Arab Saudi Membantah Ada Pertemuan Dengan Perdana Menteri Israel

463

Who’s secretly making a friendship bracelet?Israel and Saudi Arabia. Kayaknya.

What’s up? 
Jadi katanya, di awal minggu ini, Pangeran Arab Saudi, Mohammad bin Salman dan Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu ketemuan, tapi diem-diem.
Kok diem-diem? 
Yha karena kedua negara nggak punya hubungan diplomatik gengs, sama kayak kita. Alasannya, ya of course karena pendudukan Israel di Palestina. FYI, disebutkan juga bahwa pertemuan ini digelar di Kota Neom, Saudi Arabia dan nggak cuma dihadari oleh kedua kepala negara, tapi juga sama Menlu AS, Mike Pompeo.
Kok ada Pompeo? 
Karena, disebutkan juga bahwa salah satu isu yang jadi pembahasan adalah kemenangan Biden di Pilpres AS (dan Pompeo lagi dalam perjalanan perpisahannya sebagai Kemlu di wilayah Timur Tengah). Selain itu, dibahas juga soal isu pengembangan nuklir Iran, dan kemungkinan menormalisasi hubungan (aka baikan!) antar kedua negara.
 
Jadi beneran ini?
Well, Netanyahu sih menolak berkomentar, dan bilang bahwa dia nggak mau ngomentarin isu-isu begitu, but let’s say, in his words, “I am working on broadening the circle of peace and I hope it will grow.” Meanwhile, Menlu Arab Saudi Prince Faisal bilang bahwa, “La,
Advertisement
 nggak ada tuh pertemuan sama Israel, orang ketemuannya sama AS doang.” Selain itu, Prince Faisal was like, “Beresin dulu urusan perdamaian sama Palestina, baru ngobrol sama kita…”
 
So, beneran ada pertemuan apa enggak?
Jujur gatau. Namun berdasarkan data dari flight radar, emang pada waktu menjelang pertemuan ini, ditemukan ada private jet yang berangkat dari Tel Aviv, Israel pada Minggu (23/11) malam yang terbang langsung ke Neom (Arab Saudi).  Terus, jetnya langsung balik ke Israel setelah lima jam mendarat.
Got it.
Yep, terkait pertemuan ini, banyak pihak yang menilai bahwa Netanyahu sengaja melakukannya dengan alasan politis, secara dia nggak mendapatkan banyak dukungan di dalam negeri. Selain itu, keduanya juga memiliki concerns yang sama terhadap langkah Biden yang menyatakan bahwa Amerika Serikat bakal bergabung kembali sama Iran nuclear deal, padahal di bawah pemerintahan Trump, AS keluar dari perjanjian tersebut.
Advertisement