Waktu yang Dibutuhkan Untuk Mengurangi Kesenjangan Gender Menjadi 135,6 Tahun Akibat Corona

384

What’s getting more concerning amidst the pandemic?

Global Gender Gap aka Kesenjangan Gender Global.
 
What do you mean? 
Jadi berdasarkan Laporan Global Gender Gap-nya the World Economic Forum yang baru aja dirilis kemarin guys, baru aja diketahui bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan gender di tingkat global bertambah hingga 36 tahun gara-gara corona. Jadi, dari yang awalnya 99,5 tahun di laporan tahun lalu, bertambah jadi 135,6 tahun di tahun ini.
 
Gimana sih maksudnya.
Well, raise your hand kalo kamu merasa bahwa ada kesenjangan antara perempuan dan laki-laki di lingkunganmu. Kesenjangan ini bisa dalam hal karier (cewek lebih lama naik jabatannya, atau lebih rendah gajinya dibanding cowok), keuangan (cewek gabole kerja, cowok boleh!), kesehatan, pendidikan, dll. Nah, demi mengakhiri kesenjangan ini, akhirnya banyak negara maupun organisasi internasional yang berupaya untuk menciptakan kesetaraan gender, di mana ada peluang yang sama, baik cewek maupun cowok.
 
OOOOH gitu…
Iya gitu, nah tapi karena ada corontjes ini, upaya menciptakan kesetaraan gendernya itu jadi mundur lagi. Dan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai cita-cita kesetaraan gender tadi, karena terhambat corona.
 
Got it. 
Cool. Nah FYI, laporan Global Gender Gap ini didasarkan pada data dari 156 negara, dan berfokus pada empat indikator, yakni: kesempatan ekonomi, kekuatan politik, pendidikan, dan kesehatan. Dari indikator-indikator ini, kemudian negara-negara akan diranking berdasarkan Global Gender Gap Index.  Jadi, setiap indikator tadi dinilai 1 – 100 terus nilainya menunjukkan berapa jarak yang harus ditempuh supaya nggak ada lagi kesenjangan gender di negara-negara tersebut.
 
Ok, and the results? 
Not so good. Yha emang sih, dalam hal indikator pendidikan dan kesehatan, kondisinya membaik, tapi indikator lainnya memprihatinkan. Adapun hal yang masih menjadi tantangan adalah partisipasi politik perempuan dan kesempatan ekonomi.  FYI, di tingkat global, perempuan hanya menduduki 26,1 % kuota di parlemen, dan 22,6% di posisi kementerian, dan butuh waktu sekitar 145 tahun untuk menutup kesenjangan yang ada. Meanwhile,
Advertisement
 di bidang ekonomi, butuh waktu sampai tahun 2288 untuk mengatasi economic gender gap-nya. 
 
How about the rankings? 
Well, negara-negara Nordic, kayak Islandia, Finlandia, Norwegia, dan Swedia berada di ranking paling atas. Terus, negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah negara-negara dengan gender gap yang terbesar dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari partisipasi perempuan di sektor ekonomi yang hanya 31 persen.
 
Now, talking about the pandemic…
Nah, kamu mungkin bertanya-tanya, kok bisa sih, pandemi bikin kesenjangan gender makin lebar? Hal ini karena menurut Saadia Zahidi, Managing Director of the World Economic Forum (WEF), sektor-sektor yang dibatasi ketika pandemi adalah sektor-sektor yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan, for examples, sektor retail, perhotelan, serta pendidikan. Alhasil, banyak perempuan di sektor-sektor ini yang dirumahkan.  Terus, perkembangan digitalisasi dan automasi juga bakal berdampak kepada perempuan kelas menengah.
 
I see, terus gimana? 
Menurut Saadia, pemerintah dan perusahaan perlu membangun kembali perspektif gender equality-nya. Selama ini, banyak pihak yang menganggap gender equality sebagai hal yang bisa diatasi ‘nanti’.  Nah, menurut Saadia, justru gender equality harus diatasi dalam proses recovery/pemulihan, bukan nanti.  Here’s the report if you want to dig more.
Advertisement