Pemerintah Korea Selatan Berikan Bonus Untuk Keluarga Yang Punya Banyak Anak

480

For when you’ve been watching too many “We Got Married” episodes…

Yep, we’re talking about the Korean reality show that pair celebrities who pretend to be a married couple…
 
What about it?
Well, It looks like South Korea need more married couples in real life because it is currently experiencing a population drop. 
 
A what?
Population drop, aka pengurangan populasi yang drastis. Jadi guys berdasarkan data sensus penduduk yang dirilis sama Kementerian Dalam Negeri-nya Korea Selatan pada Senin (4/1) kemarin, diketahui bahwa pada tahun 2020 lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, angka kematian di Negeri Ginseng itu lebih banyak dibanding angka kelahiran.
HAH?
Yep, more specifically, jadi tahun kemarin itu jumlah kelahiran di Korsel ada 275.815, namun angka kematiannya mencapai 307.764. Fenomena ini disebut juga “population death cross”, di mana angka kematian melebihi angka kelahiran. Dalam keterangannya, pemerintah setempat juga menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya jumlah populasi justru menurun.
Waah..kok bisa angka kematiannya tinggi? Covid?
Nggak dijelasan sih alasan tingginya angka kematian di Korsel ini gara-gara apa, namun berdasarkan catatannya Johns Hopkins University, ada 981 orang yang meninggal akibat covid-19 di Korsel. Meski nggak directly gara-gara Covid-19, namun para ahli memprediksi bahwa sebenernya pandemi ini juga ngaruh ke rendahnya fertility rate
Advertisement
 di Korsel.
Ngaruh gimana?
Yha kan pandemi ini bikin ekonomi lemah, meaning less job, meaning buat anak-anak muda usia 20-30 tahun, mereka jadi insecure dalam hal keuangan. Ketika dompetnya insecure, tentu mereka juga jadi mikir-mikir lagi untuk nikah atau punya anak.
I see…
Nah lebih jauh, sensusnya tadi juga menemukan bahwa warga Korsel makin “menua”, dengan komposisi 32,7% populasi berada di usia 40 dan 50 tahun, serta hampir seperempat warganya berusia di atas 60 tahun. FYI, selama ini, Korsel juga termasuk negara dengan angka kesuburan terendah di dunia.
 
Well, has the government done anything about this?
Of course. Jadi Pemerintah Korsel udah menerapkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesuburan warganya, misalnya dengan menurunkan jam kerja dari 68 jam/minggu jadi 52 jam/minggu. Terus bulan lalu, pemerintah Korsel juga baru aja merilis rencana kebijakan untuk meningkatkan jumlah populasi selama lima tahun ke depan, termasuk ngasih bonus uang tunai ketika melahirkan, subsidi untuk child care, dan keuntungan tambahan bagi keluarga yang punya banyak anak.
Advertisement