FAO Terbitkan Laporan Kenaikan Harga Pangan

465

For when you’ve started to spend a liiiiitttle too much on your grocery run…

It’s not you, really.
 
What? You’re breaking up with me?
Lol nope. Tapi emang bukan gara-gara kamu sih guys, kalo emang beberapa bulan terakhir ini, kamu ngerasa boros banget pas belanja kebutuhan pangan bulanan.
 
Tapi….
Yha tapi emang karena harga pangannya aja yang naik. Jadi minggu lalu, Food Agriculture Organization (FAO) baru aja menerbitkan laporan yang menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, harga bahan pangan terus menanjak. Adapun puncak dari kenaikan ini terjadi di bulan Agustus lalu.
Hah karena apa?
Covid-19 donk, apa lagi. Jadi masih menurut FAO, kenaikan harga pangan ini terjadi karena ada gangguan dalam proses produksi hingga supply chain pangan, di mana kebijakan social distancing tentunya mempengaruhi proses tersebut. Selain itu, meski secara global harga pangan masih stabil, namun fenomena ini tetep bikin banyak pihak khawatir akan mengancam “food security”.
Tell me more about the rising prices… 
Jadi melalui laporan FAO Food Price Index (FFPI), fenomena kenaikan harga pangan ini udah terjadi selama enam bulan berturut-turut.  FYI, FFPI ini adalah ukuran perubahan harga komoditas pangan secara global yang dilaporin setiap bulannya dengan mengukur dari lima komoditas, yakni sereal, minyak sayur, susu, daging, dan gula.  Nah, bulan Agustus kemarin, harga yang naik paling tinggi itu adalah harga gula, minyak sayur, dan sereal.
Advertisement
Oh no…
Yha gitu guys. Terus specifically in China, perubahan cuaca yang jadi super panas namun kemudian hujan deras hingga banjir besar juga ikut mempengaruhi harga sayuran di sana. Menurut laporan lembaga statistik China, disebutkan bahwa harga sayur naik 6,4% dari bulan Juli, dan harga telur juga naik 11,3%.
 
I want to know what the experts say about this…
Menurut para ahli, saat ini kondisi pertanian lagi ‘kacau’ gara-gara covid 19 bikin proses supply demand jadi ‘kebalik’. Hal ini kemudian diperparah dengan pergerakkan makanan dan logistik lainnya yang terhambat karena harus mengikuti protokol kesehatan secara lebih tertib dan ketat.
 
Alrite. Anything else?
Well just FYI, hasil riset yang dilakukan oleh lembaga agribisnis Olam menemukan bahwa lebih dari 2.400 petani berskala kecil yang menanam cokelat, kopi, kapas, dan komoditas lain di Afrika dan Indonesia tengah mengalami kekurangan pangan dan nutrisi. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan sosial, kenaikan harga bahan pokok, dan kurangnya persediaan dalam negeri.
Advertisement