PBB Ingatkan China & US Untuk Rekonsiliasi

354

Who’s been having a dysfunctional relationship?

Me and my ex? Oops…
Ummm, maybe? But we’re talking about China and US. So, saking tingginya ni tensi politik di antara kedua negara akhir-akhir ini, Sekjen PBB António Guterres sampe ngingetin pada keduanya buat rekonsiliasi demi menghindari cold war. Apalagi, mengingat hari ini bakal digelar pertemuan resmi pertama UN General Assembly.
 
Wait, I need a background on US-China’s beef please.
Sure. Jadi, sebenernya hubungan keduanya bisa ditarik sampe ke era tahun 70an, di mana Amerika Serikat under Presiden Nixon akhirnya mau memperbaiki hubungan dengan negara komunis, salah satunya China. Selanjutnya di era pemerintahan Presiden Bush dan Obama, China yang lagi bangkit secara ekonomi ini dianggap sebagai strategic partner. Namun kemudian di eranya Trump, hubungan keduanya jadi kian tegang, secara arah kebijakan Amerika Serikat untuk China jadi berubah banget dan mengindikasikan kalo China udah jadi strategic competitor.
 
Why tho?
Soalnya yha panas aja gitu. Jadi emang sejak pas masih kampanye untuk capres, Donald Trump udah memunculkan sentimen anti-China dengan bilang bahwa China udah “ripped off the United States”. Atas retorika ini, banyak pihak menilai ini dilakukan demi menarik dukungan dari pemilihnya Trump yang nasionalis. On the other side, Presiden China Xi Jinping yang udah menjabat presiden sejak tahun 2013 juga dinilai jauh lebih maksa dan otoriter dibanding para pendahulunya.
 
I see…
Nah terus di eranya Trump juga ni gengs, telah terjadi defisit perdagangan di mana barang yang dijual China ke Amerika Serikat lebih banyak daripada yang dijual dari Amerika Serikat ke China. Trump bete banget dengan hal ini sehingga pemerintahannya kemudian memberlakukan kebijakan yang proteksionisme, artinya melindungi bisnis dalam negeri dengan memberlakukan hambatan-hambatan untuk masuknya barang impor. Dalam hal ini, yang dilakukan Trump adalah dengan menaikkan bea masuk berbagai barang tertentu, jadi yha China bayar pajaknya lebih banyak.
 
Whoooa…
Yep, hal ini kemudian dibalas oleh China dengan menaikkan bea masuk barang-barang dari AS juga, dan inilah yang disebut trade war. FYI guys, perangnya nih udah berlangsung sejak tahun 2018 lalu, jadi yha emang panas. Terus US under Trump sempet ngeluarin tuduhan-tuduhan soal praktik ekonomi di China yang dianggap unfair. Selanjutnya, perang ini kemudian juga berlanjut ke pengaruh kekuasaan di negara lain, even di administrasi Biden sekarang. Inget kan guys, baru aja bulan lalu nih, Wakil Presiden AS Kamala Harris dateng ke Singapura dan Vietnam? Nah, banyak pengamat yang bilang kalo salah satu tujuan kedatangan ini adalah untuk turut hadir di isu Laut China Selatan, yang emang diklaim seluruhnya sama China.
 
I see…
Nah terus, permasalahan covid juga memperparah keadaan di antara keduanya, karena Trump terus-terusan nyalahin China yang udah nyebarin covid sampe ke US. Makanya, Guterres sampe wanti-wanti ke keduanya buat stop berantem, karena bakal takut ngarah ke perang dingin.
 
What else did Guterres say?
Doi bilang kalo kedua negara ini punya banget kapasitas secara kekuatan dan perekonomian buat memerangi krisis iklim yang lagi jadi perhatian masyarakat global. Apalagi mengingat tahun ini bumi kita lagi dilanda banyak banget bencana alam di berbagai belahan dunia, terus ada juga pandemi covid, dan belom meratanya distribusi vaksin di berbagai negara. Menurut Guterres, keduanya bisa banget menanggulangi permasalahan-permasalahan ini bareng-bareng, instead of berantem kayak sekarang.
 
Go on.
Gak cuma itu, Guterres juga bilang kalo dia mengapresiasi Biden yang udah pelan-pelan mau take action buat memperbaiki hubungan US dengan China pasca pemerintahan Trump. Meski begitu, keduanya harus cepet-cepet memperbaiki hubungannya karena kalo gak yhaa UN gak yakin mereka bisa mengatasi perang dingin yang bakal terjadi di antara keduanya.
 
OK. Anything else I should know?
Baru-baru ini, Prancis kesel ni sama US karena udah diem-diem kerja sama dengan Inggris dan Australia dalam projek kapal selam di perairan Australia. Kapal selam ini dirancang supaya gak terdeteksi di Laut China Selatan. Menurut Prancis, proyek tersebut udah disepakati bakal dilakuin sama Prancis ni gengs. Nah, banyak pakar yang bilang kalo hal ini bisa membuka pintu kerja sama antara China dengan Prancis, dan eventually dengan negara Eropa lainnya.
Advertisement