Who’s getting ready for elections?
Who?
You read it right. Palestina. Jadi Senin lalu, dua kelompok politik yang merupakan rival di negara tersebut, yaitu Hamas dan Fatah abis ketemuan di Kairo dan setuju untuk menggelar pemilu di Palestina pada tahun ini. Hal ini kemudian jadi momen bersejarah, secara dalam 15 tahun terakhir, nggak pernah tuh, ada pemilu-pemiluan di Jerussalem, Gaza, dan West Bank.
Terus isi persetujuannya gimana?
Well, selain setuju untuk menggelar pemilu tahun ini, Hamas dan Fatah juga bilang bahwa mereka janji bakal menghormati hasil pemilunya no matter what’ll happen.
Tell me again, who’s who?
OK. So everyone, meet: Kelompok Fatah, yang merupakan kelompok nasionalis, dan Hamas, yang merupakan kelompok pergerakan Islam. Jadi keduanya punya basis pendukung yang berbeda-beda, di mana Fatah didukung sama warga Palestina yang ada di West Bank, dan Hamas banyak didukung oleh masyarakat di Gaza. FYI, Presiden Palestina sekarang, Mahmud Abbas, berasal dari Kelompok Fatah.
I see…
Balik lagi ke pemilu, jadi kesepakatan antara dua faksi ini dilakukan di Cairo sejak Senin (9/2) kemarin. Selain itu, dibahas juga berbagai teknis pemilihan dan jadwalnya, jadi udah deal nih, bahwa pemilu legislatifnya bakal digelar pada 22 Mei, dan pemilihan presiden pada 31 Juli.
Oh gitu…terus?
Terus, keduanya juga setuju untuk membentuk yang namanya “election court” yang terdiri dari hakim-hakim perwakilan dari West Bank, Gaza, dan East Jerusalem yang akan bertugas untuk menangani sengketa-sengketa terkait pemilu tersebut. Selain itu, penjagaan polisi juga bakal diadakan, di mana Polisi Fatah bakal menjaga lokasi-lokasi pengambilan suara di West Bank, dan Polisi Hamas di Gaza.
I see, anything else?
Pada pemilu ini, rencananya Presiden Abbas bakal mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden. Selain itu, banyak pihak yang menilai bahwa gelaran pemilu tahun ini merupakan upaya Abbas untuk menunjukkan pada Presiden baru Amerika Serikat, Joe Biden bahwa Palestina juga demokratis, kok. Hal ini tentunya penting untuk memperbaiki hubungan Palestina sama AS, mengingat di eranya Trump, pemerintahan AS agresif banget dukung Israel dan bikin hubungan AS sama Palestina makin terpuruk.