Who’s just handed in their yearly reports?
Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).
How is it?
Well, not so good. Jadi dalam laporannya kemarin, Komnas HAM mencatat bahwa tahun 2019 adalah tahun politik kekerasan yang banyak terjadi pelanggaran HAM. Kekerasan politiknya nggak cuma yang fisik, tapi juga non-fisik, kayak lewat sosial media.
Hmmm..go on…
Menurut Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan, ada banyak kekerasan politik di tahun 2019, dimulai dari bulan Mei 2019 di Gedung Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu).
Remind me again what happened on that day?
Pada hari itu, banyak masyarakat yang demo untuk menyuarakan dugaan kecurangan Pilpres (Pemilihan Presiden), dan demo ini berujung ricuh sampe seenggaknya sepuluh orang meninggal.
OMG…terus?
Selanjutnya di bulan September lalu juga terjadi bentrok antara aparat dan mahasiswa/pelajar pada 24 – 30 September di Jakarta. Mahasiswa pada saat itu menolak revisi UU KPK dan beberapa UU kontroversial lainnya sehingga menyebabkan aksi protes di beberapa kota di Indonesia. Dari peristiwa tersebut, ada lima orang yang meninggal di Jakarta dan Kendari, Sulawesi Tenggara.
Terus gimana?
Terkait laporannya ini, Komnas HAM mendesak supaya aktor peristiwa-peristiwa tersebut ditemukan dan tanggungjawab atas perbuatannya. Selanjutnya berdasarkan tren kekerasan politik di tahun 2019 lalu, Komnas HAM juga mendorong pemangku kebijakan untuk hati-hati dalam merumuskan kebijakan. Menurutnya juga, aksi-aksi protes yang ujung-ujungnya melakukan kekerasan harus di-stop karena pasti mengorbankan rakyat kecil.