persegi.
 
Nooooo 🙁
Yep, Prof Eddy juga menambahkan bahwa di tahun 2010, air laut yang menggenangi Jakarta udah menyentuh dua daerah, yaitu Cilincing dan Tanjung Priok. Terus di tahun 2015 bertambah dua daerah lagi yaitu Koja dan Pademangan, lalu di 2025 akan bertambah satu daerah yaitu Penjaringan. Meski begitu, perkiraannya sih nanti sampe 2050 wilayah Monas yang terletak di Jakarta Pusat bakalan belom kena guys.
 
Penyebabnya pasti krisis iklim ya?
Yoi, the real culprit is of course the climate crisis. Tapi selain itu, ada dua faktor lainnya, yakni laju penurunan permukaan tanah dan kondisi lokal setempat. Menurut Prof Eddy, kalo cuma satu faktor aja ni yang kejadian di Jakarta, kemungkinan tenggelamnya kecil, atau yhaa at least gak dalam waktu secepat ini. Misal ni kalo faktor utamanya cuma krisis iklim aja, kemungkinan dampaknya gak bakal separah ini.
 
🙁 Anything else?
Jadi sebenernya ni gengs, menurut Prof Eddy, Jakarta tuh lebih tepatnya bukan tenggelam, tapi tanahnya ambles. Salah satu faktor yang disebutin sebelumnya itu yang kondisi lokal setempat, tanah Jakarta yang merupakan batuan lempung emang cenderung lebih cepet ambles. Apalagi wilayah yang letaknya deket pesisir, bakal lebih cepet amblesnya.

When we’re living in the future…

Because we can finally shoot film in space. 
Literally. Jadi Hari Selasa kemaren ni gengs, aktris Rusia Yulia Peresild, produser film Klim Shipenko, dan ditemenin sama pensiunan astronot Rusia Anton Shkaplerov baru aja berangkat ke luar angkasa buat syuting film. Ketiganya terbang menuju ke The International Space Station dan melakukan syuting film Rusia berjudul “Challenge“. Adapun film ini bercerita soal gimana tenaga medis di luar angkasa harus melakukan operasi terhadap astronot Rusia yang sakit dan gak bisa balik ke bumi karena kondisi kesehatannya tersebut. Nah, film ini bakal jadi film pertama yang syuting di luar angkasa guys.
 
FYI, untuk menjalankan misinya, ketiga orang tadi naik pesawat ruang angkasa Soyuz MS-19 dan berangkat dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan hari Selasa pukul 4.55 pagi waktu setempat. Nah, mereka nanti di sana gak bakal bertiga doang, tapi udah ada beberapa crew yang stand by, kayak para astronot Rusia, AS, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya yang tergabung dalam European Space Agency. Terus, tim ini bakal stay di space station tersebut selama 12 hari sebelum akhirnya balik ke bumi pada tanggal 16 Oktober 2021 nanti. Terus biar lancar, para astronot yang udah ada di space station tersebut juga udah latihan fotografi dan mengoperasikan alat-alat syuting ini.
 
Disebutkan juga bahwa Tom Cruise bakal jadi narator di film ini, dan filmnya merupakan bentuk kerja sama dengan perusahaan ruang angkasa milik Elon Musk SpaceX juga.
 
And here we are watching sinetron every night…

“Mestinya tidak perlu…”

Gitu guys kata Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Arif Wibowo saat berkomentar terkait tindakan empat mantan kader partainya yang menggugat sang Ketua Umum Bu Megawati Soekarnoputri ke Pengadilan Negeri Belige atas pemecatan mereka. Kata Arif, jadi anggota partai itukan sifatnya sukarela, jadi para kader harus menerima kalo dijatuhkan sanksi oleh partai.
Exactly what we said every time we check our monthly shopping list…

Announcement


Thanks to Tazty & Ligia for buying us coffee today!

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Ajak-ajak yuk!

Yep, kamu bakal langsung dapet merchandise eksklusif dari Catch Me Up! kalo kamu ngajak teman-teman kamu berlangganan! Caranya gampang banget, kamu tinggal klik link di bawah ini dan mulai deh, sebar-sebar referral code kamu ke teman, sodara, gebetan, rekan kantor, pokoknya siapa aja boleee….

Atau, kamu juga bisa langsung nge-klik share button di bawah ini! Kumpulin terus referral kamu untuk dapetin merchandise-nya ya! Gratis!


Catch Me Up! recommendations

If you want to start saving more money, try these habits.

Angel’s Stories

1. Morning routine ter-favorite belakangan ini adalah di sapa sama tetangga paling ramah se-antero jagat raya tiap kali berangkat kerja. Fyi, tetangga ogut ini teman tuli. Caranya menyapa tiap pagi itu dengan senyum lebar dan kasih finger love ala-ala Korea. Ini yang tiap pagi bikin melted plus jadi booster semangat kerja. Yes, just a simple finger heart can put a big smile on my face all day. Sehat-sehat yaa tetangga baik 🌻
-Tetangga yang masih belajar bisindo-
 
2. Hi CMU! Jadi kan kantor aku gajian 3x; tiap tgl 5, 10, dan 15. Nah waktu gajian bulan lalu aku mampir ke minimarket deket rumah karena niatnya tarik tunai buat di kasih ke panti asuhan kan. Terus aku lihat ada nenek-nenek duduk sambil minta-minta di pintu keluar. Aku langsung beli sembako kecuali beras takut neneknya berat bawanya jadi aku ganti uang cash aja. Ngga nyangka banget pas aku kasih, nenek tersebut auto nangis dan pas aku pamit pergi, aku lihat nenek tersebut menengadahkan tangan yang aku yakin lagi mendoakan aku. Hal ini bikin aku ketagihan guys dan alhamdulillah sudah 3x melakukan hal serupa. Ya Allah beri kesehatan dan kemurahan rezeki untuk mereka semua🤲
-Yang selalu diajarkan Tuhan untuk bersyukur-
 
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. You can also check our previous angel stories on our angel’s Instagram. Go go go!)
Advertisement