Pak Jokowi: Pinjaman Online Salurkan Dana Melalui Fintech Mencapai Rp.128 Triliun, Efek Pandemi Merubah Kehidupan Kerja: Perjalanan Bisnis Berkurang, Penelitian oleh Ofsted Di Inggris Anak Usia Dini Kehilangan Skill Dasar.

593

Hi there,

We don’t know what today will bring, but we learned that the more we feel positive in the morning, the more things will turn out great for the rest of the day. So enjoy your morning, take a deep breath, and coffee. Don’t forget your coffee. Have a great day.

For when you’ve been using Fintech during the 11.11 sale…

Almost everyone can relate. 

HE. HE. HE.
Rite? Nah jadi guys, selain ada 11.11 sale kemaren, ternyata para pebisnis di sektor keuangan pada ngumpul di acara Indonesia Fintech Summit 2020. Acaranya dibuka sama Pak Presiden Jokowi, dan dalam sambutannya, beliau bilang bahwa fintech udah ngasih kontribusi yang positif terhadap perekonomian nasional kita.
 
Fintech bukannya kalo ada anak sekolah yang nilainya 9 semua ya…
Itu fintar kak. Nice try. Lanjut ya, jadi Fintech is short for Financial Technology aka berbagai inovasi yang muncul di sektor keuangan. Apa aja yang termasuk ke dalam fintech? Yhaa ada fintech untuk proses pembayaran, pinjaman uang, personal finance (perencanaan keuangan), jual-beli saham, dll. Intinya ya mereka ngasih layanan kayak bank, tapi bukan bank.
I see…
Nah kalo kamu termasuk pengguna jasa ini, khususnya pinjol aka pinjaman online, kamu harus tahu bahwa kata Pak Jokowi, jumlah dana yang udah disalurkan melalui fintech itu gedeeeeee banget yaitu mencapai Rp 128,7 triliun. FYI, angka ini naik 113% dari September 2019 lalu.
Gokil…
Ya gitu guys. Selanjutnya Pak Jokowi juga menyebut bahwa so far, udah ada 89 perusahaan pinjol uang terdaftar di OJK. Totalnya, mereka berkontribusi hingga Rp 9,87 triliun dalam transaksi layanan jasa keuangan Indonesia. Terus, juga untuk total penyaluran fintech equity crowdfunding, kontribusinya hingga mencapai Rp 15,5 triliun.
Whoaaaa that’s a loooooot of money.
Yep. Meski begitu, Pak Jokowi juga menambahkan bahwa meskipun transaksi Pinjol di Indonesia sekarang ini udah banyak banget, namun tingkat literasi keuangan digital di Indonesia masih 35,5 persen. Artinya, masih banyak warga yang kurang paham tentang keuangan digital.  In fact, masyarakat yang pernah pakai jasa keuangan digital baru 31,26 persen.  Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat tentang produk-produk keuangan juga masih 76 persen.  Angka ini di bawah rata-rata negara tetangga kita yang nilai inklusi keuangannya lebih tinggi, kayak Thailand (82 persen), Malaysia (85 persen), dan Singapura (98 persen).
Hmmm okay…terus? 
Well, rendahnya literasi keuangan inilah yang jadi PR bagi perusahaan-perusahaan Pinjol/Fintech di Tanah Air. Pak Jokowi kemudian meminta supaya para perusahaan Pinjol nggak cuma minjamin uang ke masyarakat, tapi juga ikut berkontribusi untuk meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia.  Harapannya supaya lebih banyak masyarakat yang mengerti tentang produk-produk keuangan digital.
I see, anything else? 
If there’s an opportunity, there are risks, too.  Perkembangan Fintech juga menimbulkan beberapa risiko, kayak kejahatan cyber, misinformasi, transaksi error, hingga penyalahgunaan data pribadi. Apalagi saat ini, regulasi tentang Fintech belum seketat regulasi perbankan. Thus, perusahaan fintech diminta untuk memperkuat tata kelolanya supaya lebih akuntabel dan bisa menghindari risiko-risiko tersebut.  On the other hand, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) meminta pemerintah untuk segera menyelesaikan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.
 
Wondering what a fintech can do? Check it Here.

What the “New Normal” has taught you about traveling for business?

That you may not need it anymore. 
 
Whaaaat? Why? 
Yha karena kamu pasti setuju bahwa selama pandemi ini, kamu jadi udah nggak pernah traveling for business lagi (and doing more of…traveling to your kitchen?) tapi kayak, somehow kamu bisa nyelesain kerjaan kamu. Nah bisa jadi, pasca Covid-19 pun kamu jadi nggak perlu traveling for business lagi, karena kamu udah terbiasa, “Can everybody see my screen?” aka pake video conference.  
 
Oh no….
Yep, at least trend inilah yang diprediksi sama perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang masih belum akan melakukan perjalanan bisnis, setidaknya sampai pertengahan tahun 2021. Menurut CEO Delta Airlines Ed Bastian, perjalanan bisnis pasca Covid-19 bisa jadi bakal menurun sampe 10 – 20% dibanding sebelum pandemi, dan hal ini bakal jadi ‘the new normal’.  Dia percaya kalau perjalanan bisnis bakal nge-hits lagi, tapi belum tahu kapan.  FYI, Delta’s business travel revenue turun 85% gengs.
Go on…
Kalau kondisi ini terus berlanjut, maka hal ini akan jadi hal yang buruk buat bisnis hotel, penerbangan, convention centers, dan bisnis-bisnis lain yang bergantung ke business travelers.  Menurut World Travel and Tourism Council, di tahun 2019, total perjalanan bisnis mencapai 21% dari total global travel and tourism, yaitu mencapai US$8,9 triliun.
 
Give me some examples then…
OK. Contohnya kayak perusahaan MBC Group di Dubai, Uni Emirat Arab yang punya 18 stasiun TV. Menurut juru bicaranya Mazen Hayek, mereka nggak yakin bahwa business travels bakal masih dibutuhkan ke depannya, secara ternyata perusahaan tetep bisa deal-deal-an secara efektif sama klien meskipun via video conference. Meanwhile, mereka jadi bisa mengurangi budget perjalanan hingga lebih dari 85%. Same thing as Amazon, yang berhasil menghemat US$1 milyar dari anggaran perjalanan bisnis di tahun ini.
Great for them… 
Yep, but not so great for the airlines industry. Karena ini menambah jajaran perusahaan yang memangkas business travel dengan berbagai alasan. Sebelum pandemi, ada perusahaan kayak ExxonMobil yang mengurangi perjalanan bisnisnya dengan alasan ada penurunan permintaan global terhadap minyak. Begitu juga dengan banyak perusahaan mobil listrik yang mengurangi perjalanan bisnis dengan alasan lingkungan.  As you know, it’s not very eco-friendly kalau kita naik pesawat karena pesawat menghasilkan carbon footprint yang nggak sedikit.
Got it. Anything else? 
Sebenarnya banyak perusahaan yang udah mulai adaptasi dengan kondisi sekarang.  Contohnya, sebuah perusahaan media produksi di Michigan, namanya Cynthia Kay and Co, yang biasanya ngirim karyawannya keliling untuk dan ngambil video buat keperluan shooting klien-klien mereka. Kini, yang mereka lakukan adalah beliin software dan minjemin kamera yang dikirim ke kliennya dan mereka tinggal nge-coach secara online tentang daerah-daerah mana yang mau divideoin.  Guess what? Budget perjalanan bisnis mereka turun hingga 75%, sementara itu their sales are down only 15-20%.  
So? What do you think about the future of business travel?

For when kids have been staying at home for too long…

Advertisement

They may lose some basic skills. 
Not so good news, guys. Jadi menurut penelitian yang dilakukan sama The Office for Standards in Education (Ofsted) di Inggris baru-baru ini, ditemukan kemunduran pendidikan pada anak usia dini yang terpaksa mengikuti stay-at-home orders karena pandemi Covid-19.
Kayak gimana kemundurannya? Well, for starters, Ofsted baru aja mengeluarkan lima laporan tentang temuan-temuan dari hasil kunjungan mereka ke 900 sekolah dan social care di Inggris, sejak September kemarin. Dari temuan ini, ditemukan bahwa anak-anak yang paling banyak kena dampak pandemi adalah anak-anak yang masih usia dini, dan orang tuanya kerja.  In other words, mereka yang ketika pandemi ini jadi stay at home, tapi juga nggak menghabiskan banyak waktu sama orang tua dan jarang ketemu anak-anak lain.
Selanjutnya, hasil penelitian Ofsted ini menemukan bahwa pandemi bikin beberapa anak kehilangan skill dasar yang udah mereka pelajari di day care, kayak cara pake pisau makan. Terus, ada juga anak-anak yang tadinya udah bisa ke kamar mandi sendiri, jadi harus balik lagi pake popok. Lebih jauh diketahui juga bahwa ada anak-anak yang lupa tentang angka-angka dan kata-kata yang udah mereka pelajari sebelumnya.
Meanwhile untuk remaja, ditemukan kecenderungan di mana kemampuan matematikanya berkurang, susah fokus, dan juga kurang fit.  Ada juga yang mengalami gangguan mental, eating disorders, hingga self-harm. FYI guys, penelitian ini dilakukan di Inggris, di mana sekolah dan kampusnya udah dibuka lagi sejak September 2020 lalu.

“Makan gorengan nggak apa-apa. Kalau kepingin boleh,”
 
Gitu kata pesepakbola nasional yang merupakan anggota Timnas Indonesia U-19  Pratama Arhan Alif Rifai ketika ditanya soal aturan makanan yang harus dijalaninya ketika mengikuti pemusatan latihan di bawah pelatih Timnas Sepak Bola Shin Tae Yong. Kata Arhan, sebagai atlet, dia juga masih boleh makan nasi, tapi sekali-kali aja.
 
Because, priority.

Angel’s Stories

1. Kemarin sih. Ceritanya pagi-pagi mau berangkat kerja, motorku nggak bisa distarter. Udah nyoba berkali-kali sampe kesel sendiri. Lalu disamperin sama bapak warung mie ayam tetangga kosan, distarterin deh pake starter kaki sampe bisa. Sama dibilangin itu udah waktunya ganti aki. Since udah lama banget aku nggak pernah menerima bantuan (tiap kali motor mogok aku selalu order ojol buat minta tolong drivernya starter motorku), aku merasa diingatkan lagi ternyata di dunia ini masih ada orang-orang baik. Btw, warung mie ayamnya ada di GrabFood “Mie ayam ceker Pak Wok Mugassari”. Yang di Semarang boleh lho larisin jualan bapaknya.
-Budak korporat di Semarang-
2. Hi angels!! <3 mo cerita dikit, lately gue tuh lagi di fase apa ya? bingung banget ama hidup. Gue nekan diri sendiri, padahal gue masih belum bisa buat ngelakuin sesuatu di bawah tekanan. Banyak yang gue rasain ampe rasanya bingung sendiri. Ditambah pandemi yang kaya gini. Tapi setiap baca CMU, gue pasti sadar kalo semua orang tuh sama-sama berjuang, lagi bertahan buat bersinar. Dan gue ngerasa baikan tiap pagi. Apapun itu, siapapun kamu di luar sana tetap kumpulkan batu energi nya ya! Supaya kamu tetap bersinar, bukan untuk siapapun melainkan kamu <3<salam peluk>
-chickie-
3. Hai! Just want to share a short Angel’s Story. It’s about my friend’s kindness. Kemarin aku lagi cari opportunity baru karena aku burn out banget sama kantor tempat aku kerja saat ini. Banyak problem dari manajemen perusahaan dan workload aku yang makin gak wajar selama WFH sampe aku jatuh sakit. Tapi, lagi pandemi begini, kompetisi nyari kerja bener-bener susah.. Banyak banget interview yang aku coba, tapi semua itu gak jodoh sampe aku nyaris nyerah dan mikir, “Apa aku nekat aja ya, ngajuin resign tapi belom dapet kerjaan baru?” Tapi aku gak ada pemasukan lain selain pekerjaan aku sekarang. Gak lama, temen aku share lowongan salah satu perusahaan besar di WhatsApp dan encourage aku buat apply kesana, karena menurut dia aku cocok sama role itu. Aku apply dan melewati semua interview sessions sampe aku dinyatakan diterima.. Seneng banget sampe nangis! :”) Walau peran dia cuma share kerjaan, tapi aku bersyukur karena temen aku datang tepat pas aku hampir mau nyerah sama keadaan. The true angel of my life! Buat temen-temen yang lagi cari kerja, jangan patah semangat ya! 🤗
-S – South Jakarta-
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. You can also check our previous angel stories on our angel’s Instagram. Go go go!

Catch Me Up! Recommendations

WFH bikin kamu kelamaan duduk? Here’s what sitting way too long can do to your body. 
Advertisement