114 Orang Tewas Ketika Mengikuti Demo di Myanmar pada Hari Sabtu Kemarin

355

“Things are getting worse in Myanmar…”

Says the United Nations (UN). 

 
Really? 
Yep, parah guys. Jadi Minggu kemarin, dua pejabat PBB mengecam junta militernya Myanmar gara-gara aksi protes yang ‘berdarah-darah’ aka parah banget per Sabtu (27/3) kemarin.
 
What happened? 
Jadi pada hari Sabtu kemarin, ada sekitar 114 orang yang tewas ketika mengikuti demo di 44 kota di Myanmar. Ini adalah angka korban terbanyak dalam satu hari sejak gelombang protes terjadi sejak Februari lalu.
 
Bentar, ini masih aksi yang menolak militer itu?
Yep, smart cookie. A quick review, jadi pada Februari itu, Pemerintah Myanmar yang sah terpilih, dikudeta sama junta militer Myanmar karena menurut para junta militer, pemilihan umum yang diadakan pada November tahun lalu curang. Karena kecurangan inilah, para junta be lyke “Lemme take over the government!” dan menjadikan diri mereka sebagai pemimpin legit di Myanmar. Meanwhile, pemerintahan resmi yang dipilih pake pemilu dan dipimpin oleh Aung San Suu Kyi justru ditahan, dengan berbagai dugaan, salah satunya karena mengimpor walkie talkie.
 
Go on…
Yha karena para pejabat sahnya diturunkan secara paksa begitu, warga Myanmar kemudian turun ke jalan untuk memprotes para junta dan menuntut supaya pemerintah sahnya kembali menjabat. This is where things got deadly…
 
How deadly?
Well, menurut update dari lembaga non-profit Assistance Association for Political Prisoners, setidaknya ada 423 orang yang tewas di Myanmar sejak terjadinya kudeta militer per awal Februari kemarin. Pelapor khusus PBB juga bilang bahwa Myanmar sedang melakukan ‘pembunuhan massal’ dan mengimbau ke negara-negara lain untuk ‘mengisolasi’  junta militer Myanmar aja. Hal ini karena walaupun udah menuai banyak kecaman dari dunia internasional, namun junta militer ini tetap kekeuh menggunakan kekerasan dalam membendung para demonstran.
 
Oh no…
Yep, tekanan juga datang dari PBB yang baru aja mengeluarkan pernyataan bersama yang meminta militer Myanmar untuk “immediately stop killing the very people it has the duty to serve and protect.”   In other words
Advertisement
, “Segera berhenti membunuh warga sendiri, karena mereka justru harusnya dilindungi”.
 
Separah itu? 
Yep, parah banget emang. Jadi kemarin ni guys, pihak keamanan Myanmar juga sampai angkat senjata ke orang-orang yang lagi berkumpul untuk ikut pemakaman warga yang terbunuh di hari sebelumnya, tepatnya di Bago (dekat Yangon).  Menurut salah satu warga yang ikut prosesi pemakaman tersebut, ketika tengah dilakukan kegiatan, tiba-tiba pihak keamanan datang dan langsung menembak para hadirin yang hadir. Warga pun langsung bubar untuk menyelamatkan diri. Ternyata guys, aksi kayak gini ga hanya ditemukan di Bago, tapi juga di kota-kota lain hingga menjatuhkan banyak korban, termasuk anak-anak.
 
Geez…so what now? 
So far, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa udah mengecam kekerasan yang terjadi Sabtu kemarin. Terus, UN Special Rapporteur Tom Andrews juga mengatakan bahwa udah waktunya dunia mengambil tindakan, bisa jadi melalui UN Security Council (Dewan Keamanan PBB) atau pertemuan darurat internasional. Menurutnya, junta militer harus diputus aksesnya terhadap dana, seperti keuntungan dari oil and gas, dan akses terhadap senjata.
 
OK. Anything else?
Andrews juga menambahkan bahwa situasi di Myanmar berisiko bagi kelompok-kelompok rentan di Myanmar, termasuk kelompok minoritas seperti Rohingya. Menurut mereka, komunitas internasional mempunyai tanggung jawab untuk melindungi warga Myanmar dari kejahatan.
Advertisement