Who’s back in action?
The Taliban.
Really??
Yep. Per hari Selasa, 10 Agustus 2021 kemarin, Taliban yang merupakan kelompok militan Islam dilaporkan telah menduduki lebih dari 3/4 wilayah di Afghanistan. Hal ini terjadi setelah kelompok ini digulingkan pada tahun 2001.
Hold on, I need some background.
Here’s a refresher. Jadi, Taliban ini adalah sekelompok militan yang mau menegakkan hukum syariah Islam yang ketat di Afghanistan. Terbentuk pada tahun 1994, kelompok ini disambut dengan baik sama penduduk Afghanistan karena berhasil menggantikan Burhanuddin Rabbani sebagai kepala negara dan pemerintahannya yang korupsi di tahun 1996.
Terus?
Nah terus, setelah Taliban berkuasa, rakyat Afghanistan melihat kalo kelompok ini semakin ekstrimis dan otoriter dengan menerapkan hukum-hukum Islam hasil interpretasi mereka sendiri, kayak membunuh orang yang melakukan perzinahan di depan umum. Terus, Taliban juga mengontrol media dan internet untuk menghadang masuknya pengaruh dari luar. Selain itu, banyak kebijakannya yang mendiskriminasi kaum perempuan kayak ngelarang anak perempuan sekolah.
OMG… Go on.
Nah, sampe lah kita pada peristiwa bersejarah yang diingat sebagai 9/11, di mana pada tanggal 11 September 2001, gedung World Trade Center di New York, Amerika Serikat, diserang. Penyerangnya diidentifikasi sebagai Osama bin Laden yang merupakan pimpinan kelompok Al Qaeda. Doi lagi jadi refugee oleh Taliban dan kelompok ini gak mau nyerahin bin Laden ke US. US kesel terus melakukan invasi militer deh sama NATO ke Afghanistan. Bilangnya si mau memberantas terorisme gengs… Sampe akhirnya Taliban kalah di Afghanistan.
Ok terus kok muncul lagi?
Yep, setelah melakukan invasi itu, militer US gak cabut-cabut dari Afghanistan. Hal ini dilakukan buat mencegah Taliban kembali memegang kekuasaan di sana. Bahkan di tahun 2008, Presiden Obama justru menambahkan manpower di sana karena waktu itu Taliban mau muncul ke permukaan lagi. Isu invasi ini juga emang jadi sorotan dunia, apalagi dari segi HAM. Invasi berkelanjutan means perang yang berkelanjutan juga, dan tentu aja ini merampas hak warga sipil di sana gengs. Makanya, akhirnya Biden ngumumin di bulan Mei kemarin kalo doi mau narik pasukannya di Afghanistan buat dipulangin ke US di akhir Agustus nanti.
Kenapa gitu?
Soalnya yhaaa doi mendengar kecaman internasional soal hal ini, dan bilang kalo doi sebagai perwakilan US udah gak mendukung lagi yang namanya peperangan gini dengan menyediakan tentaranya. Nah, sejak diumumin penarikan tentara US dari Afghanistan, Taliban perlahan mulai gerak lagi dengan menduduki kota-kota di Afghanistan. Biden sendiri si bilang, kalo Afghanistan is on their own, they got no one but themselves.
How is it now in Afghanistan?
Not good. Kekuatan Taliban semakin gede, keliatan dengan kelompok ini bisa take over 10 ibu kota provinsi dalam seminggu terakhir. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahkan sampe kebingungan dan minta pertolongan sama dunia internasional buat menghadang Taliban. Dengan kekuatan sebesar yang sekarang mereka tunjukin, pemerintah Afghanistan khawatir it’s only a matter of time sampe ibukota Kabul bakal diduduki sama Taliban.
How about the civilians?
Also not good. Gerakan angkat senjata ini udah banyak memakan korban jiwa masyarakat sipil, dan banyak penduduk kota-kota yang diduduki Taliban terpaksa harus kabur menyelamatkan diri. Tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak juga semakin meningkat di wilayah-wilayah kekuasaan Taliban. Saat ini, udah ada lebih dari 180 orang yang terbunuh dan lebih dari seribu orang terluka akibat dari perang ini.
Ok, now does the UN say anything about this?
Of course. UN Humanitarian Chief Martin Griffith bilang kalo PBB super duper khawatir sama kondisi di Afghanistan sekarang. Doi bilang kalo rasio terbunuhnya anak-anak dan perempuan ini tinggi banget selama perang terjadi, dan basic survival mereka rendah banget. Mereka bakal mencoba apapun yang mereka bisa in their power to stop all of this.
Got it. Anything else?
Negara-negara tetangga kayak Rusia dan Pakistan udah mulai concerned ni guys. Soalnya, Taliban mulai menduduki wilayah-wilayah perbatasan, dan mereka takutnya bakal ada kerusuhan masuk di negara mereka sendiri juga. Selain itu, banyak banget negara-negara di Eropa yang menolak refugees dari Afghanistan karena takut berurusan sama Taliban.