Pak Jokowi: Pinjaman Online Salurkan Dana Melalui Fintech Mencapai Rp.128 Triliun

476

For when you’ve been using Fintech during the 11.11 sale…Almost everyone can relate. 

HE. HE. HE.
Rite? Nah jadi guys, selain ada 11.11 sale kemaren, ternyata para pebisnis di sektor keuangan pada ngumpul di acara Indonesia Fintech Summit 2020. Acaranya dibuka sama Pak Presiden Jokowi, dan dalam sambutannya, beliau bilang bahwa fintech udah ngasih kontribusi yang positif terhadap perekonomian nasional kita.
 
Fintech bukannya kalo ada anak sekolah yang nilainya 9 semua ya…
Itu fintar kak. Nice try. Lanjut ya, jadi Fintech is short for Financial Technology aka berbagai inovasi yang muncul di sektor keuangan. Apa aja yang termasuk ke dalam fintech? Yhaa ada fintech untuk proses pembayaran, pinjaman uang, personal finance (perencanaan keuangan), jual-beli saham, dll. Intinya ya mereka ngasih layanan kayak bank, tapi bukan bank.
I see…
Nah kalo kamu termasuk pengguna jasa ini, khususnya pinjol aka pinjaman online, kamu harus tahu bahwa kata Pak Jokowi, jumlah dana yang udah disalurkan melalui fintech itu gedeeeeee banget yaitu mencapai Rp 128,7 triliun. FYI, angka ini naik 113% dari September 2019 lalu.
Gokil…
Ya gitu guys. Selanjutnya Pak Jokowi juga menyebut bahwa so far, udah ada 89 perusahaan pinjol uang terdaftar di OJK. Totalnya, mereka berkontribusi hingga Rp 9,87 triliun dalam transaksi layanan jasa keuangan Indonesia. Terus, juga untuk total penyaluran fintech equity crowdfunding, kontribusinya hingga mencapai Rp 15,5 triliun.
Whoaaaa that’s a loooooot of money.
Yep. Meski begitu, Pak Jokowi juga menambahkan bahwa meskipun transaksi Pinjol di Indonesia sekarang ini udah banyak banget, namun tingkat literasi keuangan digital di Indonesia masih 35,5 persen. Artinya, masih banyak warga yang kurang paham tentang keuangan digital.  In fact
Advertisement
, masyarakat yang pernah pakai jasa keuangan digital baru 31,26 persen.  Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat tentang produk-produk keuangan juga masih 76 persen.  Angka ini di bawah rata-rata negara tetangga kita yang nilai inklusi keuangannya lebih tinggi, kayak Thailand (82 persen), Malaysia (85 persen), dan Singapura (98 persen).
Hmmm okay…terus? 
Well, rendahnya literasi keuangan inilah yang jadi PR bagi perusahaan-perusahaan Pinjol/Fintech di Tanah Air. Pak Jokowi kemudian meminta supaya para perusahaan Pinjol nggak cuma minjamin uang ke masyarakat, tapi juga ikut berkontribusi untuk meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia.  Harapannya supaya lebih banyak masyarakat yang mengerti tentang produk-produk keuangan digital.
I see, anything else? 
If there’s an opportunity, there are risks, too.  Perkembangan Fintech juga menimbulkan beberapa risiko, kayak kejahatan cyber, misinformasi, transaksi error, hingga penyalahgunaan data pribadi. Apalagi saat ini, regulasi tentang Fintech belum seketat regulasi perbankan. Thus, perusahaan fintech diminta untuk memperkuat tata kelolanya supaya lebih akuntabel dan bisa menghindari risiko-risiko tersebut.  On the other hand, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) meminta pemerintah untuk segera menyelesaikan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.
 
Wondering what a fintech can do? Check it Here.
Advertisement