Setelah Covid-19 Muncul Virus Baru D614G, 100 Dokter Meninggal Akibat Covid-19, Museum Kebahagiaan Di Kopenhagen Denmark

533

Welcome, September

It’s a September to remember. We don’t know bout you, but it is our favorite month. it’s not too hot, not too cold, and somewhere in another part of the world, it marks a new, beautiful season: fall. The falling leaves during this season remind us that, no matter how many times you fall, spring time will finally come and you’ll bloom again. More beautiful, more vibrant, and just more ready to take on the world. One season at a time.

What’s getting more serious?

Sumber foto: dailymail.co.uk
Definitely not my relationship. 
No. We’re actually talking about *uhuk* Covid-19 *uhuk*.
 
Hah kenapa?
Jadi, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio menyebut bahwa saat ini, di Indonesia telah terjadi peredaran virus Covid-19 yang udah bermutasi dari virus aslinya. Two words about this new strain: lebih gampang menular, tapi lebih “ringan” aka milder aka less deadly.
 
GIMANA?
Iya, jadi Pak Amin juga menjelaskan bahwa mutasi virus ini adalah mutasi virus jenis D614G, yang juga ditemukan di negara tetangga lain kayak Malaysia. Pak Amin menambahkan bahwa saat ini pihaknya masih berusaha mengetahui seberapa jauh distribusi mutasi virus corona D614G di Indonesia, dan juga sebenernya, ada 80 persen isolat corona di dunia yang mengandung mutasi virus tersebut.
 
Tell me more. 
Jadi emang WHO udah mengklasifikasikan ada tujuh tipe/clade virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, yaitu S, V, L, G, GH, GR, dan O (lainnya). Adapun dari semua ini, GH itu yang paling agresif. Selain itu, untuk tipe D614G ini udah diidentifikasi di Indonesia sejak Februari lalu, dan turut beredar di Eropa, Amerika, Singapura, dan Malaysia.
 
Go on…
Iya, jadi virusnya bisa bermutasi (berubah) ke beberapa tipe di atas. Nah, Berdasarkan data hasil genome sequencing, D614G ini ya itu tadi, lebih gampang menular namun lebih “ringan”. Terkait penemuan baru ini, seorang Epidemiologist asal UI, Syahrizal Syarif, menyebut bahwa berdasarkan hasil modelling-nya, kasus Covid-19 di Indonesia bisa aja mencapai 500.000 pada akhir tahun ini, secara penularan lokal saat ini udah nggak terkontrol.
But, there’s a vaccine, right?
Right. Emang sih, terkait mutasi ini juga, banyak yang khawatir bahwa vaksin yang lagi diformulasikan sekarang itu nggak bakal ngaruh karena virusnya bermutasi, namun menurut Peneliti Biotek (LIPI) Dr. Wien Kusharyoto, kamu nggak usah khawatir gengs. Penemuan hal ini nggak bakal berdampak signifikan dengan vaksin yang lagi dikembangkan karena vaksinnya bakal tetap efektif, kok.
 
OK. Anything else?
Well, menurut ahli penyakit menular dari National University of Singapore, Paul Tambyah, hasil penemuan di negara lain menunjukkan bahwa peningkatan penularan D614G di beberapa belahan dunia juga berbarengan sama penurunan angka kematian. Jadi teteup, pake masker, social distancing, dan cuci tangan ya gengs.

What’s just hit a grim milestone?

Sumber foto: Portonews.com
What?
Jumlah dokter yang meninggal gara-gara Covid-19.
OMG…
Yep, jadi menurut catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sejauh ini udah ada 100 orang dokter yang meninggal sejak wabah Covid-19 menyebar di Indonesia selama lima bulan terakhir. Diketahui, seluruh dokter ini telah dinyatakan terinfeksi virus Covid-19.
 
Tell me more…
Jadi menurut data dari Pandemic Talks yang melakukan analisis kematian dokter menggunakan data IDI hingga 21 Agustus lalu, ditemukan beberapa fakta soal meninggalnya para dokter ini. Misalnya, diketahui bahwa 59,3 persen dokter meninggal berada pada usia lanjut, dan 40,7 persen berada di usia kurang dari 50 tahun.
Terus-terus…
Selain itu, kasus kematian dokter juga banyak terjadi pada dokter umum, yakni 54,7 persen, sementara dokter spesialis adalah 45,3 persen. Selain itu, diketahui juga bahwa hanya 12 persen pasien meninggal yang spesialisasinya memang secara khusus merawat covid-19, yakni Ahli Penyakit Dalam (IPD), Ahli Paru, hingga Ahli Anastesi.
 
Anything else then? 
Selain itu, kematian dokter setelah terpapar Covid-19 juga paling banyak berada di pulau Jawa, yaitu sebesar 65 persen dari seluruh kasus dokter meninggal. Sementara persentase kasus dokter meninggal terendah ada di Bali yaitu 3 persen.

For when you need a happy place to escape 2020…

Sumber foto: www.cnn.com
Yes, remember happiness?
Well 2020 might not be the best year for us to exactly feel all-time-happyAda pandemi, kondisi ekonomi yang makin gajelas, sampe orang-orang terdekat kamu yang satu-satu di lay off :(. Nah, in time like this, you might wanna know about this museum yang baru buka di Kopenhagen, Denmark. Namanya: The Happiness Museum. Sesuai namanya, museum ini berisi berbagai penelitian dan sejarah tentang kebahagiaan, dengan tujuan akhir supaya para pemangku kebijakan bisa memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental dan tingkat kebahagiaan dari warganya. Selain itu, sebagai salah satu negara Nordic yang negara-negaranya sering banget masuk ke daftar negara paling bahagia di dunia, pengelola museum ini juga pengen menekankan besarnya keterkaitan antara peran pemerintah dengan kebahagiaan warganya. Nah, pengen tahu lebih banyak soal The Happiness Museum ini? Click away. Smile.

“‘Saya pikir masalah ini lebih baik jangan menjadikan perdebatan tidak sehat. Karena apa pun itu tidak ada manfaatnya,”

Gitu kata Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ngomentarin soal polemik yang rame di masyarakat saat ini mengenai penggunaan kata “Anjay”. Jadi, Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA)
Advertisement
 lagi jadi sorotan menyusul imbauan dari lembaganya untuk melarang penggunaan kata”anjay” karena dinilai bisa berujung hujatan dan bullying. Menanggapi hal ini, ya kata Pak Dasco mendingan fokus menjalankan protokol Covid-19 dan pergerakan ekonomi di Indonesia.
 
When you’re having lunch and your coworkers can’t stop talking about office drama…

Angel’s Stories

1. Hai aku mau cerita, tahun ini sedikit berat buat aku. Mulai dari aku yang berstatus gapyear sampai munculnya Covid-19 ini. Di tahun ini aku sudah 4x ditolak PTN, dan minggu kemarin aku mencoba kesempatan terakhir untuk daftar di salah satu PTN di Jawa Timur. Singkat cerita hari itu hari terakhir untuk bayar pendaftaran PTN yang aku tuju, pas banget hari jumat dimana bank buka hanya setengah hari. Sampai bank aku dapat antrian hampir akhir sendiri. Sedikit khawatir karena itu sudah siang takut tidak dilayani. Namun, Tuhan memang Maha Baik, aku dipertemukan dengan orang yang memiliki nomor antrian dobel. Nomor antrian yang termasuk nomor awal-awal itu satunya diberikan ke aku. Di situ aku merasa besyukur, terbantu, dan mengingatkanku bahwa tindakan sekecil apapun bisa berdampak luar biasa untuk kita maupun orang lain.
-Bee-
2. In the beginning of pandemic, Tinder opened their passport feature for free, which means we can swipe anywhere in the world. So there’s this guy that I matched because he swiped in Indonesia. Interestingly, our conversation clicked right away from politics (which weirdly enough that’s something we like in common), travelling, career, and trivia things. He works in a top consulting firm (yes I checked his LinkedIn and he sent me his CV once when we talked about our career). And yes, we both are workaholics, so our conversation is mostly about work. Time goes by and now he has become my constant motivator and personal financial advisor. He always asks what I read, what my task is, and what I learn during the week, or month. Sometimes, he proofreads my writings, so do I. We always share what we read and discuss it. It has been five months since we knew each other, and he is the one who pushes me to make the best out of myself during this pandemic. This is far beyond what I can imagine from knowing people from Tinder, haha. I don’t know what the future holds (in terms of relationship) but I feel thankful just for our conversation and all of his advice so far. It’s really insightful.
-Anonymous-
 
3. Selama pandemi ini gue gabisa diam dirumah 100%. Gue masih harus pergi ke pasar setiap hari karena ada usaha yang harus tetap jalan supaya gue dan keluarga bisa hidup. Kebetulan usaha gue ini kuliner gitu kan, dan dengan usaha ini pun bisa dipastikan kalau kita punya makanan setiap hari, dan gue sama keluarga gue menganggap itu sebagai privilese, sebab di tengah dunia yang seperti ini, “bisa makan pun udah sukur” gitu katanya.. Jadi dengan menyadari privilese yang kita punya ini, orang tua gue gamau kita hanya melihat, menyadari, dan sekedar bersyukur, tapi sebaliknya dengan privilese ini kita harus bisa bantu mereka, siapa pun yang sekiranya butuh makanan. Akhirnya keluarga gue ambil niat untuk membagi-bagikan berkat makanan ini ke orang-orang yang membutuhkan, sampai sekarang tuh rasanya bukan berbagi sama strangers lagi, tapi kayak berbagi sama saudara🤜🤛
-ordinarypeople-
(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here(can be something you see or experience firsthand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. Come, share us your versions of angels!)

Catch Me Up! Recommendations

Too busy for a daily self-care ritual? This only takes one minute. No more excuses. 
Advertisement