Pemerintah Menolak Hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat versi Deli Serdang, Waktu yang Dibutuhkan Untuk Mengurangi Kesenjangan Gender Menjadi 135,6 Tahun Akibat Corona, Sanksi Denda dan Penjara Jika Tidak Lapor SPT Pajak, Donald Trump Meluncurkan Website Sendiri Setelah Akun Media Sosialnya Dilarang Aktif Secara Permanen

495

Good morning!

 
It’s Thursday again, and for some of you, it might feel like weekend already. Long weekend is coming and whatever plan you have to enjoy it, please always follow the health protocol. No newsletter and podcast tomorrow, so instead you can sleep. Or go for a run, or have a fun virtual night with your besties. See you again on Monday!

For when you’ve been hearing a lotttt about the Democrat drama…

Here’s finally (and probably) the end of it.
 

Tell me.
Ok. Jadi kemarin, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly akhirnya mengumumkan bahwa pemerintah menolak hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat versi Deli Serdang.

Emang ada berapa versi?
Ada dua, kan guys. Yang dipimpin sama Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hasil kongres di Jakarta tahun lalu, dan yang dipimpin sama Ketua Umum Moeldoko yang dihasilkan dari Kongres Deli Serdang bulan lalu.
 
Hah kok bisa ada dua?
Yha makanya rame kan. Jadi awalnya tuh, sejak Februari tahun ini, Ketua Umum Partai Demokrat, Mas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan bahwa ada gerakan politik yang mau ‘mengkudeta’ dan mengambil alih Partai Demokrat. Mereka menyebut bahwa pihak yang mau mengkudeta adalah orang istana aka Pak Moeldoko, yang merupakan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP). Waktu itu, Mas AHY juga sempet minta Pak Jokowi klarifikasi, secara Pak Moeldoko menterinya beliau. Tapi ga dibalesFast forward…ternyata Kongres Luar Biasanya jadi ugha.
 
Whoaaa…
Yep, kongres ini digelar oleh kubu Demokrat yang dipecat sama AHY, kayak Johnny Allen, Marzuki Alie, Max Sopacua, dll. Nah KLB ini digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara dan menghasilkan Pak Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. BTW guys, kalo kamu pengen denger lebih lanjut penjelasan soal kongres ini, kamu bisa cek podcast kita ini.
 
OK lanjut…
Nah menanggapi KLB ini, Partai Demokrat Kubu AHY ga terima dong. menurut mereka, KLB versi Deli Serdang nggak sesuai sama AD/ART partai, illegal dan nggak sah. Terus, Mas AHY juga meminta kepada Presiden Jokowi dan Menteri Hukum dan HAM untuk nggak mengesahkan kepengurusan partai Demokrat versi KLB tersebut. Meanwhile, kubu Pak Moeldoko langsung gercep mendaftarkan kepengurusannya ke Kemenkumham.
 
Tapi kenapa harus daftar ke Kemenkumham?
Yha karena kan kepengurusan partai itu harus disahkan sama negara guys, dan dalam hal ini, negaranya diwakili oleh Kementerian Hukum dan HAM yang dipimpin sama Pak Yasonna Laoly. Pengesahan dari Kemenkumham ini juga yang bakal menentukan ke depannya kalo partai mau ikutan pemilu, mengadakan kegiatan, dll.
 
I see… terus hasilnya?
Hasilnya kemarin, Kemenkumham mengumumkan bahwa pihaknya menolak hasil KLB Deli Serdang karena dokumen-dokumen syaratnya nggak lengkap. Menurut Pak Yasonna, dokumen yang dimaksud adalah mandat dari para pengurus Partai Demokrat di daerah. Selanjutnya, Pak Yasonna juga bilang bahwa hasil kongres Partai Demokrat tahun 2020 (yang menjadikan AHY ketum) sebagai dasar menolak hasil KLB kubu Moeldoko.
 
Ouch, go on…
Lebih lanjut, Pak Yasonna juga menyindir pihak-pihak yang selama ini menganggap pemerintah ikut campur dalam kisruh Partai Demokrat. Menurut beliau, hal ini nggak bener dan pemerintah nggak ada tuh, campur tangan mau memecah belah partai politik. Selain itu, Pak Yasonna juga menegaskan bahwa dokumen Partai Demokrat versi Moeldoko nggak akan diproses lagi, aka kandas.
 
I see, terus gimana? 
Menanggapi keputusan ini, kubu AHY happy banget dan bilang kalau nggak ada dualisme kepemimpinan di internal partainya, dan Ketum yang sah adalah AHY. Sedangkan pengurus Demokrat versi Deli Serdang Marzuki Alie bilang bahwa doi udah tahu hasil keputusannya dan siap kalah. Selain itu, kubu Moeldoko juga belom bilang nih, mereka mau ngegugat keputusan Kemenkumham ke pengadilan apa enggak.

What’s getting more concerning amidst the pandemic?

Global Gender Gap aka Kesenjangan Gender Global.
 
What do you mean? 
Jadi berdasarkan Laporan Global Gender Gap-nya the World Economic Forum yang baru aja dirilis kemarin guys, baru aja diketahui bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan gender di tingkat global bertambah hingga 36 tahun gara-gara corona. Jadi, dari yang awalnya 99,5 tahun di laporan tahun lalu, bertambah jadi 135,6 tahun di tahun ini.
 
Gimana sih maksudnya.
Well, raise your hand kalo kamu merasa bahwa ada kesenjangan antara perempuan dan laki-laki di lingkunganmu. Kesenjangan ini bisa dalam hal karier (cewek lebih lama naik jabatannya, atau lebih rendah gajinya dibanding cowok), keuangan (cewek gabole kerja, cowok boleh!), kesehatan, pendidikan, dll. Nah, demi mengakhiri kesenjangan ini, akhirnya banyak negara maupun organisasi internasional yang berupaya untuk menciptakan kesetaraan gender, di mana ada peluang yang sama, baik cewek maupun cowok.
 
OOOOH gitu…
Iya gitu, nah tapi karena ada corontjes ini, upaya menciptakan kesetaraan gendernya itu jadi mundur lagi. Dan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai cita-cita kesetaraan gender tadi, karena terhambat corona.
 
Got it. 
Cool. Nah FYI, laporan Global Gender Gap ini didasarkan pada data dari 156 negara, dan berfokus pada empat indikator, yakni: kesempatan ekonomi, kekuatan politik, pendidikan, dan kesehatan. Dari indikator-indikator ini, kemudian negara-negara akan diranking berdasarkan Global Gender Gap Index.  Jadi, setiap indikator tadi dinilai 1 – 100 terus nilainya menunjukkan berapa jarak yang harus ditempuh supaya nggak ada lagi kesenjangan gender di negara-negara tersebut.
 
Ok, and the results? 
Not so good. Yha emang sih, dalam hal indikator pendidikan dan kesehatan, kondisinya membaik, tapi indikator lainnya memprihatinkan. Adapun hal yang masih menjadi tantangan adalah partisipasi politik perempuan dan kesempatan ekonomi.  FYI, di tingkat global, perempuan hanya menduduki 26,1 % kuota di parlemen, dan 22,6% di posisi kementerian, dan butuh waktu sekitar 145 tahun untuk menutup kesenjangan yang ada. Meanwhile, di bidang ekonomi, butuh waktu sampai tahun 2288 untuk mengatasi economic gender gap-nya. 
 
How about the rankings? 
Well, negara-negara Nordic, kayak Islandia, Finlandia, Norwegia, dan Swedia berada di ranking paling atas. Terus, negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah negara-negara dengan gender gap yang terbesar dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari partisipasi perempuan di sektor ekonomi yang hanya 31 persen.
 
Now, talking about the pandemic…
Nah, kamu mungkin bertanya-tanya, kok bisa sih, pandemi bikin kesenjangan gender makin lebar? Hal ini karena menurut Saadia Zahidi, Managing Director of the World Economic Forum (WEF), sektor-sektor yang dibatasi ketika pandemi adalah sektor-sektor yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan, for examples, sektor retail, perhotelan, serta pendidikan. Alhasil, banyak perempuan di sektor-sektor ini yang dirumahkan.  Terus, perkembangan digitalisasi dan automasi juga bakal berdampak kepada perempuan kelas menengah.
 
I see, terus gimana? 
Menurut Saadia, pemerintah dan perusahaan perlu membangun kembali perspektif gender equality-nya. Selama ini, banyak pihak yang menganggap gender equality sebagai hal yang bisa diatasi ‘nanti’.  Nah, menurut Saadia, justru gender equality harus diatasi dalam proses recovery/pemulihan, bukan nanti.  Here’s the report if you want to dig more.

What’s screaming “You’re an adult!” louder than punya KTP?

Lapor SPT. Yep, turning 17 and finally owning a KTP is good, but have you successfully lapor SPT?
 
Yea, I have. Last week.
Congratulations, you’re now officially an adult. And if you need some update, jadi kemarin itu merupakan hari terakhir kamu untuk melaporkan pajakmu. Dan menurut Dirjen Pajak Kemenkeuso far udah ada 10,78 juta Wajib Pajak (WP) yang udah melaporkan surat pemberitahuan (SPT)-nya. Whoa!!
 
I need some background please. 
Ok. Jadi SPT itu adalah surat keterangan yang yang di-submit
Advertisement
 oleh Wajib Pajak (WP) untuk melaporkan berapa total pajak yang harus si WP bayar.  Nah, WP ini bisa jadi orang individu, bisa juga badan usaha.  Belakangan ini banyak yang sibuk melaporkan SPT-nya karena deadline pengumpulan SPT Tahunan PPh WP OP Tahun 2020 dari Kemenkeu adalah per kemarin (untuk individu). Sementara itu, deadline pelaporan untuk badan usaha adalah 30 April 2021.
 
Oh I see, go on… 
Nah, menurut Kepala Subdit (kasubdit) Humas Ditjen Pajak Kemenkeu, Ani Natalia, per kemarin, udah ada 10,78 juta WP yang mengirimkan laporan SPT-nya. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan jumlah WP tahun lalu, yaitu 8,91 juta aja. Terus, pelaporan SPT pajak adalah hal yang wajib, jadi, kalau kita belum melaporkan, bakal ada sanksinya.
 
Wah, apaan tuh sanksinya? 
Bisa denda sampai pidana gengs. Jadi berdasarkan UU tentang Perpajakan, sanksi kalo nggak lapor SPT adalah sebesar Rp100 ribu untuk SPT Tahunan WP OP dan Rp1 juta untuk SPT Tahunan WP Badan.  Jumlah sanksinya juga bisa nambah kalau terlambat juga bayar dendanya. Adapun penambahan dendanya ini diukur berdasarkan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), plus 5 persen dan dibagi 12 bulan.  FYI, sebelumnya cuma 2 persen, tapi aturan barunya diganti menjadi 5 persen.
 
Terus kalo hukuman pidananya? 
Nah, adapun pidananya adalah sanksi penjara minimal enam bulan dan maksimal enam tahun.  Sanksi ini berlaku untuk orang yang dengan sengaja nggak melaporkan SPT-nya, atau keterangan/isinya nggak benar, atau nggak lengkap, dan menyebabkan kerugian pendapatan negara.  Terus, dendanya juga ada, yaitu minimal dua kali jumlah pajak terutang, dan paling banyak empat kali jumlah pajak terutang.
 
I see, anything else? 
Pelaporan SPT bisa dilakukan secara online maupun manual (datang langsung ke kantor pajak). If you need more info, check here, dan segera laporkan pajakmu kalau emang belum gengs.

Who’s singing “guess who’s back? back again?”

Eminem?
Nope, Donald Trump. Serius guys, jadi kemarin, mantan Presiden Amerika Serikat yang super kontroversial itu baru aja back online, setelah tahun lalu, di masa-masa menjelang akhir kepemimpinannya, Trump di-ban oleh berbagai platform media sosial kayak Twitter dan Facebook. Nah, kayak kamu yang juga ga betah lama-lama offline, Trump juga akhirnya meluncurkan website-nya sendiri, bernama www.45office.com yang dikelola bersama sang istri, Melania Trump. Dalam website-nya itu, kamu bisa menemukan bio-nya Trump dan Melania yang panjaaang banget dan menjelaskan secara detail terkait profil keduanya. Selain itu, ada juga galeri foto-foto, keterangan kegiatan, press release, hingga kolom isian kalo kamu mau mengundang Trump ke acaramu.
 
FYI guys, emang sejak Januari lalu, gara-gara kerusuhan di Capitol Hill yang menewaskan lima orang, postingan-postingannya Trump di sosmed dinilai memprovokasi para pendukungnya, hingga banyak platform media sosial yang mem-ban profil Trump secara permanen.
 
For when you reallllly have to be careful with your social media posts…

“Dilarang mudik, ini masih pandemi,”

 
Gitu kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kepada para pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan BUMN yang berniat untuk mudik pas libur lebaran tahun ini. Hal tersebut disampaikan sama Pak Tito pas meghadiri program vaksinasi massal di Stadion Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Pak Tito juga bilang bahwa aktivitas mudik dikhawatirkan bikin penyebaran Covid-19 naik lagi, padahal pemerintah lagi berupaya menggalakkan program vaksinasinya.
 
At least, another year of avoiding “kapan nikah?” question…

Catch Me Up! Recommendations

Meditation is good for your mind and body, we know, but if you’re just a beginner, and find it difficult to meditate, you might need these tips.

Announcement


Terima kasih buat Bernad Siadari dan Ghif yang udah nraktir kami kopi kemarin!

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click here. Dengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kami kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)


Angel’s Stories

1. “Pay It Forward”. Pertama kali aku denger kalimat itu dari film yang berjudul “Pay It Forward”. Punya arti bahwa, jika kita diberi kebaikan dari orang, balasnya bukan dengan membalas kebaikan orang tersebut, melainkan membalas ke orang lain. Mungkin bisa dibilang, “membalas kebaikan berantai”. Misal, A memberi kita makanan, nah kita membalasnya bukan dengan memberi makan A juga, melainkan memberi makan B, C, D, sampai Z. Poinnya adalah, membalas kebaikan ke orang lain. Yuk, kita sama-sama berbuat baik terhadap sesama…
-@Rulioctaviana-
 
2. Aku baru pindah kantor di bulan ini dan menurutku ini merupakan keputusan yang besar banget yang kuambil, karena aku ada planning untuk menikah dua bulan lagi (doain yaa mentemen!), yang mana kalo aku pindah kan berarti aku belum punya jatah cuti, THR-ku pasti pro rate, dan gambling banget nih untuk culture kantor dan workload-nya. Tapi untungnya, aku punya senior dan temen yang baik-baik banget. Bener-bener aku ngerasa pindah kantor ini merupakan “rezeki nikah”ku. Tiap pagi ditanyain kabarnya, ada health concern atau engga, setiap di-assign kerjaan pasti pake kata-kata “tolong” dan “makasih”, bahkan tiap hari seniorku bilang “terima kasih untuk koordinasinya” dan “maaf kalo hari ini ada salah-salah” di sore hari sebelum kita pulang. Ga cuma itu, setiap kita submit kerjaan pasti banget dibilang “good job” “keep it up”, dan pernah aku sempet ada salah sampe aku ga enak banget padahal dia udah ngasih brief cukup jelas, dan dia malah bilang, “Nooo, gausah ga enakan gitu. We’re progressing kok!” :’) Appreciative and supportive working environment do exist yah ternyata. Makasih banyak senior dan temen2 kantor barukuu! semoga kalian sehat-sehat selalu!
-SR-
 
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. You can also check our previous angel stories on our angel’s Instagram. Go go go!
 
Advertisement