Pemerintah Terapkan Kembali PSBB Di Pulau Jawa dan Bali, China Tolak Kedatangan Peneliti Covid-19 Dari PBB, Israel Menuai Kritik Dari Amnesty International Terkait Pemberian Vaksin Corona, Warga New Zealand Hadiri Konser dan Pesta Tahun Baru Tanpa Social Distancing.

880

Good morning,

Rise and shine! We are thiiiiis close to the weekend. Although there was not much to do in the past one year (thx, corona), we are always excited to welcome our favorite Friday’s Pause edition. It feels like an oasis in this weird and crazy period, so don’t forget to shoot us your recommendations here. Yep, we want to know what TV series that you are obsessed on lately. See you tomorrow!

For when you thought 2021 would be different…

Not yet y’all, Pembatasan Sosial Berskala Besar is back. 
Hah? Serius? 
Yep. Kemarin, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Pak Airlangga Hartarto bilang bahwa pemerintah bakal mulai menerapkan kembali PSBB di seluruh Pulau Jawa dan Provinsi Bali.
Gara-gara korontjes?
Yep, apa lagi beb. Jadi PSBB-nya ini bakal berlangsung sejak 11 Januari nanti sampe 25 Januari 2021.
 
Terus kenapa cuma berlaku lagi di Jawa dan Bali?
A few reasons, jadi kata Pak Airlangga sih, PSBB ini hanya berlaku di Pulau Jawa dan Provinsi Bali karena keduanya memenuhi salah satu dari empat parameter yang ditetapkan, yakni: tingkat kematian di atas rata-rata kematian nasional, tingkat kesembuhan di bawah nasional, kasus aktif 14 persen di bawah kasus aktif nasional, dan kapasitas RS yang terisi di atas 70 persen.
I see, terus apa aja yang dibatasi? 
  • Jumlah karyawan yang kerja di kantor (jadi 75 persen WFH),
  • Sekolah online.
  • Jam operasional pusat perbelanjaan dibatasin sampai jam 19:00 dan tempat makan maksimal diisi dengan kapasitas 25 persen. Sedangkan sektor esensial yang memenuhi kebutuhan pokok tetap beroperasi 100 persen dengan menerapkan protokol kesehatan.
  • Proses konstruksi boleh beroperasi 100 persen dengan protokol kesehatan.
  • Tempat ibadah masih boleh dibuka, tapi dibatasi 50 persen kapasitasnya.
  • Fasilitas umum dan kegiatan sosial budaya dihentikan sementara.
  • Jam operasional moda transportasi diatur ulang.
I just don’t understand kenapa kita ada PSBB lagi…
Yha karena kasus positif Covid-19 bertambah terus. Dalam keterangannya kemarin, Presiden Jokowi bilang kalau kasus aktif di kita tercatat udah lebih dari 110 ribu di bulan Desember 2020 kemarin, padahal di bulan November angkanya ada di 54 ribu.  FYI, total jumlah kasus di Indonesia saat ini udah mencapai 788.402 kasus, dengan kasus aktif 112.593 kasus per Rabu (6/1). So far, total yang meninggal ada 23.296 kasus, dan 652.513 orang yang sembuh.
 
I also heard things about…lockdown?
Yep, Pak Jokowi juga kemarin sempet membahas soal lockdown. Menurutnya, beberapa negara lain kayak London, Tokyo dan Bangkok udah melakukan lockdown, dan kondisi di tanah air sekarang juga jadi catatan jangan sampe terjadi lonjakan yang sangat drastis sehingga kita dipaksa untuk melakukan hal yang sama.
 
Is it gonna affect the economy, though?
The PSBB? Absolutely. Menurut ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet, kebijakan PSBB ini diprediksi bakal bikin ekonomi domestik minus pada tiga bulan pertama tahun ini, tapi yha gpp, karena kalo dipaksain tetap beraktivitas normal dengan kedisiplinan yang rendah, khawatirnya yang dikorbankan justru ekonomi satu tahun penuh. Gitu katanya.
Amen. Anything else? 
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bilang bahwa pihaknya nggak bakal memberlakukan PSBB di seluruh wilayah, tapi cukup di daerah yang zona merah aja, yaitu di Semarang Raya, Solo Raya dan Banyumas Raya.  Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana menilai kalau wilayahnya juga nggak perlu menerapkan PSBB karena tingkat penularan covid-19 di Surabaya udah menurun dan masuk ke zona kuning dan oranye. Sedangkan di DKI Jakarta, Pak Wagub Riza Patria meminta pemerintah supaya bikin kebijakan PSBB yang seragam di seluruh Jabodetabek (nggak Jakarta aja), karena dari pengalaman yang udah-udah, walaupun Jakartanya PSBB tapi wilayah penyangganya enggak, maka hasil kebijakannya nya jadi nggak efektif.

For when you’re stuck in transit…

UN scientists can relate. 

 
What happened?
Jadi baru-baru ini, diketahui bahwa China menolak kedatangan para peneliti dari PBB yang akan meneliti terkait asal mula ditemukannyaa wabah Covid-19. Hal ini disampaikan sama Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya Selasa lalu.
 
HAH beneran?
Yep, beneran. Kata Mr. Tedros, jadi awalnya tuh ada dua orang peneliti dari PBB yang udah berangkat dari negara asalnya ke Wuhan, China untuk melakukan investigasi. Namun mereka nggak dikasih masuk sama otoritas China, padahal PBB udah kontekan sama pihak China soal kedatangan ini. Terkait insiden ini, Tedros pun bilang bahwa dia kecewa banget….
 
I can imagine the feeling…
Rite. Nah, ditambahkan oleh executive director program health emergencies-nya WHO dr. Michael Ryan, memang ada masalah sama visa dari dua orang scientist jadi. Jadinya, satu peneliti udah langsung balik lagi ke negaranya, sedangkan yang satu lagi masih nunggu sambil transit di negara lain.
Emang penelitiannya harus di China banget?
Iya beb, karena kan virusnya awal mula terdeteksi di sana. Jadi emang WHO udah kontekan dari awal sama pemerintah China untuk ngasih izin ke peneliti-penelitinya supaya bisa berkunjung ke lokasi-lokasi penting di di Wuhan. Penelitian ini dilakukan atas permintaan dari 100 negara yang sepakat untuk mengadakan penyelidikan independen atas China. Terkait insiden ini, Dr. Ryan dan tim peneliti berharap permasalahan visanya cuma masalah birokrasi aja dan pihaknya bakal menunggu sampai masalahnya bisa segera diatasi.
Terus, ada keterangan dari pihak China gak?
Ada. Menurut Jubir Kemlu China Hua Chunying, China justru “selalu terbuka, transparan dan mempunyai sikap yang bertanggungjawab” kok, dalam menyelidiki asal usul virus corona.  Dia juga bilang bahwa selama ini, China udah beberapa kali menyambut ahli-ahli WHO di negaranya dan kedua pihak juga udah saling interaksi melalui empat rapat online antara Oktober dan Desember 2020.
 
Got it. Anything else I should know?
Well, actually since the pandemic first appeared, China has been in the hot water karena dianggap nggak melaporkan pandemi ini sejak awal ke komunitas internasional sehingga bikin wabahnya keburu menyebar kayak sekarang. Seruan datang paling kenceng dari Amerika Serikat, di mana presiden Trump berkali-kali bilang bahwa “China virus” ini datang dari China dan pemerintah di sana terlalu ngegampangin penyebarannya sampe yha udah telat.

What got you thinking “sounds so unfair….”?

Palestinians are being left out from the Covid-19 vaccinations…
 
Maksudnya?
Yha warga Palestina nggak dikasih vaksin guys. Jadi dalam keterangan dari organisasi HAM Amnesty International yang dirilis kemarin, Israel menuai kritikan karena hanya memberikan vaksin buat warganya aja, tapi nggak memvaksin warga Palestina yang tinggal di wilayah-wilayah yang diduduki sama Israel, kayak di Jalur Gaza dan West Bank.
 
DIH KOK BISA?
Yha bisa. Jadi a little background here, sejak 23 Desember lalu, Pemerintah Israel udah mulai melakukan proses vaksinasi untuk warganya. Sejauh ini, Israel udah memvaksin sekitar sepersepuluh dari populasinya, dan bikin Israel menjadi negara terdepan yang paling banyak memvaksin warganya dibanding negara-negara lain. Tercatat, Israel udah melakukan vaksinasi lebih dari 150.000 orang per hari, dan udah lebih dari 1 juta penduduknya yang divaksin. FYI, jumlah populasi Israel ada sekitar 9 juta orang.
 
Impressive…
Yep, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu juga bilang bahwa negaranya bisa jadi satu negara yang paling pertama bangkit dari Covid-19. Selain itu, healthcare di Israel juga udah maju banget guys, di mana sejak vaksinnya nyampe, mereka udah secara cepat memvaksin warganya di berbagai tempat kayak sports center dan squares. Prioritas yang divaksin duluan emang orang-orang yang berusia di atas 60 tahun, nakes, dan orang-orang beresiko tinggi, meanwhile, orang-orang yang lebih sehat dan muda biasanya dateng kemudian dan kadang dikasih bonus tambahan vaksin untuk menghindari terbuangnya vaksin yang nggak kepake.
 
WOW banget.
Yep, but, dalam memberikan vaksinnya itu, Israel pilih-pilih. Mereka hanya mendistribusikan vaksin buat warga Israel yang Yahudi, dan nggak menyalurkannya buat warga Palestina. Lebih jauh, Amnesty menyebut bahwa meski Israel juga ngirimin vaksin ke wilayah yang mayoritas ditinggali warga Palestina (kayak Jalur Gaza dan West Bank), namun yang dikasih vaksinnya yha cuma warga Jewish-Israelian aja. Atas aksinya ini, Amnesty International menyebut bahwa Israel bertindak diskriminatif.
I agree.
Us too. Nah lebih jauh, Amnesty juga menyebut bahwa so far, pemerintah Israel juga belum memformulasikan secara publik program vaksinasi buat warga Palestina yang berada di bawah kontrolnya. Jadi belum ada keterangan mau ngasih jumlah dosisnya berapa, kapan mau dikasih, nothing. Karenanya, Israel didesak untuk segera menyalurkan vaksin buat warga Palestina.
 
Tapi emang kenapa harus Israel yang ngasih vaksin?
Yha secara mereka merupakan occupying power di wilayah pendudukan Palestina-Israel. Jadi menurut aturan hukum humaniter internasional, Israel lah yang harus menyediakan sarana dan prasarana kesehatan fisik maupun mental pada warga yang didudukinya secara tidak diskriminatif.
Terus gimana 🙁
Yha so far, Pemerintah Palestina emang nggak bisa membiayai sendiri vaksinnya, jadi mereka cuma bisa berharap mendapatkan vaksin melalui programnya WHO yaitu COVAX (Covid-19 Vaccines Global Access) yang emang udah berkomitmen untuk menyediakan vaksin ke 20 persen populasi Palestina. Cuma yha gitu, vaksinnya belum dapet approval WHO dan katanya baru bisa didistribusikan per pertengahan 2021.

For when you spent the NYE at home, watching Netflix…

The Kiwis definitely had a better New Year’s Eve than yours…

Yep guys, karena pada masa liburan tahun baruan kemarin, warga di New Zealand udah bisa menghadiri konser musik tanpa harus social distancing dan pake masker. Jadi  untuk menutup tahun 2020, festival musik tahunan bernama Rhythm and Vines digelar di Gisborne, suatu wilayah di utara New Zealand pada 29-31 Desember 2020 lalu. Ada sekitar 30 ribu warga yang hadir dalam festival ini tanpa harus melakukan protokol kesehatan, secara emang negaranya udah berhasil meng-handle pandemi Covid-19. Nggak cuma bisa nonton live music langsung, para pengunjung juga bisa makan-minum-nongkrong di lokasi tempat digelarnya konser. Hal ini tentu saja berbeda banget sama scene tahun baruan di belahan dunia lain yang harus lockdown demi menghindari penyebaran virus Covid-19.
 FYI guys, selama ini, New Zealand emang kerap kali dipuji atas kemampuannya meng-handle penyebaran Covid-19. Caranya? Yha buru-buru menutup perbatasan, contact tracing, dan memberlakukan nation-wide lockdown ketika kasus yang ditemukan masih sedikit. Alhasil, saat ini kasus positif di NZ udah tinggal kurang dari 80 kasus aja.

“Saya mau jadi ibu rumah tangga aja, Yang Mulia.”

Gitu kata mantan jaksa, Pinangki Sirna Malasari saat menjalani sidang Pengadilan Tipikor di Jakarta kemarin. Jaksa Pinangki disidang karena ketauan menerima uang suap terkait kasus hukum Djoko Tjandra dan melakukan tindak pidana pencucian uang. Terkait kasus yang menjeratnya ini, Pinangki meminta belas kasihan dari majelis hakim biar hukumannya nggak diperberat karena dia masih punya anak kecil. Pinangki juga bilang, dia nggak akan berbuat seperti itu lagi dan mau jadi ibu rumah tangga aja.
 
When you are soooo done with your job…

Catch Me Up! Recommendations

You want to save more money in 2021. We get it. But how? Well, here’s some best money tips you can practice this year.

A thank you note…

Terima kasih buat Seseorang, Novi, NN, Rinawati Eko, Fanie Fikri, Kegan yang udah nraktir kami kopi kemarin!

(Mau ikutan nraktir tim Catch Me Up! kopi? Here, here…just click hereDengan mendukung, kamu nggak cuma beliin kami kopi yang menemani kami nulis, namun kamu juga udah men-support kami untuk terus berkarya dan membuat konten-konten berkualitas yang imparsial dan bebas dari kepentingan. Thank you so much!)

Angel’s Stories

1. Hari Selasa malam aku lagi pulang naik motor. Di jalan menuju kompleks, sekilas liat bocah laki-laki bawa plastik berisi baju, lagi jalan ke tempat laundry. Ada satu buntelan baju yang jatuh, tapi kayaknya anaknya gak sadar. Sepanjang jalan aku kepikiran, “Duh berhenti gak ya? Tapi keburu jauh. Puter balik gak ya? Anaknya udah nyadar belom ya?” Kelamaan ragu sampai deket rumah, lalu aku sadar bahwa aku akan menyesal banget kalau gak balik lagi untuk setidaknya cek buntelan yang jatuh itu masih ada atau enggak. Aku memutuskan untuk balik lagi, dan ternyata masih ada! Aku bawa ke tempat laundry-nya, kata ibunya beberapa menit lalu memang ada anak laki-laki masukin cucian. Akhirnya aku pulang dengan perasaan jauh lebih lega 🙂
-Dhi-
2. Sebulan yang lalu aku mulai balik lagi terapi ke psikolog. Kali ini bukan buat hubungan aku dan orang lain baik, tapi buat diri aku sendiri. Aku ga sadar kalau selama ini toxic yang dikasih mantan aku masih ada. Berasa adem ayem aja kan pas single, eh pas ketemu orang baru, lah kok bermasalah? Ditambah segala rasa sakit hati yang udah numpuk dari belasan tahun lalu ternyata masih ada juga. Kirain udah selesai, ternyata cuma kelupain aja, bukan selesai. Still working on myself supaya jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Bersyukur banget sekarang ditemenin sama orang-orang yang mau paham sama struggle-nya aku, ga judge, malah cuma sabar ngadepin aku yang bisa tiba-tiba kena anxious attack, nangis tiba-tiba, dan segala yang tiba-tiba waktu trigger-nya muncul. Buat temen-temen di luar sana, aku ga tau masalah kamu apa, struggle kamu apa, tapi kamu ga sendiri. Proses tumbuh dan sembuh itu panjang, kadang sakit, banyaknya susah hehe. Tapi kamu bakal sampai kesana 🙂 Semangat!
-yang otw sembuh – bdg-
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. You can also check our previous angel stories on our angel’s Instagram. Go go go!
Advertisement